Feeling Seorang Istri

1896 Kata
Seorang wanita cantik nan seksi kini tengah berada dibelakang tubuh seorang pria yang tengah berkutat dengan pekerjaannya. Pria itu tak lain adalah bos-nya sendiri, wanita itu memeluk tubuh sang bos dengan mesra. Membuat pria tampan itu tersentak kaget akan aksi sekertarisnya tersebut. "Aku menyukaimu, jika kau mau menerimaku. Akan kupastikan kau mendapatkan apa yang kau inginkan selama ini, keinginan yang istrimu pun tak bisa dia berikan." Bisiknya seduktif ditelinga Adrian. "Aku mencintaimu, sejak pertama kali aku melihatmu. Terima cintaku, maka akan kuwujudkan impianmu memiliki seorang anak," rayu seorang wanita cantik, dan berpenampilan seksi kini sedang mengalungkan kedua tangannya di leher seorang pria. "Tapi, aku sudah menikah. Aku tidak mau melukai dia," dilema seorang pria tampan, tanpa menolak sentuhan wanita di hadapannya. Sang wanita semakin agresif, dengan memberikan sentuhan di tubuh sang pria. Berharap, lelaki di hadapannya jatuh bertekuk lutut dalam pesonanya. Apalagi ketika wanita itu merayu atasannya, disaat suasana kantor nampak sepi, tepatnya para karyawan sudah pulang semua. Wanita itu terlihat lebih leluasa merayu lelaki itu, sementara sang pria mulai gelisah karena mengingat istrinya di rumah yang tengah menunggunya. *** Di tempat berbeda, waktu kini menunjukkan pukul 22:30 malam, dengan cuaca sedikit gerimis. Tampak terlihat seorang wanita muda, cantik, dengan postur tubuh mungil, tinggi 158 cm. Sedang melipat kedua tangan di depan dadanya, untuk menghalau udara dingin yang kini menerpa tubuhnya. Wanita itu masih setia menunggu suaminya pulang dari kantor, entah mengapa beberapa hari ini sang suami sering pulang telat, bahkan sampai larut malam. Namun, dalam benak wanita cantik itu tidak pernah terlintas pikiran macam-macam pada suaminya. Karena ia yakin, kalau suaminya pasti setia padanya. 'Kenapa Malam ini udara terasa dingin, tidak biasanya? Mas Adrian juga belum pulang lagi, apa di kantor dia begitu sibuknya, sampai-sampai dia lupa mengabariku.' Wanita cantik itu bernama Delisha Malikha, yang biasa disapa Malikha. Istri dari seorang pengusaha muda bernama Danish Adrian. Sejak menikah, Malikha memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Meskipun sampai saat ini dalam pernikahannya, belum juga dikaruniai seorang momongan. Ya, pernikahan Malikha dan Adrian sudah berjalan hampir 3 tahun. Meskipun belum adanya anak, Adrian tetap terlihat setia di depan Malikha. Namun, entah kalau di luar ketika sang istri tidak melihat keseharian Adrian. Malikha masih terus menunggu, hingga waktu semakin larut malam. Hati wanita cantik itu mulai gelisah, ia juga mulai mengkhawatirkan keadaan Adrian saat ini. 'Di mana kamu sekarang, Mas? Cepat pulang, jangan membuatku khawatir,' cemas Malikha, ia mulai mengambil ponsel di saku piyama tidurnya. Lalu mencoba menghubungi nomer ponsel Adrian. Drrrtt My Love Sudah hampir dua menit, Malikha mencoba menghubungi nomer suaminya. Namun, ponsel Adrian tidak aktif. Selalu saja suara operator, yang menjawab teleponnya. 'Kenapa tidak aktif sih, ponselmu Mas. Kalau seperti ini, aku jadi lebih khawatir sama kamu,' gumam Malikha masih dengan rasa khawatirnya. Merasa percuma menghubungi nomer ponsel Adrian, karena ponsel suaminya tidak aktif. Kini Malikha menaruh ponselnya di atas meja bundar. Hatinya resah, masih diliputi kecemasan. Ia mulai berdiri dan melangkah satu langkah ke depan. Tatapannya tertuju ke jalan raya, di mana biasa arah Adrian pulang. Ia mulai berdiri dan melangkah ke depan ke arah jendela besar di rumahnya. Malikha menyibakkan tirai besar yang menghalangi pandangannya, matanya seketika tertuju ke jalan di mana dia bisa melihat suaminya itu pulang melewati jalanan tersebut. Tidak lama menunggu, Malikha melihat mobil sedan yang sudah ia hafal di luar kepala mulai terlihat masuk ke dalam pelataran rumahnya. Di depan sana sudah ada satpam, yang membukakan pintu gerbang. Tidak lama mobil sedan itu masuk, dengan mudahnya. 'Ah, itu mobil Mas Adrian. Syukurlah dia sudah pulang, aku senang sekali. Aku harus menyambutnya, dan melihat keadaannya Mas Adrian,' Malikha segera menghampiri mobil suaminya itu, perasaannya belum sebelum melihat suaminya sendiri dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan tanpa menghiraukan air hujan, kini mulai membasahi tubuhnya tidak lama ia berdiri di samping pintu kemudi dan menyambut Adrian turun dari mobil. Adrian terkejut, saat melihat istrinya tiba-tiba di depannya. Karena tadi, selama ia mengendarai mobil bahkan memarkirkan mobilnya di pelataran rumah pikirannya sedang terbagi. Hingga ia tidak melihat, kalau Malikha sedang menunggunya. "Malikha ...." "Sayang, kenapa kamu ada di sini? Apalagi di cuaca hujan begini, ayo sekarang kita masuk. Aku tidak mau, kamu sakit nantinya," ajak Adrian, dengan berniat merangkul sang istri. Namun, Malikha lebih dulu memeluk tubuh kekar suaminya. Sungguh tidak ada yang paling membahagiakan bagi seorang istri, saat melihat suaminya pulang dalam keadaan sehat tanpa kekurangan suatu apapun. "Mas ... aku sangat bahagia, saat melihatmu pulang seperti ini. Dari tadi aku mengkhawatirkanmu takut kalau kamu kenapa-napa di jalan. Kenapa baru pulang, apa ada masalah di kantor?'' tanya Malikha di sela memeluk tubuh kekar Adrian. "Terus kenapa, akhir-akhir kamu telat pulang. Lupa juga mengabariku, apa kamu lupa kalau di rumah ini ada aku yang menunggu, bahkan mengkhawatirkan keadaanmu," sambung Malikha. Pria tampan, dengan tubuh proporsional itu mulai mengembangkan senyumnya. Tanpa ragu, ia membalas pelukan sang istri tidak kalah lembut dan sedikit erat. "Benarkah kamu menungguku, Sayang? Maafkan aku, sudah membuatmu menungguku akhir-akhir ini. Bahkan khawatir, tadi aku ada meeting mendadak dengan klien. Tanpa sadar, waktu sudah larut saja," jawab Adrian cepat, dengan kata meyakinkan istrinya. Malikha sedikit cemberut, karena Adrian ada meeting. Tapi, lupa mengabarinya dan membuat dirinya khawatir. "Jika Mas ada meeting penting, harusnya Mas Adrian menghubungiku dulu. Lalu kenapa, Mas tidak menghubungiku?" tanya Malikha penasaran, seraya ia menghirup aroma tubuh yang paling ia sukai. Ya, aroma tubuh Adrian suaminya. Setiap kali Malikha memeluk, ia akan menghirup aroma khas Adrian banyak-banyak. Namun, malam ini harum tubuh Adrian seperti ada yang berbeda, sebagai seorang istri Malikha sangat hafal betul aroma khas suaminya. 'Wangi ini, seperti bukan parfum milik Mas Adrian. Ini seperti parfum wanita, apa Mas Adrian baru bertemu dengan klien wanita?' 'Semoga saja seperti itu, aku berharap Mas Adrian tidak macam-macam di luar sana, dan dia tetap setia padaku,' harap Malikha dalam hati. Saat Malikha masih dengan lamunan soal parfum wanita, Adrian yang tidak ingin istrinya semakin basah karena air hujan, langsung merangkul dan mengajak Malikha masuk ke dalam rumah besar dan mewahnya. "Maafkan aku, ya, karena tidak sempat mengabarimu. Karena meetingnya mendadak," ucap Adrian, agar sang istri tidak berpikiran buruk tentangnya ketika di luar. Malikha terlihat seperti tidak percaya dengan ucapan Adrian, tetapi wanita itu tidak mengungkapkan isi hatinya. Nampak Malikha hanya menyimpan rasa itu, di dalam hatinya. Hingga ia mulai merasakan rangkulan Adrian, yang mengajak dirinya masuk ke dalam rumah. "Kita masuk ke dalam rumah sekarang, aku tidak mau nanti kamu sakit," sambung Adrian, mengajak Malikha. Tidak lama, keduanya mulai berjalan masuk ke dalam rumah mereka. Sampai di dalam, Adrian dan Malikha di sambut oleh Mbok Sum. Wanita paruh baya, yang telah bekerja lama pada keluarga Adrian. "Den Adrian, Aden baru pulang?'' tanya Mbok Sum ramah. "Iya, Mbok. Tolong buatkan kopi s**u hangat buatku, dan buatkan teh hangat buat istriku," pinta Adrian, masih dalam posisinya merangkul Malikha. "Baik, Den." Mbok Sum langsung bergegas ke dapur, untuk membuatkan minuman. Sedangkan Malikha, mulai melepaskan rangkulan suaminya. "Mas ... sini, aku bantuin lepas jasnya," ucap Malikha lembut, meskipun sempat dihinggapi pertanyaan soal wangi parfum di jas suaminya. Ia tetap yakin, kalau suaminya pasti selalu setia padanya. Mendengar itu, Adrian nampak berpikir seperti enggan atau takut ketika ia akan memberikan jasnya pada Malikha. Demi menjaga dirinya, terlihat sempurna dan setia di mata Malikha. Akhirnya, ia mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Malikha ke kamar. "Di kamar saja aku lepasnya, ini baju kamu basah. Kita ke kamar saja, ya. Aku tidak mau melihatmu sampai sakit, karena kamu kehujanan malam-malam begini," ajak Adrian, sekali lagi ia merangkul istrinya. Lalu menaiki tangga, menuju kamar mereka yang berada di lantai satu. *** Ketika keduanya telah sampai di dalam kamar, Malikha masih penasaran dengan tingkah suaminya yang enggan memberikan jas yang dikenakan oleh Adrian, padahal biasanya selepas pulang dari kantor Malikha sudah biasa melepas bahkan membawa jas itu ke kamar dan Adrian memberikannya. Tapi, malam ini berbeda Adrian beralasan akan melepaskan jas itu sendiri di kamar. "Mas ... kok, tumben sekali kamu tidak mau memberikan jas kamu padaku? Padahal biasanya, setiap pulang dari kantor kamu selalu memberikan jasmu,'' heran Malikha, seraya menatap wajah Adrian. 'Alasan apa yang harus pada Malikha, jika aku tidak memberikan jas ini padanya?' batin Adrian bingung, karena jujur saja ia takut istrinya itu mengetahui jika sebelumnya ia bersama wanita lain. Sesaat Adrian mencari kalimat tepat, agar Malikha tidak membahas soal jas lagi. "Tidak apa-apa, Sayang. Bukankah aku sudah bilang, aku tidak mau kamu repot apalagi disaat kamu dalam keadaan basah kuyup begini. Lebih baik, kamu pergi ke kamar mandi cuci wajah, atau mandi lalu ganti pakaian. Biar nanti kamu tidak sakit,'' Adrian mencari alasan, dan akhirnya Malikha percaya. Tanpa bicara, Malikha mulai melangkah ke kamar mandi sekalian membawa pakaian ganti. Selama dalam kamar mandi, tidak hentinya hatinya dipenuhi pertanyaan meskipun tadi Adrian telah memberikan alasannya. Apalagi, ketika ia mengingat harum parfum wanita yang melekat di jas, maupun kemeja suaminya. 'Entah kenapa, aku masih penasaran dengan harum parfum itu? Aku harus memastikan sekali lagi, semoga saja kecurigaanku tidak salah,' gumam Malikha, seraya menatap pantulan wajahnya di dalam cermin. Ketika Malikha berada di dalam kamar mandi, Adrian yang berada di kamar mulai membuka jas dan melepas kemejanya. Karena tubuhnya terkena AC, membuat tubuhnya sedikit menggigil kedinginan. Buru-buru ia mengenakan kaos, baru saja tadi ia ambil dari lemari. Malikha sudah keluar dari kamar mandi, Adrian melihat itu langsung bergegas masuk ke kamar mandi tanpa bicara sama istrinya. Malikha melihat sikap Adrian merasa heran, seketika ia memiliki prasangka kalau suaminya telah berubah dengan menatap pintu kamar mandi. 'Mas ... sekarang kamu benar-benar berubah, padahal selama ini kamu bilang kalau kamu mencintaiku. Tapi, sikap kamu barusan saja tidak menunjukkan kalau kamu mencintaiku,' batin Malikha sedih. 'Ya Allah, maafkan hambamu ini. Karena malam ini, hamba memiliki perasaan curiga pada suami hamba sendiri.' Ketika Adrian berada di kamar mandi, disaat itulah Malikha mulai mencaritahu apakah feeling-nya benar atau tidak. Sebab saat ini, hatinya merasa yakin kalau Adrian di luar sana memiliki wanita idaman lain. Malikha berjalan ke ranjang pakaian kotor, yang berada di samping lemari. Buru-buru ia mengambil jas Adrian, lalu mengendus jas itu. Tidak hanya sekali, tetapi berulang kali untuk memastikan apakah parfum itu milik suaminya, atau ada tempelan parfum wanita. 'Ini bukan parfum Mas Adrian, parfum ini sangat menyengat dan seperti parfum wanita.' Malikha tidak hanya mencium bau parfum itu dari jas, ia meraih kemeja yang tadi dikenakan Adrian suaminya. Lalu memeriksanya, selain mencium aroma parfum. Betapa terkejutnya, saat Malikha melihat noda lipstik di kemeja Adrian. Seketika pikiran buruk, tentang adanya wanita lain di hati suaminya. 'Lipstik ini, kenapa ada di kemeja Mas Adrian? Jangan-jangan dia ada main wanita lain di luar sana,' batin Malikha menebak, dan feeling-nya sangat kuat kalau suaminya pasti sedang menduakannya. Seketika pikiran buruk itu menggelayuti hati Malikha, tangannya bergetar hebat, saat ia memegang kemeja Adrian. Ia masih tidak percaya, dengan apa yang ia lihat barusan saja. Tapi, ia meyakini feeling-nya seorang istri tidaklah pernah salah. Saat ia mulai curiga, disitu pasti ada sesuatu yang terjadi pada suaminya. Mengingat selama beberapa tahun ini, Adrian mulai bersikap aneh dan sangat mencurigakan. 'Ya Allah, ujian apa ini?' 'Apakah Mas Adrian menduakan aku? Tapi kenapa, apa karena aku tidak bisa memberikan dia seorang anak? Makanya, dia mencari wanita lain di luaran sana agar bisa memberikan dia anak,' monolog Malikha penuh tanya, seraya menatap pintu kamar mandi penuh luka. Malikha menangis dalam diam, ia tidak tahu dengan apa yang harus ia lakukan ke depannya. Mengingat, saat ini ia belum memiliki bukti kuat apakah Adrian benar-benar telah berselingkuh atau ini hanya pikiran yang salah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN