Sinar mentari masuk melewati celah-celah jendela, meski tertutup gorden namun cukup mampu membangungkan Aura dari tidur nyenyaknya. Ia mengambil kacamata yang semalam ia letakkan di atas meja kecil yang berada di samping ranjangnya. Udara pagi ini terasa lebih dingin daripada biasanya karena semalam hujan turun seakan langit sedang menangis.
Aura berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air putih. Untungnya, ia sudah merapikan rumahnya semalam karena ia sudah tahu pasti akan melelahkan jika merapikannya hari ini. Ditambah, hari ini adalah hari liburnya. Ia hanya ingin sedikit bersantai tanpa melakukan apa pun.
Tingnong .... Tingnong ....
Aura bangkit dari posisinya duduk lalu berjalan menuju pintu depan saat beberapa kali bunyi bel terdengar. Ia membuka pintu saat dilihatnya seseorang dengan pakaian cukup rapi dan tas yang disampirkan pada pundaknya.
"Apa ini rumah Bapak Setyo?"
"Iya benar, saya anaknya. Ada apa, ya?"
Aura berjalan keluar mempersilakan pria tersebut duduk di kursi yang berada di teras.
"Bisa saya berbicara dengan Bapak Setyo?"
"Maaf, ayah saya sudah meninggal tiga bulan yang lalu."
Aura sedikit cemas saat melihat raut pria tersebut berubah menjadi lebih serius.
"Maaf Mbak, saya dari bank untuk menagih pinjaman Pak Setyo sebesar lima ratus juta. Minggu ini adalah jatuh temponya, ini suratnya."
Aura tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut dari wajahnya setelah mendengar hutang uang pinjaman yang pernah diambil ayahnya kini harus ia bayar kembali apalagi dengan jumlah yang tidak sedikit untuknya. Bahkan seumur hidup, melihat uang 100 juta secara langsung saja ia tidak pernah, malah sekarang ia harus membayar hutang sebesar 500 juta yang tentu saja bahkan dengan gajinya jika melakukan pekerjaan paruh waktu selama satu tahun pun belum tentu bisa terkumpul.
"Tolong segera dibayar sebelum jatuh tempo, kalau begitu saya permisi dulu."
Aura mengangguk kaku, mempersilakan pria tersebut keluar dari rumahnya. Setelah itu, ia langsung membuka amplop cokelat yang diberikan oleh pria tadi.
Kini, dunia seakan runtuk kepadanya. Bagaimana bisa dalam waktu satu minggu ia menyiapkan uang sebesar 500 juta. Aura masuk ke dalam rumah, dan meluapkan kebingungannya dalam tangisan.
Aura Mengecek saldo rekeningnya melalui mobile banking yang ada di telepon pintarnya. Pikirannya bertambah rumit setelah ia melihat saldo di rekeningnya yang bahkan tabungannya kini tidak sampai setengah dari apa yang harus dia bayar. Ia sungguh pusing memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan uang tersebut dalam waktu yang sesingkat ini.
Tiba-tiba Aura mendapatkan telepon dari Kak Putri yang beberapa minggu yang lalu juga menawarinya iklan dan langsung mengangkatnya.
“Halo, Aura maaf mendadak tapi kamu bisa tidak hari ini menggantikan model iklan yang tidak bisa datang. Soalnya deadline sudah mepet banget,” tanya Kak Putri dari balik teleponnya.
“Bisa Kak. Jam berapa, ya?”
“Satu jam dari sekarang, lokasinya nanti kakak kirim lewat pesan ya.”
“Iya kak. Kalau gitu aku siap-siap dulu, ya.”
Sambungan telepon dimatikan, Aura diminta untuk menggantikan model iklan yang harusnya syuting hari ini namun tidak bisa datang. Saat mendengar pertanyaan dari asisten direktur, tanpa pikir panjang Aura menyanggupinya. Masa bodo dengan hari libur yang tadi ia harapkan, mungkin selama beberapa tahun ini tidak akan ada hari libur lagi baginya. Tidak lama sebuah pesan masuk, yang menunjukkan alamat yang tidak asing bagi Aura. Ia cukup bersyukur saat melihat tempat syutingnya terletak tidak jauh dari rumahnya.
Aura mengambil tas selempang yang ia gantung di belakang pintu dan mengisinya dengan beberapa benda penting yang dibutuhkannya, tidak lupa memasukan ponsel dan dompet kedalamnya. Ia mengecek kembali pesan dan melihat di mana alamat tempat syuting berlangsung, sebelum ia langsung bergegas menuju tempat syuting yang tadi diberikan. Untuk saat ini memilih-milih dalam mengambil pekerjaan tidak akan berguna meskipun hanya mendapatkan peran yang kecil dan gaji yang tidak begitu besar, tapi setidaknya dengan gaji ini ia dapat menambah tabungannya untuk membayar pinjaman.
Saat datang Aura langsung diminta untuk mengganti pakaiannya dengan kostum boneka coklat, untuk hari ini ia akan syuting iklan sebuah produk s**u cokelat. Setelah berganti kostum, dengan cepat ia langsung mengambil posisinya.
"Cut!"
"Terima kasih semuanya atas kerja kerasnya."
Syuting berakhir setelah 2 jam. Sekarang Aura berjalan menuju ruang kostum. Beberapa saat kemudian asisten direktur yang juga kenalan Aura datang memberikan gajinya.
"Maaf mendadak, soalnya pemeranya tiba-tiba gak bisa datang. Kupikir kamu akan menolak karena ini hari libur," ucap kak Putri.
"Iya gak apa-apa, Kak. Aku malah berterima kasih. Soalnya aku juga lagi ada problem yang butuhun duit agak banyak," balas Aura rendah.
"Kamu ada masalah apa?"
"Gak apa-apa kak, ini masih aku coba selesaikan. Kakak kalo ada kerjaan mendadak lagi panggil aku aja, kalo aku free pasti kubantu."
"Iya, pasti kakak panggil kamu. Kalau begitu kakak tinggal ya masih mau cek hasil," ucap kak Putri lalu berjalan keluar ruangan meninggalkan Aura yang tengah merapikan kostum yang tadi ia pakai.
Setelah merapikan kembali kostum yang ia pakai, ia keluar dari tempat merekam syuting iklan tersebut dan berencana pulang menuju rumahnya. Seperti biasa Aura memilih pulang dengan berjalan kaki berharap dapat mengosongkan pikirannya karena terlalu banyak hal yang memenuhi pikirannya sekarang.
Drt... Drt....
Saat Aura berjalan menuju rumahnya tiba-tiba ponselnya berbunyi, ia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Saat telah terbuka, ia melihat sebuah pesan masuk dari agensi yang kemarin ia ikuti audisinya. Seperti melihat pelangi di tengah hujan, ia cukup terkejut tapi juga senang setelah ia melihat isi pesan tersebut yang menyatakan bahwa ia lolos seleksi audisi kemarin dan ia harus mengikuti audisi lanjutan tahap terakhir besok.
Seakan mengangkat sedikit bebannya, Aura benar-benar senang saat ini. Malah, dari dalamnya kesedihan yang menimpanya hari ini seakan sedikit terobati saat mendapatkan pesan lolos audisi tahap kedua. Ini benar-benar kesenangan pertama yang ia rasakan hari ini, dengan semangat ia mempercepat langkahnya untuk segera pulang. Ia sedikit berlari karena pikirannya sekarang adalah berlatih untuk audisi besok.
Saat Aura sampai di rumah, ia langsung membereskan rumah terlebih dahulu setelah itu ia memilih mandi untuk membersihkan dan mendinginkan pikirannya. Setelah selesai dengan aktivitasnya ia langsung mengambil notebook yang berada di atas meja belajarnya dan mencari video referensi untuk audisi besok. Semangat Aura sangat tinggi untuk dapat lolos di agensi Highlight Ent. Bagaimanapun juga, jika ia bisa lolos di sini kemungkinan ia bisa menyicil pinjamannya.
Ketekunan Aura melihat berbagai macam video sebagai referensi untuk latihannya membuatnya tidak tersadar jika ia sudah melihat video tersebut hingga ia tertidur.