Prriitttttt...
"Selamat pagi bu, silakan untuk menepi." Seorang polisi menghampiri Nita.
Duh.. salah jalan lagi kenapa tadi harus lewat sini batin Nita.
Tok.. tok..tok..
Pintu kaca mobil Nita di ketuk, seorang polisi sudah berdiri tepat disamping pintu mobilnya. Nita langsung membuka kaca mobilnya.
"Mohon maaf Bu perjalanannya terganggu, Ibu bisa lihat rambu lalu lintas di sana? Jalan ini satu arah ya bu, sedangkan ibu melawan arah, maka dari itu Ibu kami tilang. Boleh saya lihat SIM dan STNKnya " Tegur Polisi itu kepada Nita.
"Pak ta-tapi, bisa tidak, tidak ada kebijakan gitu, saya sudah kesiangan Pak, nanti saya bisa dimarahi bos saya." Dengan polosnya Nita memohon.
Polisi itu hanya tersenyum sambil terus mencatat di surat tilangnya.
"Mbak ini cantik-cantik kok ngelawak. Maaf, Bu SIM dan STNK nya tolong dikeluarkan!" Pinta polisi kepada Nita.
Nita mengeluarkan dompetnya lalu mengambil SIM dan STNK lalu diberikan kepada polisi itu.
"Baik bu, STNK ibu kami tahan sedangkan ini SIM silakan dibawa pulang dan ini surat tilangnya, jangan lupa untuk sidang ya bu, tanggal dan waktu sudah tertera di sana."
"Pak, masa saya harus sidang sih? Saya mohon Pak, saya akan membayar denda tilang, tapi STNK saya tolong dikembalikan " Nita kembali memohon.
"Silakan ibu menjalani sidang terlebih dahulu, nanti Ibu bisa mengambil kembali STNK nya, silakan untuk melanjutkan kembali perjalan dan bisa putar balik disini bu, selamat pagi." Ucap Polisi itu mengarahkan Nita agar putar balik tidak melawan arah.
"Ck.. pagi-pagi ini, sudah sial aja." Nita menggerutu sambil melihat tanggal dan waktu ia sidang nanti.
Saat Nita akan memutar arah mobilnya dari kejauhan ia melihat wajah seorang polisi yang sangat familiar.
"Eh itu siapa ya? Kayaknya kenal deh." Batin Nita ketika melihat salah seorang polisi yang berdiri di samping mobilnya.
la terus memperhatikan pria tinggi tegap di depannya dan ia langsung membelalakkan matanya saat melihat nama yang tertulis di baju pria itu.
"Banyubiru " gumam Nita.
Biru terlihat sedang berbicara dengan polisi yang baru saja menilang Nita.
"Ya Tuhan sepertinya ini pertolonganmu, Biru jadi polisi ternyata, pantesan tadi kaya kenal, aku mau minta tolong Biru ah supaya aku gak harus sidang nanti, dia pasti mau nolong aku, masa sama temen sendiri gak nolongin iyaa kan?" Ucap Nita bermonolog sendiri.
Nita memutar arah mobilnya, melajukan mobil nya dengan pelan sampai tepat di samping Biru.
"Permisi, selamat pagi. Pak Banyubiru!" Nita membuka kaca mobilnya.
Biru membalikkan badannya ke arah Nita, Biru sedikit mengernyitkan dahinya, lalu menghampiri Nita.
"Nita?"
"Iyaa Bi, kamu jadi polisi, kok aku gak tahu?" Ucap Nita kepada Biru.
Biru hanya tersenyum.
"Apa kabar?" tanya Biru.
"Alhamdulillah aku baik "
"Kamu yang barusan diberhentikan kan? kenapa melawan arah ?" tanya Biru.
"Aku buru-buru Dik, sudah telat aku pikir jalan sini kan gak terlalu macet jadi bisa cepet sampai tempat kerja aku, tapi malah kena tilang karena satu arah."
"Iya betul jalan ini satu arah sampai jam 4 sore nanti." Biru tersenyum.
Nita melihat perbedaan yang jauh pada diri temannya, Biru sekarang lebih terlihat berwibawa dan ucapannya pun tambah sangat baik dan sopan. Tapi terselip ketegasan dalam suaranya.
"Euhh Dik, boleh minta tolong gak?" tanya Nita.
"Minta tolong apa?" balas Biru.
"Hmm.. mmmhh.. bisa gak aku gak usah ikut sidang?" Ucap Nita ke Biru.
Biru hanya tersenyum.
"Ini sudah peraturan dan sebetulnya tidak sulit juga kan, sudah siang, silakan melanjutkan kembali perjalanan, selamat pagi." Biru melangkahkan kaki nya meninggalkan Nita. Biru hanya kebetulan melintas di jalan itu, dan ia berhenti karena melihat teman sejawat yang sedang bertugas. Tapi Nita tidak menyadari hal itu, bahkan dari seragam yang Biru kenakalan saja menandakan bahwa dia bukan polisi satuan lalu lintas.
"Tapi Bi."
Biru membalikkan badannya.
"Bukankah tadi takut telat sampai kantor, silakan kamu lanjutkan saja dulu perjalananmu Nit." Biru tersenyum lalu kembali berjalan meninggalkan Nita di dalam mobilnya.
Nita melihat kepergian Biru dari kaca spion hanya terlihat punggung Biru hingga akhirnya tidak terlihat lagi.
"Ish." Nita memukul stir mobilnya. "Sial banget sih aku kira dia bakal nolong aku. Ck.. arrggghhhh udah telat, kena tilang, sebel, Biru, ternyata kamu malah sudah berubah ya, kok jadi kayak sombong sih cuma nolong temen sendiri juga." Nita menggerutu, ia menyalakan mesin mobilnya, mobil melaju menuju perusahaan tempat Nita bekerja.
Sepanjang perjalanan Nita sudah sangat pasrah apapun yang terjadi nanti di kantor karena ia telat, ia sudah siap menerima konsekuensinya. Ia baru sekitar 3 bulan bergabung di perusahaan Angkasa Grup di bagian HRD, sebagai karyawan baru ia seharusnya menunjukkan kedisplinan masuk kantor, karena kinerjanya masih akan dipantau oleh para petinggi perusahaan.
Angkasa Grup adalah perusahaan milik Pak Angkasa Mahardika, ayah dari Banyubiru Bimantara, Nita sama sekali tidak mengetahui jika Angkasa Grup adalah perusahaan milik Ayah Biru, karena semasa sekolah dulu Nita hanya tahu Biru anak seorang pengusaha kaya cukup itu saja.
Nita sudah sampai di parkiran perusahaan, ia turun dari mobil berjalan menuju lobby perusahaan.
"Pagi Mba Nita " Satpam memberikan salam.
"Pagi Pak" balas Nita senyum.
"Tumben telatnya lama Mba ?" tanya satpam lagi.
"Saya tadi kena tilang Pak "jawab Nita.
"Kena tilang?"
"Iya Pak, saya buru-buru keruangan dulu ya Pak." Nita sedikit berlari menuju lift.
"Iya Mbak hati-hati."
Nita yang jurusan sarjana Psikologi diterima kerja perusahaan Angkasa Group karena kebetulan perusahaan itu membutuhkan lulusan Sarjana Psikologi untuk di tempatkan di bagian HRD, lulusan psikologi biasanya akan mampu memahami kebiasaan manusia yang akan berpengaruh pada kredibilitas perusahaan. Dan Nita juga adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman kerja di bagian itu.
*****
Siapa sangka setelah bertahun-tahun lamanya, Biru tak sengaja bertemu dengan sahabat lama. Nita gadis remaja yang dulu sering dijahili sahabatnya, Azie. Pertemuannya dengan Nita sungguh membuat Biru semakin merindukan Azie. Pasalnya hanya Azie yang menghilang tiba-tiba tanpa jejak. Sedangkan Zara, ia masih sesekali saling memberi kabar. Tapi dibalik saling memberi kabar pun mereka sama-sama tak pernah saling membahas pekerjaan satu sama lain. Dan hari ini ia bertemu Nita, gadis yang pernah menyatakan cinta padanya ketika mereka di bangku SMA. Ya walaupun mungkin itu hanya dalam sesi bercanda saja, mengingat ketika mereka kembali bertemu di sekolah yang sama bahkan Nita bergabung dalam lingkaran persahabatan mereka. Namun setelah lulus Nita juga menghilang begitu saja.
Setelah pertemuan tadi dengan Nita, cukup menganggu pikiran Biru karena melihat Nita membuatnya semakin merindukan Azie. Tapi ia sungguh tidak menyangka bisa bertemu dengan Nita disaat yang seperti itu, Nita kena tilang dan ia berniat meminta tolong kepadanya. Apalah daya selain bukan wewenang biru untuk ikut campur urusan temannya, ia juga tak bisa begitu saja membantu Nita karena Biru polisi bukan.
"Hmm, ternyata Nita tidak berubah, ia masih tetap seperti dulu, perbedaan nya mungkin sekarang terlihat lebih dewasa. Apa dia pernah bertemu Azie selama ini? Seharusnya aku menanyakan itu padanya tadi." Gumam Biru, ia tersenyum kecil.
Biru sudah berada kembali di kantornya, kini Biru merupakan salah satu dari Tim Gegana Polri. Prestasinya sungguh tidak bisa di ragukan lagi, bahkan ia menjadi ketua Tim Gegana Walet Hitam. Biru tumbuh menjadi pria dewasa yang semakin tampan, dengan tubuh indahnya itu.
Biru duduk di kursinya menatap langit-langit ruangan, lalu menerawang jauh mengingat masa sekolah mereka.