Mungkin Ada Rasa Suka

1924 Kata
Teeeet.. Teeeet... Teeet.... Bel masuk kelas berbunyi, seluruh siswa dan siswi SMPN 4 masuk kedalam kelas masing-masing begitu pun Azie dan Nita. "Misi..misi.. " Azie yang berjalan bersama Biru dengan sengaja menyenggol tubuh Nita, ia masuk kedalam kelas lalu duduk di bangkunya. "Seneng banget sih kamu gangguin Nita, perasaan sejak awal aku pindah ke sekolah ini cewek yang berani kamu gangguin cuma dia deh. Kamu suka ya?" Goda Biru yang berbisik di teling Azie, dan anak remaja itu hanya tersenyum simpul. "Azieeeee! Nyebelin banget sih, jalan maen senggol-senggol aja!" Nita sedikit meninggikan suaranya. "Maaf!" teriak Azie " Hmm, kalian itu sudah kayak tom and jerry tau nggak, berantem mulu ini masih pagi lho Nit" susul Widiya teman sebangku Nita. "Lagian sebel banget gak sih, kita semua juga mau masuk kelas kali, maen serobot aja, heran deh kayaknya semua orang di sekolah ini udah tahu kalo aku sama Azie itu nggak akan pernah akur, bahkan guru-guru semua pun tau, tapi kenapa aku masih terus sekelas sama si rese Azie sih!" mata Nita melirik sinis ke arah Azie. "kamu tau nggak? kalian itu klop sih kalau menurutku dari sisi akademik juga kalian itu kejar-kejaran kan nilainya sebelum ada Biru, jadi kalo ada perlombaan antar sekolah gitu kan kalian udah cocok banget dah tuh keliatannya jadi pasangan. Eh tapi bentar lagi kita mau tamat yak. Jadi udah nggak bisa ikut lomba lagi kek dulu. Hihi" susul Widiya lagi seraya nyengir kuda. "Dih males banget kalau harus berpasangan sama Azie." Nita masih terlihat kesal. "Jangan terlalu begitu, nanti yang ada jadi suka loh, mana tau kalian jadian pas mau lulus-lulusan, ya kalau bisa masuk di SMA yang sama kalau nggak kan ribet, ingat LDR itu keras bos" Widiya tertawa. "Idih amit-amit cabang bayi. Nggak usah lah, beda jauh kita mah Wid." Nita menggerutu. Tidak lama guru mata pelajaran pertama masuk kedalam kelas, hari ini jam pertama diisi oleh mata pelajaran Matematika. " Selamat pagi semua." Pak Jamal guru mata pelajaran matematika mengucapkan salam. "Pagi pak" jawab seluruh siswa dan siswi berjamaah. "Baiklah kita langsung mulai saja ya. Silakan buka buku tugasnya, minggu lalu kan bapak sudah memberikan tugas, nah bagi kalian yang sudah siap silakan maju kedepan untuk mengerjakan soal yang pertama " pak Jamal kepada para siswa. Semua siswa dalam kelas belum ada yang siap untuk maju ke depan, mereka sibuk dengan buku-bukunya masing-masing begitu pun Azie dan Nita. "Oke karena kalian tidak ada yang mau maju kedepan, maka bapak akan panggil kalian satu-persatu!"lanjut pak Jamal. "Hmm.. Nita pak, Nita sudah siap untuk mengerjakan!" Ucap Azie dengan santainya, seperti biasa ia selalu seperti itu mengerjai Nita. Nita kaget, ia melirik Azie dengan tatapan tajam mengintimidasi. "Azie.. awas kamu ya!" Ucap Nita geram. "Baiklah Nita silakan maju kedepan untuk mengerjakan soal nomor satu!" Ucap pak Jamal mempersilahkan. Dengan terpaksa Nita maju kedepan untuk mengerjakan soal matematika yang sudah ditugaskan oleh pak Jamal sebelumnya. Selesai mengerjakan tugas yang Nita tulis di papan tulis, lalu pak Jamal mengkoreksi dan jawaban Nita benar, pak Jamal kembali meminta siswa yang lain untuk maju kedepan mengerjakan soal nomor 2. Kesempatan bagi Nita untuk membalas Azie, kebetulan menurut Nita soal nomor 2 cukup sulit, biarkan Azie yang menyelesaikan soal itu di depan kelas. "Azie Pak, Azie juga siap mengerjakan soal nomor 2!" Seru Nita kepada pak Jamal lalu ia melihat ke arah Azie dengan senyum sinis. "Wah bener-bener si Nita, ngasih soal yang susah lagi." Gumam Azie. "Syukurin di bales kan jadinya!" Ledek Biru. Pasalnya ia juga kesusahan mengerjakan soal nomor 2 itu. "Ayo silakan Azie maju kedepan!" Pinta pak Jamal kepada Azie. Azie pun akhirnya maju kedepan melewati bangku yang diduduki Nita, Nita melihat Azie dengan tatapan yang tetap sinis. Widiya yang memperhatikan Nita dan Azie menjadi senyum sendiri. "Kenapa senyum-senyum?" tanya Nita sinis, yang melihat Widiya. Widiya hanya menggeleng lalu ia kembali tertawa kecil. Azie masih mengerjakan soal nomor 2, namun ia belum dapat memecahkannya, lalu pak Jamal meminta kepada siswa lain untuk membantu Azie. Biru maju ke depan mencoba membantu Azie, namun ternyata jawabannya juga belum tepat, lalu pak Jamal meminta Nita untuk maju ke depan membantu Azie. Lengkaplah ketiga juara di kelas itu akan berada di depan kelas bersama-sama. "Nita, coba kamu bantu Azie untuk menyelesaikan soal nomor 2!" Pinta pak Jamal kepada Nita. Nita langsung kaget seketika, "kenapa harus aku." batin Nita. "Ayo Nita silahkan maju!" Pinta pak Jamal sekali lagi. "I-iya Pak" Nita beranjak dari duduk nya berjalan menghampiri Azie dan juga Biru yang sudah ada di depan sana. " Cieeee, suit suiiittt. Ayo Nit silahkan pilih yang terbaik ya, jangan sampai salah pilih lho!" Goda Rendi yang terkenal siswa yang super humoris dan suka menjaili Nita juga. "Aseekkk, siapa yang bakalan terpilih ya. Ini baru tontonan seru." Teriak teman yang lain. Suasana semakin riuh di dalam kelas, membuat Nita semakin kesal. Kalau hanya si Biru saja yang berdiri dengannya itu pasti akan membahagiakan. Beda cerita kalau Zie juga ada di sana. "Sudah, sudah jangan ribut, tolong kembali tenang, perhatikan ke depan apakah yang dikerjakan Azie, Biru dan Nita sudah benar atau belum!" pak Jamal meminta muridnya untuk tidak ribut. "Tom and Jerry sudah berubah menjadi Romi dan Yuli. Eh tapi sekarang ada tambahan anggota baru. Biru kamu balik ke tempat dudukmu aja lah. Jangan jadi nyamuk di sana, atau jangan-jangan ada cinta segi tiga di antara kalian." susul Alvin yang membuat kelas kembali riuh. "Sudah Alvin!" pak Jamal menegur Alvin. Wajah Nita semakin tidak bersahabat, berbanding terbalik dengan Azie dan Biru yang terlihat santai dan menikmati keriuhan di dalam kelas. "Silakan Azie, Biru dan Nita kembali kerjakan soalnya, bila perlu kalian harus bekerja sama ya." pak Jamal kepada mereka bertiga. Azie, Biru dan Nita kembali membalikkan badannya menghadap papan tulis, Nita mulai menghitung soal dibantu oleh Azie dan Biru, jika sedang fokus mereka sebetulnya bisa bekerja sama dengan baik, hanya saja Nita kadang merasa sebal kepada Azie karena Azie selalu menjahili dirinya. Dan entah mengapa Azie pun senang untuk menjahili atau mengerjai Nita, itulah yang membuat Nita dan Azie tidak pernah akur. Tapi kali ini mereka terlihat begitu akur karena ada Biru di tengah-tengah mereka. "Sudah pak." Ucap Nita mewakili yang lain kepada pak Jamal, sejujurnya ia ingin segera selesai ia malas berlama-lama dengan Azie, apalagi ia sedari tadi pagi sudah kesal terhadap Azie. "Bagus, silakan kalian duduk " pak Jamal mengkoreksi hasil pengerjaan Azie, Biru dan Nita ternyata jawabannya benar. "Jika dikerjakan secara kerja sama, ternyata benar jawabannya, berikan tepuk tangan untuk Azie, Biru dan Nita!" Perintah pak Jamal kepada seluruh muridnya. Keributan kembali terjadi di ruangan kelas itu, semakin teman-teman Nita, Zie dan Biru mengatai mereka. Nita semakin kesal namun Azie, dan Biru tetap santai. Sepertinya semua wanita akan seperti itu jika di jodoh-jodohkan. Tapi Nita akan sangat beruntung jika yang dijodohkan dengannya hanyalah Biru. "Seneng kamu ya?" Nita melirik sinis ke arah Azie, namun melemparkan senyum pada Biru. Azie hanya tersenyum lalu mengerlingkan matanya ke Nita, membuat Nita bergidik ngeri. Sementara Biru hanya terkekeh kecil melihat kelakuan dua temannya itu. "Nit, kayanya bener deh, kalian bakal sama-sama suka nantinya " bisik Widiya ke Nita. "Males bangetttt! Kalau sama Biru sih oke, kalau sama Azie No Way." Nita dengan tegas. Widiya tertawa melihat wajah Nita yang sedari tadi kurang bersahabat. Pak Jamal pun kembali melanjutkan, mengkoreksi soal-soal yang tersisa 3 soal lagi, ia meminta kepada siswa yang lain, yang belum ke depan untuk mengerjakan soal. ***** Terdengar suara bel pulang berbunyi, semua siswa membereskan buku dan perlengkapan lainnya, mereka keluar kelas dengan tertib, Nita dan Widiya berjalan keluar ruangan kelas belakangan. "Laper nggak Nit?" tanya Widiya. "Laper sih, makan bakso dulu yuuk sebelum pulang." Ajak Nita. "Hayuk, dimana?" tanya Widiya. "Bakso gerobak yang ujung jalan aja, giman?" balas Nita. "Oke.." Nita dan Widya berjalan berdua menuju gerbang dalam sekolah lalu menuju parkiran. Ketika mereka melewati pohon sawo besar yang ada di depan ruangan terlihat Azie yang sedang berkumpul bersama Zara dan Biru tengah berbicara sesuatu dengan serius di tempat duduk yang ada di bawah pohon sawo itu. "Nit, pujaan hati tuh" goda Widiya. "Win, jangan bikin aku bete ya, jadi gak nafsu nih mau makan baksonya." Nita sedikit memajukan bibirnya. "Hahaha santai, jangan ngambekan ah." Widiya tertawa. Mereka pun berlalu pergi meninggalkan Zie dan temannya. Sementara Zie, Biru dan Zara tengah sibuk membicarakan misi penting mereka yang tertunda. Setelah kemarin mereka sudah menunggu kedatangan si pelaku yang tak kunjung tiba, hari ini ketiga Genk Pemburu Keadilan akan melanjutkan kembali melakukan misinya, yang diketuai langsung oleh Biru. "Jangan sampai kalian datang terlambat, hari ini kita harus memberikannya pelajaran!" Ucap Biru menggebu. "Tentu saja Bi, ya sudah kita ketemu di tempat biasa sepulang sekolah di tempat biasa." Tambah Zara. Sementara Azie hanya menganggukkan kepalanya. Sore nanti Azie dan kedua sahabatnya itu akan berkumpul di dekat pasar untuk mencari sosok suami dari wanita yang kemarin gantung diri setelah menghabisi nyawa anak-anaknya itu. Hari ini Zie sudah bisa pulang kapan saja tanpa perlu mengkhawatirkan adiknya untuk bertukar sepatu lagi karena mereka sudah memiliki sepatu masing-masing. Karena fokus dengan pembicaraan Azie tak sadar kalau Saiqa tengah memperhatikan mereka. "Apa yang kak Zie sedang bicarakan dengan kak Zara dan kak Biru, keliatannya serius amat." Batin Saiqa yang kini berjalan mendekati para kakak-kakaknya itu. "Lagi pada ngomongin apa sih? Serius banget keliatannya?" Tanya Saiqa yang kini berdiri di samping Zara. "Eh kamu ngagetin aja." Zara sedikit terkejut dengan kehadiran bocah itu yang tiba-tiba. Saiqa hanya nyengir. "Tau nih anak, sudah masuk kelas sana!" Titah Biru. "Kakak pulang dulu ya dek, kamu masuk kelas gih sana!" Azie malah langsung pamitan mengalihkan pembicaraan. "Eh jadi nggak ada yang mau ngasih tahu nih." Saiqa sedikit kecewa. "Bukan urusan anak kecil dek, ya sudah kakak pulang ya!" Azie langsung meraih tangan sang adik memberikan kode untuk Saiqa bersalaman dengannya. Saiqa pun mencium telapak tangan sang kakak, Biru dan Zara juga ikut menjulurkan tangannya pada Saiqa. "Belajar yang rajin, jangan terlalu kepo sama urusan orang besar." Ucap ketiganya kompak. "Ya ampun sehati banget sih bertiga. Ya ya Saiqa masuk dulu. Assalamualaikum." Pamit Saiqa. "Waalaikumsalam." Saut ketiganya yang kini berjalan menuju parkiran. Mengantar Azie mengambil sepedanya, sementara Biru dan Zara sudah ditunggu jemputan mereka di luar sekolah. Sementara Nita dan Widiya pulang berjalan kaki, saat mereka sedang berjalan, ada suara bel sepeda dari belakang, sontak Nita dan Widiya menoleh ke arah belakang, ternyata Azie yang sedang mengendarai sepeda. "Mau pulang bareng Nit!" Ajak Azie. "Dih, males banget. Mau duduk dimana aku nanti. Di ban sepeda mu?" Jawab Nita ketus seraya melihat model sepeda cowok Azie yang tak memiliki boncengan. Masa ya dia mau duduk di depan bagian pipa atas sepeda itu. "Udah sana mau aja diajak pulang bareng kan tuh!" Ucap Widiya ke Nita. "Idih gila kamu ya, liat saja model sepeda cowok begitu. Mau duduk dimana aku, lagi pula enakan jalan kaki." Saut Nita tetap jutek. "Ya sudah kalau gitu duluan yaa. Win jagain kucing cantikku ya. Hahaha " Seloroh Azie berlalu mengayuh sepedanya dengan cepat. "Nyebelin banget sih kamu."teriak Nita. Widiya hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua. "Udah, Nit udah. Aku bilang juga apa, kalian itu sebenernya nyimpen rasa masing-masing deh, cuma tanda rasa kalian itu disalurkan nya lewat berantem, iya gak sih?" Goda Widiya lagi. "Win udah ya, nggak usah dibahas males tau, nggak banget lah aku sama Azie, orang nyebelin gitu. Lagian kita ini masih SMP Win malah sudah bahas cowok. Fokus belajar sebentar lagi ujian." Nita mengingatkan. "Oke.. oke" Widiya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sementara di belakang sana ada sepasang mata dengan tatapan tidak sukanya tengah mengawasi interaksi dua gadis remaja itu dari dalam mobilnya. "Masa ya sih Zie suka sama anak itu?" batin Zara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN