BAB 37

1389 Kata
Pertanyaan Agry barusan benar - benar membuat Aura terdiam selama beberapa saat, Aura merasa jika sepertinya Agry berpikir ada yang aneh antara ia dan Brian. Aura benar - benar diam tidak menjawab, lagi pula ia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Agry terdiam selama beberapa saat, ia sadar jika ada kecanggungan di antara mereka. Selama beberapa saat Agry merutuki dirinya sendiri di dalam hatinya, sudah ia tahan sejak tadi namun akhirnya pertanyaan itu benar - benar terlontar dari mulutnya sendiri membuat Agry merasa bersalah kepada Aura. Agry sebenarnya tidak bermaksud menanyakan hal itu dengan cara bicara seperti itu, hanya saja ia sendiri tidak mengerti mengapa malah menanyakannya seperti itu. Agry menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia juga ikut diam ketika Aura tidak menyauti pertanyaannya tadi. "Apa kamu tidak ingin menjawabnya?" tanya Agry lagi, jujur saja sebenarnya Agry penasaran dengan jawaban apa yang akan di beri oleh Aura. Sepertinya Agry tetap menunggu jawaban dari Aura, sedangkan Aura sendiri ia tidak tahu harus seperti apa menjawab pertanyaannya itu. Aura diam, ia bingung harus meresponnya seperti apa sedangkan di sisi lain Aura melihat seakan Agry tengah menunggu jawaban darinya. Jawaban yang Aura sendiri tidak tahu harus memulai dari mana, ah ..., bukan memulai tetapi Aura sendiri tidak tahu jawaban seperti apa yang harus ia berikan. "Apa aku harus menjawabnya?" tanya Aura dengan nada suara datar. Agry langsung melirik ke arah Aura yang tetap saja memandang ke depan tanpa mengalihkan perhatiannya, Aura terdiam tidak ingin menjawab sebenarnya namun diamnya mungkin tidak bisa membuat Agry mengerti. "Jika kamu tidak ingin tidak perlu menjawabnya," saut Agry seakan menunjukkan jika ia tidak akan menanyakan lebih jauh. Aura menarik napasnya dalam, akhirnya Agry mengatakannya seperti itu. Tetapi itu lebih baik daripada Agry terus bertanya dan meminta Aura untuk menjelaskan, ia sendiri tidak ingin masuk kembali ke dalam lubang jebakan yang bernama kenangan. Setidaknya tidak untuk sekarang, karena jika ia masuk ke dalam lubang itu Aura bisa - bisa kehilangan dirinya lagi. Aura menganggukkan kepalanya, "maaf aku tidak akan menjelaskan apapun karena menurutku tidak perlu," ucap Aura sopan, ia bingung harus mengatakan seperti apa dan ini adalah jawaban darinya. Agry menghela napas, "berarti memang ada sesuatu," gumam Agry dalam hatinya. Sejak tadi di rumah sakit, awalnya Agry berpikir suatu kebetulan bertemu dengan Aura. Agry juga berpikir jika Aura sedang menyapa Brian ketika ia tidak sengaja melihat mereka tengah berhadapan, namun entah mengapa Agry baru itu melihat Aura terlihat dingin pada Brian. Saat itu Agry berpikir, mungkin saja karena Aura tidak mengenali jika Brian itu adalah CEO di perusahaan mereka sehingga Aura bersikap seperti itu. Oleh karena itu Agry berusaha menahan pertanyaannya dan lebih mempercayai pendapat dari pikirannya. Dulu, saat pertama bertemu dengan Aura memang Agry merasa jika Aura ini terlihat dingin meskipun ia terlihat mencoba untuk ramah kepada orang lain tetapi Agry tetap melihat Aura sebagai seseorang yang bersikap agak dingin. Agry berpikir, mungkin Aura memang bersikap seperti itu kepada semua orang. Tetapi, semakin kenal dan semakin dekat dengan Aura dari sanalah Agry langsung menyadari jika sebenarnya Aura tidak sedingin itu. Aura memang ramah, namun caranya saja yang membuat ia terlihat sangat dingin. Padahal, sebenarnya ia hangat dari dalam. Mungkin jika belum mengenalnya akan menganggap Aura dingin dan tidak tersentuh, namun setelah mengenalnya jujur saja Agry merasa jika Aura memiliki kepribadian yang cukup menyenangkan. Aura juga terlihat peduli dengan orang lain, meskipun terkadang ia tidak menunjukkannya secara langsung tetapi dari sikapnya Agry dapat melihat jelas jika Aura sangat baik dan ramah. Itu sebabnya, Agry agaknya heran ketika melihat Aura memandang dikit Brian yang merupakan bos mereka. Entah kenapa Aura seakan menjaga jarak dan segera menghindar saat itu, ia bahkan pergi tanpa pamit kepada Brian namun Agry juga merasa ada kejanggalan saat Brian diam saja saat itu. "Maaf aku terlalu ingin tahu," ucap Agry ketika ia menyadari jika mungkin Aura tidak merasakan kedekatan sebagai teman yang sama kepada Agry. Sebenarnya Agry juga merutuki dirinya sendiri yang malah dengan mudahnya berbicara dan bertanya mengenai hal itu, tanpa memikirkan perasaan Aura yang mungkin saja sudah ia buat tersinggung karena pertanyaannya. Padahal, Aura juga tidak memiliki kewajiban apapun untuk menjelaskan hubungannya dengan Brian kepada Agry, tetapi lagi - lagi Agry merasa kesal karena dirinya sendiri yang sudah lancang menanyakan hal pribadi seperti itu. Aura menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil, "tidak apa - apa," saut Aura pelan, ia tidak ingin Agry malah tersinggung karena jawabannya. Kesal. Tentu saja Aura merasa sangat kesal, ini semua terjadi karena Brian. Lagi pula kenapa Brian malah muncul di saat - saat seperti ini, saat Aura sudah berusaha keras untuk menghindar dan mencoba untuk tidak bertemu langsung dengannya tetapi ia malah bertemu secara langsung dengan Brian secara tidak sengaja. Rasa marah yang Aura pendam saat ini seakan bersiap untuk meluap setiap kali ia melihat jika Brian memandangnya dalam, Aura bahkan merasa jika Brian pasti dengan cepat melupakan kejadian dulu yang terjadi di antara mereka. Aura saja sampai heran, bagaimana Brian bisa melupakan semuanya secepat itu apakah tidak ada rasa bersalah yang ia rasakan. Aura ingin tertawa rasanya sangking ia merasa kesal karena Brian, di saat Aura terus di hantui kenangan buruk itu di saat lain Brian bahkan terlihat baik - baik saja seakan tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Padahal, untuk Aura sendiri bangkit memerlukan waktu yang cukup lama. Mungkin saja Brian berpikir jika itu sudah menjadi bagian dari masa lalu tapi bagi Aura hal itu seakan baru terjadi kemarin, luka yang di buat oleh Brian masih belum kering untuknya. "Tidak semudah itu," ucap Aura dalam hatinya. Nyatanya, bagi Aura tidak semudah itu untuknya bersikap baik - baik saja. Brian sudah benar - benar mengacaukan dirinya, sejak itu banyak masalah lain menimpa dirinya. Mungkin memang benar itu bukan kesalahan Brian atas masalah - masalah lain yang datang, tetapi jika saat itu Brian tidak melakukan kesalahan tentu saja Aura masih akan mempunyai tempat untuk bersandar atas masalah - masalah yang datang. Kecewa, tentu saja sulit untuk dilupakan. Bahkan, Aura sejak saat itu tidak bisa hidup dengan tenang. Hidup membuat Aura benar - benar harus bertaruh untuk dirinya sendiri, seberat itu memang apa yang sudah di lewati Aura selama ini. Entah apa yang bisa Aura lakukan untuk menghindari semua ini, Aura terlalu pusing dengan pikirannya sendiri. "Aura!" "Aura!!" Aura segera mengerjapkan matanya kemudian menolehkan kepalanya ke samping, "iya," saut Aura bingung. Agry menatap Aura sejenak kemudian fokus kembali dengan jalan di depannya. "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Agry, ia bingung kenapa belakangan Aura sering kali melamun. Aura menggelengkan kepalanya, "tidak ada," ucap Aura singkat. "Lalu, kenapa kamu melamun. Belakangan ini kamu lebih sering melamun, kalau ada masalah kamu bisa menceritakannya padaku. Mungkin aku bisa membantumu," ucap Agry terdengar khawatir. "Andai aku bisa menceritakan semuanya," gumam Aura. "Apa, aku tidak mendengarnya?" ucap Agry ketika tidak dapat mendengar ucapan Aura yang malah seperti gumaman. "Tidak apa - apa," ucap Aura dengan senyum kecilnya. "Kamu harus banyak berolah raga, jangan terlalu banyak melamun. Penilaian semakin dekat," ucap Agry memberi tahu. "Penilaian," ucap Aura dalam hatinya. Lagi - lagi, Aura harus dihadapkan dengan kenyataan yang kejam. Rasanya sehari saja ia ingin bermalas - malasan, tidak melakukan apapun atau memikirkan apapun namun sayangnya tidak akan ada hari seperti itu untuk Aura. Kenyataan mungkin akan menghantamnya lebih dulu, hutang - hutang harus segera ia lunasi. Banyak kenyataan - kenyataan lain yang akan lebih dulu menghantamnya, daripada memiliki satu hari yang tenang. "Berlatihlah, jangan sia - siakan waktumu. Kamu harus lebih tinggi dari sekarang," ucap Agry membuat Aura langsung terdiam. Apa yang di katakan oleh Agry benar, Aura tidak boleh goyah karena Aura harus berada di posisi paling tinggi. Cita - cita dan usahanya harus setinggi mungkin, agar Aura benar - benar bisa mendapatkan hari yang menurutnya akan menjadi hari terbaik miliknya. "Kita sudah sampai," ucap Agry kemudian pandangan Aura menatap ke jendela, benar saja mobil Agry kini sudah terparkir di depan rumah Aura. Tangan Aura melepaskan sabuk pengaman kemudian ia mengambil tasnya, "terima kasih," ucap Aura menatap Agry yang membalasnya dengan anggukan. "Sampai bertemu di penilaian lusa," ucap Agry mengingatkan. Aura menganggukkan kepalanya, "toling nilai aku sesuai kemampuanku," ucap Aura tulus. "Aku selalu melakukan itu," balas Agry. Aura tersenyum, "baiklah sampai jumpa," ucap Aura kemudian membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil. Agry menurunkan jendela, "istirahatlah," ucap Agry kemudian Aura mengangguk . "Hati - hati di jalan," saut Aura tulus, Agry tersenyum dan mengangguk kemudian Aura melambaikan tangannya dan Agry kembali menjalankan mobilnya menjauhi rumah Aura.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN