BAB 42

1305 Kata
Agry terdiam di tempatnya, ia masih bingung harus menunjukkan sikap seperti apa karena Agry tahu sekali jika di lihat sekarang ini Aura sedang tidak dalam keadaan yang baik - baik saja. Entah apa yang terjadi sampai - sampai Aura seperti itu, Agry jelas saja terkejut melihatnya. Agry ingin mendekat, namun Aura tetap saja menolak. Aura yang melihat jika Agry hendak mendekat ke arahnya, Aura langsung mengusap air matanya. "Jangan ke sini," ucap Aura cepat, membuat Agry yang mendengar itu langsung menghentikan langkahnya. Saat ini rasanya Aura tidak ingin bertemu siapapun, Aura juga tidak ingin di lihat oleh orang lain. Apa lagi oleh Agru yang sudah beberapa hari ini terlihat penasaran dengan ceritanya dengan Brian. Jika Aura menceritakan masalah Brian, pasti Agry akan bertanya lebih jauh sedangkan Aura sendiri tidak ingin membahasnya. Aura mengalihkan pandangannya dari Agry, sebelumnya ia tidak pernah selemah ini di depan orang. Tapi sepertinya apa yang di tahan dan di tumpuk oleh Aura sudah terlalu banyak hingga membuat dirinya sendiri merasa sesak, akhirnya semua tertumpah begitu saja seperti sekarang ini. "Benar - benar sesak," ucap Aura dalam hatinya. Dada Aura benar - benar terasa sesak saat ini, ia merasa kesulitan bernapas jika mengingat Brian yang seakan tidak memikirkan posisi Aura. Kemunculannya sekarang benar - benar menganggu ketenangan pikiran dan jiwa Aura, yang lebih membuat Aura sesak adalah apakah Brian tidak berpikir mengenai perasaanya sama sekali hingga sesantai itu ia mendatangi Aura. Agry masih menatap Aura dari jauh meskipun Aura melarang Agry untuk mendatanginya, jelas saja melihat Aura yang tiba - tiba seperti itu membuat Agry merasakan kebingungan. Awalnya, saat Agry melihat Aura ia mengira jika Aura berlari karena ingin cepat sampai ke cafe itu sebabnya Agry diam - diam mengikutinya dan berencana untuk mengejutkannya dengan cokelat yang kebetulan di titipkan oleh Ken kemarin setelah ia pulang syuting di luar kota. "Apa kamu tidak apa - apa Aura?" tanya Agry dari balik telepon, suaranya terdengar cemas. Tentu saja Aura tahu apa yang di pikirkan oleh Agry, melihatnya saja Aura mengerti jika Agry merasa bingung dan juga merasa cemas melihat sisi Aura yang seperti ini untuk pertama kalinya. Aura juga tidak ingin menunjukkannya, jika bukan karena ia kebetulan bertemu dengan Agry juga Aura tidak akan mungkin menunjukkan sisinya yang seperti ini. Aura menggelengkan kepalanya, "tidak apa - apa, aku bisa minta tolong?" tanya Aura membuat Agry dengan cepat mengangguk. "Apapun yang aku bisa akan kubantu," ucap Agry cepat. Aura menghembuskan napasnya panjang, "tolong pura - puralah untuk tidak melihat aku sekarang, jangan hiraukan aku. Aku lebih baik seperti itu," ucap Aura dengan suara yang bergetar. Menurut Aura itu adalah pilihan terbaik untuknya dan untuk Agry, jika Agry berpura - pura tidak melihatnya maka Aura juga akan merasa lebih nyaman nantinya. Jika tidak, maka Aura tidak bisa mengatakan apapun. Bersikap tidak peduli bukan hal yang sulit untuk Aura. Agry mengangguk setuju meskipun tidak di lihat oleh Aura, "baiklah," ucap Agry kembali melangkahkan kakinya menuju kursinya. Sepertinya Aura memiliki masalah sendiri yang belum bisa ia ceritakan pada orang lain, Agry sangat menghargai dan menghormati privasi Aura itu sehingga ia tidak bertanya lebih lanjut dan mengikuti perkataan Aura untuk membiarkannya sendiri dulu. Agry sebenarnya agak dilema, ia tidak ingin Aura seperti itu tapi sepertinya Aura masih membutuhkan waktunya sendiri. Tapi saat ini Agry memilih untuk mengikuti keinginan Aura, ia menghargai pendapat Aura. Agry juga berharap jika Aura akan segera membaik terlepas apapun masalahnya saat ini, karena Agry juga tidak bisa membantu atau melakukan apa pun jika Aura sendiri tidak menginginkan bantuan dari Agry dan tentunya Agry juga tidak bisa memaksa. Agry tidak ingin bersikap egois, apa lagi ini masalah Aura dan Agry hanyalah orang luar yang kebetulan kenalan dari Aura. "Maaf," ucap Aura kemudian ia mematikan panggilan itu. Aura terdiam, jika ia berbicara lagi mungkin ia tidak akan bisa menahan tangisnya yang akan turun nanti. Pandangan mata Aura hanya tertuju pada hujan yang turun dengan derasnya, bahkan angin juga bertiup sama kerasnya membuat dahan - dahan kesulitan menahan dirinya. Aura merasa dirinya sama seperti pohon itu, angin dan hujan terus saja mendatangi dirinya. Entah sudah berapa banyak luka yang ia tahan dari setiap rasa sakit yang menyergapnya, Aura benar - benar tidak tahu. Panggilan di antara mereka berakhir setelah Aura meminta Agry untuk bersikap seolah - olah tidak mengenal Aura, lalu beberapa saat kemudian ponsel Aura tiba - tiba bergetar, ia melihat siapa yang mengiriminya pesan dan itu ternyata adalah Agry. Mata Aura sempat melirik sebentar ke arah meja Agry, ia kemudian membuka pesan yang di kirim oleh Agry. 12.43 Makanlah coklat itu, aku rasa mood kamu akan lebih baik. 12.44 Itu dari Ken, dia membelinya karena mengingat kamu. Aura terdiam beberapa saat, ia merasa semakin sedih. Ia ingin mengutuk dirinya sendiri karena betapa lemah perasaanya, memang benar banyak orang yang menyakitinya tapi Aura selama ini seakan selalu tutup mata dan menilai sama orang yang memang benar - benar baik dan peduli padanya. Anehnya, Aura sendiri seakan tidak bisa melihat kepedulian orang lain kepadanya. Terbiasa melakukan segalanya sendiri membuat Aura tidak bisa peka dengan lingkungannya sendiri, ia serasa mendapatkan tamparan halus dari Ken atas sikap sok kuatnya Aura selama ini. Padahal, Aura baru mengenal Ken dan hanya dua kali bertemu tapi Ken malah sebaik ini kepadannya. 12.46 Cobalah makan satu, semoga saja mood kamu lebih baik. Mata Aura berlinangan air mata, ia memang bodoh karena terusik oleh masa lalu. Padahal, Aura saat ini tidak hidup di masa itu, ia sudah bergerak jauh menjauhi masa lalu itu hingga sekarang ia bergerak maju di masa depan. Tangan Aura mengusap air mata di sudut matanya, ia menarik napasnya dalam. 12.47 Terima kasih, akan aku coba. Aura menatap Agry yang kebetulan menatapnya, Aura tersenyum kecil dan Agry melihat itu. Di sisi lain Agry merasa senang karena melihat senyum kecil dari Aura, setidaknya Agry merasa jika Aura sudah mulai baik - baik saja sekarang. Agry bisa bernapas lega karenanya, padahal ia sendiri tidak tahu mengapa melakukan itu. Setelah meletakkan ponselnya Aura meraih kotak coklat yang ada di atas meja, ia kemudian membuka pita yang ada di atas kotak coklat itu kemudian membuka penutup cokelat itu. Aura menemukan sebuah surat dari dalam kotak itu, sebuah catatan kecil. Kakak ipar, aku sedang berjalan bersama beberapa teman saat selesai syuting. Aku melihat cokelat ini, lalu aku teringat kakak ipar. Oh ya, aku berharap suatu hari kita bisa menjadi lawan main di film atau drama. Semoga suka sama cokelat itu, pst ... jangan bagi kak Agry ya. -Ken Aura tersenyum kecil membaca pesan dari Ken, ia mengambil satu buah cokelat membuka bungkusnya lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Coklat yang di berikan oleh Ken benar - benar terasa enak namun tidak terlalu manis, Aura jelas menyukai hadiah dari Ken. Aura teringat sesuatu, ia mengeluarkan buku catatan kecilnya dan sebuah pena. Ken, terima kasih cokelatnya. Kalau kamu tidak sibuk, ayo makan malam lusa aku akan teraktir kamu. -Aura Tangan Aura merobek kertas itu lalu menyimpannya, mood Aura benar - benar menjadi lebih baik karena cokelat dari Ken. Aura melirik Agry yang masih diam di posisinya, Aura merasa bersalah karena sudah bersikap dingin seperti tadi kepada Agry. Aura membuka aplikasi pesan di ponselnya, lalu membuka ruang obrolannya dengan Agry. 12.57 Boleh aku ke sana bergabung dengan bapak? 12.57 Biar aku yang ke sana Aura. Setelah beberapa saat bergulat dengan hatinya, akhirnya Aura memutuskan untuk membiarkan Agry pindah ke mejanya. Aura tahu ia terlalu kekanakan dan terlalu egois untuk bersikap seperti tadi, masa lalunya membuat Aura benar - benar merasa terpojok dan sendiri. Aura juga tidak bisa menyalahkan keegoisannya, tapi luka yang Aura dapat terus saja menghantuinya. Anggap saja Aura terlalu lebay karena sikapnya seperti ini, tapi mentalitas setiap orang tidak bisa di sama ratakan. Mungkin untuk orang yang memiliki mentalitas tinggi apa yang terjadi pada Aura adalah hal biasa yang masih bisa di selesaikan dan di lupakan, tapi berbeda dengan mentalitas Aura yang menjadikan masa lalunya sebagai trauma.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN