BAB 18

1472 Kata
Setelah kak Shyn pergi, Aura kembali ke dalam. Semua orang menatapnya penuh dengan tanda tanya, mereka bahkan secara kompak menatap Aura membuat Aura menghembuskan napas berat namun kemudian ia tersenyum. Semua orang semakin penasaran dengan arti dari senyum Aura, meskipun sebenarnya di benak mereka sudah timbul banyak kebahagiaan. "Mereka bilang penampilan kita bagus malam ini," ucap Aura yang akhirnya membuat semua orang bersorak senang. Semua orang ikut senang dengan penilaian Aura, karena mereka ingin ikut andil. Penilaian mereka menentukan kualitas dan kerja sama tim yang jarang sekali di nilai oleh orang, biasanya penonton selalu memberikan tepuk tangan tanpa tahu bagian mana yang harus di perbaiki lagi akan menjadi lebih baik untuk kemudian hari. Sutradara bertepuk tangan, "penilaian mereka juga berarti untuk kami karena semua tim juga di evaluasi secara tidak langsung," ucap sutradara, Aura mengangguk setuju. Sejak awal sutradara sudah mengingatkan jika apapun nanti hasilnya adalah berkat dari kerjasama bersama, meskipun mungkin tidak sesempurna penampilan profesional lainnya tetapi apa yang semua coba untukkan adalah hasil dari kerja keras dan usaha semua orang sehingga nanti tidak akan ada penyesalan yang terjadi. Sutradara juga mengatakan jika memang saat ini semua orang membantu Aura, tetapi sebenarnya Aura yang membantu semua orang untuk berkerja keras dsn juga berkembang. Semua orang bertepuk tangan, keberhasilan hari ini adalah berkat usaha semua orang. Tidak peduli besar ataupun kecil bagian mereka semua memiliki andil yang sama untuk keberhasilan ini, itulah yang dikatakan oleh kak Shyn tadi sebelum ia berpamitan mengantar tim dari agensi. "Kalau begitu kita akan rayakan ini dengan makan malam hari sabtu nanti, semua orang harus datang," ucap sutradara, mendengar itu semua orang langsung bertepuk tangan tidak terkecuali Aura yang ikut bertepuk tangan Semua menjadi lebih bersemangat setelah sutradara mengatakan akan ada makan malam tim nanti, terlihat mereka juga bahagia dengan hasil yang di dapat. Semua juga bahkan terlihat menjadi lebih percaya diri saat ini. "Ayo staff perlengkapan bisa mulai bekerja dan yang lain silakan melakukan tugasnya sendiri, 1 jam lagi kita akan berkumpul di sini!" ucap sutradara tegas, semua orang mengangguk mengerti lalu berkerja dengan langkah yang ringan. "Siap pak!" ucap semua orang dengan kompak. Semua staff kembali berkerja dengan lebih bersemangat, mereka kembali mengerjakan tugas mereka masing - masing. Berbagai perlengkapan kini mulai di susun kembali, semua berkerja sama saling membantu membuat Aura sendiri merasa bangga menjadi bagian dari tim ini. Aura berjalan ke belakang panggung, beberapa staff yang membantunya juga ikut kembali. "Aku senang Ra, bisa jadi bagian perjalanan kamu selama di sini. Aku yakin kamu bakal sukses," ucap Reni yang memang dari awal bertugas membantu Salsa baik dari pakaian maupun dandanan, selama di sini. Mendengar banyak orang yang memujinya membuat Aura tidak bisa membendung air matanya, ia tidak menyangka jika kinerjanya selama ini di lihat baik oleh orang - orang yang berkerja sama dengannya. "Terima kasih kak Ren," ucap Aura tulus. Reni lalu tersenyum, "ayo kita beres - beres, kamu ke ruang ganti dulu ya nanti aku nyusul," ucap Reni lalu Aura mengangguk mengerti dan langsung melangkah ke ruang ganti. Di dalam ruang ganti Aura langsung terduduk jongkok, kakinya terasa lemah. Beban yang ia miliki memang masih banyak namun penilaian pertamanya ini membuatnya agak merasa lega, apapun hasilnya Aura juga sudah sangat siap menerima. Mimpinya sudah ada di hadapan Aura sendiri, apa yang sudah di usahakan olehnya adalah apa yang terbaik yang Aura bisa tunjukan. Aura teringat jika ia harus ke agensi besok pagi untuk latihan, Aura langsung berdiri ia ingin cepat pulang ke rumah agar kekuatannya segera pulih. Pakaian kostum pentas yang ia gunakan sudah di lepaskan oleh Aura, sekarang ia memakai pakaian ganti yang sebelumnya sudah ia gantung. Setelah selesai dengan pakaiannya, Aura langsung keluar dari ruang ganti. "Aura," panggil Winda yang datang dengan senyum lebar dan bucket bunga di tangannya. Melihat kedatangan Winda tentu saja membuat Aura merasa senang, Aura menatap Winda dengan senyum yang lebar di bibirnya. "Penampilan kamu beneran bagus tadi," ucap Winda langsung memeluk Aura yang membalas pelukannya. Aura memeluk lama Winda, orang yang selalu mendukung Aura selama ini yang juga sudah Aura anggap sebagai kakaknya sendiri. Ia merasakan perasaan tulus yang jarang ia rasakan datang dari orang - orang di sisinya, "selamat ya," ucap Winda lagi, Aura mengangguk dalam pelukannya. Tidak lama, pelukan itu terlepas juga. "Kamu berlebihan deh," ucap Aura dengan kekehan membuat Winda ikut tertawa kecil. "Aku gak berlebihan, aku bener - bener bisa lihat kerja keras kamu. Aku bangga banget sama kamu," ucap Winda masih dengan senyum lebar yang tidak menghilang dari bibirnya. "Ini buat kamu," lanjut Winda lalu menjulurkan bucket bunga yang ada di pelukannya ke Aura. Mata Aura menatap berbinar bucket bunga dari Winda, ia tidak bisa menyembunyikan senyum dari wajahnya. Bahkan Winda dapat menangkap dengan jelas jika Aura sangat senang saat ini. Senyum makin tidak bisa pergi dari wajah Aura, "kenapa repot - repot, tapi makasih banget kak. Padahal aku udah sering izin belakangan ini di cafe," ucap Aura merasa tidak enak. Meskipun terlepas ia dan Winda berteman, tapi di cafe Winda adalah atasan langsung Aura. Sudah dengan baik hati selama ini Winda menerimanya berkerja sehingga bisa memenuhi kebutuhan sehari - hari, tapi belakangan Aura merasa bersalah karena jarang masuk dan sering izin. Tidak hanya pada Winda saja sebenarnya, rasa tidak enak Aura juga kepada pegawai lain juga. "Udahlah, malah aku seneng punya temen trainee. Kalau kamu sukses aku juga pasti bakal bangga banget dan ikut senang. Kamu tahu aku selalu dukung kamu karena aku tahu bagaimana usaha kamu," ucap Winda membuat Aura malah meneteskan air mata di sudut matanya. Menggunakan punggung tangannya Aura menghapus air mata itu, menggantinya dengan senyuman yang emosional dari Aura. Winda kembali mendekat, menepuk lembut pundak Aura. "Aku sangat yakin kalau kamu akan jadi artis besar," ucap Winda membuat Aura mengangguk pelan. "Aku gak akan mengecewakan kalian," ucap Aura dengan suara seraknya. Entah mengapa saat ini Aura malah tiba - tiba menangis, ia merasa terharu mendapat dukungan dari orang - orang terdekatnya. Aura juga tidak menyangka jika ia sampai di titik ini, membuat Aura tentu saja tidak bisa menahan emosinya. Winda tertawa berusaha untuk membuat Aura lebih tenang, "ayo pulang sama aku," ucap Winda. Aura terdiam sebentar, "maaf banget aku kayaknya gak bisa," ucap Aura pelan, ia merasa tidak enak. Jika bukan karena janjinya dengan Tama, tentu saja ia tidak akan menolak tawaran Winda apa lagi sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu berdua saja. Tapi bagaimana lagi, ia terlanjur mengiyakan ajakan Tama yang datang sebelum Winda. "Kenapa?" tanya Winda terdengar kecewa. Aura tersenyum tipis, "aku mau ketemu temen abis ini," ucap Aura setengah jujur, karena jika ia mengatakan akan pergi dengan Tama pasti Winda akan heboh. Mata Winda menatap penuh binar Aura, ia tidak menyangka jika Aura akan menolaknya kali ini padahal biasanya Aura memang sering makan bersama Winda dan juga Dean setelah penampilannya tapi kali ini jawaban Aura tentu saja membuat Winda menatap penuh selidik dan juga curiga. Winda mengerucutkan bibirnya, "siapa? Jangan - jangan yang kemarin ya, siapa sih namanya lupa. Hm...," ucap Winda berpikir. Aura langsung mengerti siapa yang di maksud oleh Winda, "Agry?" ucap Aura dan benar saja Winda segera menganggukkan kepalanya. Tawa kecil keluar dari mulut Aura, "bukan kak," ucap Aura masih terkekeh. "Kamu ini, aku udah bosen bilang kalau gak perlu pake kata kak, cukup panggil aku Winda aja. Lalu siapa?" tanya Winda menatap penasaran Aura. Melihat Winda terlihat penasaran Aura diam, "ada deh," ucap Aura terkekeh. Winda mendengus, "oke tapi kalau sampe kamu beneran punya pacar harus di kenalin sama aku," ucap Winda mengingatkan. Aura mengangguk, "iya deh," sautnya dengan kekehan. "Ya sudah, aku duluan ya. Kamu istirahat jangan lupa," ucap Winda mengingatkan, memang Winda seperhatian ini membuat Aura merasa nyaman berteman dengannya. "Iya, hati - hati ya. Kamu juga istirahat," ucap Salsa, Winda mengangguk lalu melambaikan tangannya dan Aura tentu membalas lambaian tangan itu. Setelah Winda pergi, Aura melanjutkan kegiatannya. Ia segera memasukkan barangnya ke dalam tas, ponselnya yang ada di atas meja berdering. Nama Tama terukir dengan jelas di balik layar, Aura meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan itu. "Aura kamu sudah selesai?" tanya Tama saat panggilan itu di jawab oleh Aura. Aura menatap jam di pergelangan tangannya, sebenarnya ia sudah selesai dari 30 menit yang lalu tetapi karena banyak yang datang mengucapkan selamat kepadanya membuat Aura tidak bisa pergi begitu saja. Aura juga merasa tidak enak karena sepertinya Tama sudah menunggu cukup lama, Aura mengambil tasnya lalu keluar dari ruangannya. "Kamu di mana?" ucap Aura balik bertanya, ia mempercepat langkahnya. "Aku di depan," saut Tama. Aura mengambil tasnya, "aku ke sana," balasnya lalu panggilan itu berakhir dan Aura langsung berjalan ke depan menyusul Tama. Saat keluar dari ruang gantinya, Aura menyapa beberapa staff dan tim yang masih menyelesaikan tugas mereka untuk sekadar berpamitan. Biasanya mereka akan menyelesaikan bersama - sama, tapi karena sutradara menganggap penampilan kali berhasil pemain di beri kelonggaran dan staff yang lembur mendapat libur. "Tama," panggil Aura saat melihat sosok Tama di depan teater.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN