Bab 3 : Rahasia Yang Tersembunyi

1793 Kata
Isabella terbangun di tempat tidur yang asing dan mewah, masih terguncang oleh peristiwa semalam. Peningkatan alkohol dalam tubuhnya membuatnya merasa seperti ada kabut tebal yang menyelimuti pikirannya. Dia mencoba bangkit dari tempat tidur, tetapi kepalanya masih terasa berat dan sakit. Saat melihat sekeliling, dia menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya. Isabella Bangun perlahan dari tidurnya. "Apa yang terjadi semalam?" Dia mencoba membangkitkan ingatannya dari kabut mabuk yang menyelimuti pikirannya. Kenangan akan insiden memabukkan dan hubungan intim dengan Alexander datang seperti kilat ke dalam ingatannya. Rasa panik melanda Isabella saat dia merasa hancur dan bersalah karena mengambil langkah yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya dengan siapapun. Isabella memegang kepalanya yang masih terasa berat dan sakit. "Apa yang telah aku lakukan?" Dia merasa terjebak dalam perasaan bingung dan terluka. Isabella tidak hanya khawatir tentang bagaimana insiden tersebut akan memengaruhi karir profesionalnya, tetapi juga perasaan pribadinya yang kacau karena dia tidak pernah melakukan hal ini dengan siapapun. Ketika Isabella mencoba untuk keluar dari tempat tidur, dia merasa lemah dan gemetar. Tiba-tiba, pintu terbuka perlahan, dan seorang pelayan dengan seragam klasik masuk ke dalam kamar. Pelayan itu sedikit membungkuk. "Maaf, Miss Carter. Apakah Anda membutuhkan sesuatu?" Isabella tersentak oleh kedatangan pelayan itu, dan dia merasa semakin bingung. "Di mana saya? Dan apa yang terjadi semalam?" Pelayan itu menjawab dengan sopan, tetapi nada serius terdengar dalam suaranya. "Anda berada di kediaman Mr. Alexander Romano, Miss. Semalam, Mr. Romano membawa Anda ke sini setelah Anda merasa tidak enak badan akibat alkohol." Isabella semakin bingung dan curiga. "Apakah... terjadi sesuatu padaku?" Pelayan itu menjelaskan dengan penuh kerahasiaan. "Mohon maaf, Miss Carter. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut." Isabella merasa semakin curiga. Sesuatu yang tidak beres terasa dalam situasi ini. Pelayan yang berbicara dengan nada yang sangat formal dan rapi juga meningkatkan rasa curiga Isabella. Sementara itu, Alexander Romano sendiri belum muncul. Isabella merasa semakin terjebak dalam situasi yang semakin rumit. Pikirannya menerawang ke perasaan bingung dan terluka yang dia rasakan setelah insiden semalam. Pelayan itu memandang Isabella dengan penuh kehati-hatian, seolah-olah menilai apakah dia cukup sadar dan stabil untuk berbicara. Setelah beberapa saat, pelayan tersebut melanjutkan dengan suara lembut. "Miss Carter, Mr. Romano telah menyediakan fasilitas di sini untuk Anda membersihkan diri dan bersiap. Kami juga telah menyiapkan sarapan untuk Anda di ruang makan. Silakan ikuti saya." Isabella masih merasa bingung dan ragu, tetapi dia merasa perlu untuk mencari tahu lebih lanjut tentang situasi ini. Dia mengikuti pelayan itu keluar dari kamar menuju ke kamar mandi yang mewah yang sudah siap untuk digunakan. Isabella segera membersihkan dirinya, mencuci wajahnya dengan air dingin untuk menghilangkan rasa mabuk yang masih tersisa. Saat dia melihat dirinya dalam cermin, dia terkejut karena melihat bagian dari dirinya sudah disentuh oleh Alexander. Dia melihat kissmark berwarna ungu yang ada di sekitar lehernya. Kenangan tentang malam sebelumnya dan tindakannya dengan Alexander membuatnya merasa sangat bingung dan hancur. Setelah membersihkan dirinya, Isabella mengenakan gaun yang telah disediakan untuknya oleh pelayan. Gaun itu adalah gaun mewah dengan desain yang elegan, yang membuatnya merasa lebih rendah diri. Dia menghampiri meja rias dan mengatur rambutnya dengan baik, mencoba untuk meredakan rasa sedih yang masih menghantuinya. Setelah selesai, Isabella mengikuti pelayan itu menuju ke ruang makan yang sangat besar dan mewah. Ruangan itu dihiasi dengan lapisan permadani tebal, lukisan-lukisan berharga, dan furnitur mewah. Isabella merasa semakin kagum dan bingung tentang seberapa kaya dan berpengaruhnya Alexander Romano. Saat mereka memasuki ruang makan, Isabella semakin terkejut. Terdapat banyak penjaga dan pelayan yang berpakaian formal dan berdiri siaga, seolah-olah menunggu sesuatu dengan sangat hati-hati. Meja makan itu sendiri dihiasi dengan penuh kemewahan, dengan berbagai hidangan lezat yang tersedia. Isabella semakin merasa kebingungan. "Mengapa ada begitu banyak penjaga, pelayan dan makanan di sini? Apa yang sedang terjadi?" Pelayan yang mendampinginya menjawab dengan sopan. "Mr. Romano senang memberikan pelayanan yang terbaik kepada tamunya, Miss Carter." Isabella merasa semakin curiga dan ketakutan. Sesuatu yang tidak beres terasa dalam semua ini. Dia mulai merenung tentang siapa sebenarnya Alexander Romano dan apa yang sebenarnya sedang terjadi di balik semua kemewahan ini. Isabella mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar-debar. Dia merasa seperti sedang berada dalam labirin misteri yang semakin rumit. Kediaman megah ini, dengan penjaga dan pelayan yang banyak, membuatnya semakin curiga. Setelah dia duduk di meja makan yang sangat besar, pelayan-pelayan yang berdiri siaga dengan penuh kerendahan hati mulai menyajikan hidangan. Ada berbagai hidangan lezat di atas meja, dari buah-buahan segar hingga hidangan berat dan beragam macam kue serta roti. Semuanya tampak sangat menggoda, tetapi Isabella masih terlalu bingung untuk merasa lapar. Isabella mencoba mengumpulkan keberaniannya dan bertanya kepada pelayan yang berada di sebelahnya, "Apakah Mr. Romano akan bergabung dengan saya untuk sarapan?" Pelayan itu menggeleng dengan lembut. "Mohon maaf, Miss Carter, Mr. Romano tidak bisa bergabung untuk sarapan pagi ini. Dia memiliki urusan yang mendesak." Isabella semakin curiga. Kenapa Alexander membawanya ke kediamannya dengan begitu mendesak, hanya untuk kemudian tidak ada di sana saat dia bangun? Apa yang sedang terjadi di balik semua ini? Dia memutuskan untuk mencoba mendapatkan beberapa jawaban. "Bolehkah saya tahu mengapa saya di sini, dan mengapa Mr. Romano membawa saya ke kediamannya?" Pelayan di sebelahnya tetap bersikap ramah tetapi tidak memberikan informasi lebih lanjut. "Saya tidak memiliki wewenang untuk memberikan penjelasan, Miss Carter. Mr. Romano mungkin akan menjelaskannya nanti." Isabella merasa semakin terjebak dalam kebingungannya. Dia mengamati para penjaga dan pelayan yang berada di sekelilingnya. Mereka tampak sangat profesional, berdiri dengan sikap yang tegas dan mata yang waspada. Ada sesuatu yang sangat tidak biasa dalam situasi ini. Setelah sarapan, pelayan membimbing Isabella kembali ke kamar tidurnya. Dia masih merasa cemas dan terjebak dalam kebingungannya. Apa yang sebenarnya terjadi semalam dan mengapa Alexander Romano terlihat begitu misterius? Kembali di dalam kamar, Isabella mencoba untuk mencari petunjuk yang mungkin ada di sekitarnya. Dia mulai memeriksa laci-laci dan lemari, mencari tahu apakah ada sesuatu yang bisa memberikan petunjuk tentang situasi ini. Saat dia membuka laci di meja rias, dia menemukan selembar catatan diatas meja itu. Dia membacanya dengan hati-hati. "Isabella, Saya mohon maaf karena meninggalkan Anda sendirian tadi pagi. Ada urusan bisnis yang mendesak dan harus saya selesaikan. Jangan khawatir, semuanya akan dijelaskan nanti. Silakan beristirahat sebentar dan gunakan fasilitas di sini sesuai kebutuhan Anda. Kita akan berbicara lebih lanjut nanti. Salam, Alexander Romano" Catatan itu memberikan sedikit penjelasan, tetapi masih meninggalkan banyak pertanyaan di benak Isabella. Dia merasa semakin terperangkap dalam situasi yang semakin misterius. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di kediaman Alexander Romano, dan apa hubungannya dengan insiden semalam? Isabella merasa bahwa dia harus mencari tahu lebih lanjut, bahkan jika itu berarti menghadapi kenyataan yang sulit. Dia perlahan-lahan mulai merasa curiga bahwa ada sesuatu yang sangat tidak biasa tentang Alexander Romano dan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Isabella membaca catatan itu sekali lagi, mencari petunjuk apa pun yang mungkin tersembunyi di dalamnya. Meskipun catatan itu menjanjikan penjelasan nanti, pertanyaan-pertanyaan yang berputar di kepala Isabella semakin banyak. Dia tidak tahu apakah dia bisa mempercayai Alexander Romano atau tidak, terutama setelah malam yang misterius dan penuh pertanyaan. Setelah beberapa saat berpikir, Isabella memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang tempat ini dan tentang pria misterius yang telah membawanya ke sini. Dia meninggalkan kamar tidurnya dan mencari pelayan yang telah membawanya ke sarapan tadi. Isabella menemukan pelayan yang sama di lorong dan berusaha bersikap sopan. "Maafkan saya, tetapi saya benar-benar membutuhkan beberapa jawaban. Saya tidak tahu mengapa saya di sini atau apa yang sebenarnya terjadi semalam. Bisakah Anda memberi tahu saya lebih banyak?" Pelayan itu tampak ragu sejenak, kemudian mengangguk dengan penuh kerendahan hati. "Saya mengerti kebingungannya, Miss Carter. Namun, saya diinstruksikan untuk tidak memberikan informasi lebih lanjut daripada yang sudah saya berikan. Mungkin lebih baik jika Anda menunggu sampai Mr. Romano sendiri memberikan penjelasan." Isabella merasa semakin frustrasi, tetapi dia merasa seperti tidak memiliki pilihan lain selain menuruti instruksi ini. Dia kembali ke kamar tidurnya, mencoba untuk bersabar sambil menunggu kedatangan Alexander Romano. Waktu berlalu dengan lambat, dan Isabella merasa semakin tertekan oleh ketidakpastian situasi ini. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Alexander Romano darinya, dan rasa bingungnya semakin mendalam. Isabella menunggu dengan cemas hingga matahari terbenam dan malam tiba. Pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tidak terjawab, dan kecemasan yang terus-menerus mengganggunya. Dia merasa seperti sedang berada dalam labirin, terperangkap dalam situasi yang semakin rumit dan misterius. Ketika akhirnya pintu kamar terbuka lagi, Isabella melihat Alexander Romano masuk ke dalam. Dia memperhatikan bahwa Alexander terlihat tenang dan bersikap santai, seolah-olah tidak ada yang salah. Tapi Isabella tidak bisa menahan ketegangan di dalam dirinya. Alexander menatap Isabella dengan senyuman tipis. "Maafkan atas keterlambatan saya, Isabella. Ada beberapa urusan mendesak yang perlu saya selesaikan." Isabella mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar-debar. "Mr. Romano, saya perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semalam, semuanya terasa begitu... begitu aneh." Alexander mengangguk dengan pemahaman. "Saya mengerti perasaan Anda, Isabella. Saya akan memberikan penjelasan." Dia mengundang Isabella untuk duduk, dan mereka berdua duduk di salah satu sudut ruangan yang elegan. Alexander memulai penjelasannya dengan suara tenang. "Pertama-tama, saya ingin meminta maaf atas segala ketidaknyamanan yang Anda alami. Saya melakukan suatu hal saat Anda tidak sadar sepenuhnya. Saya membawa Anda ke sini semalam karena saya khawatir tentang kondisi Anda setelah kita berdua mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang cukup besar." Isabella mendengarkan dengan hati-hati saat Alexander memberikan penjelasan. Hatinya masih penuh dengan kebingungan dan kemarahan terhadap dirinya sendiri dan situasi ini. Namun, dia mencoba untuk memahami apa yang diucapkan oleh Alexander. Alexander melanjutkan, "Selama beberapa bulan terakhir, saya telah memperhatikan Anda dari jauh. Saya tahu Anda memiliki banyak beban dan tekanan dalam hidup Anda, dan semalam, saya hanya ingin memberikan Anda kesempatan untuk melupakan semuanya dengan mengajak Anda untuk minum, meskipun hanya sejenak." Isabella merasa sulit untuk menerima penjelasan ini. "Tapi mengapa dengan cara seperti itu? Mengapa tidak memberi tahu saya tentang niat baik Anda sebelumnya?" Alexander menghela nafas, menunjukkan ekspresi penyesalan di wajahnya. "Saya mengerti bahwa tindakan saya mungkin terasa sembrono dan tidak pantas. Saya khawatir bahwa jika saya memberitahu Anda sebelumnya, Anda mungkin menolak tawaran saya. Saya ingin memberikan Anda momen pelarian dari segala tekanan yang Anda alami." Isabella masih merasa marah dan bingung, tetapi dia juga merasa bahwa ada sesuatu yang tulus dalam kata-kata Alexander. "Tapi apa yang terjadi setelahnya? Mengapa Anda menyentuh saya? Apakah Mr. Romano tahu bahwa saya tidak pernah melakukan hubungan itu dengan siapapun? Saya merasa marah saat melihat kissmark yang ada di sekitar leher saya." Alexander menjawab dengan hati-hati, "Saya memahami bahwa apa yang terjadi setelahnya adalah kesalahan besar. Saya seharusnya tidak melakukan itu tanpa izin Anda yang sepenuhnya sadar. Dan saya tidak tahu bagaimana itu terjadi. Pada malam itu saya tidak bisa berpikir secara jernih" Isabella masih merasa sangat marah dan terluka oleh apa yang terjadi semalam. Namun, dia merasa bahwa Alexander Romano tampaknya benar-benar menyesal atas tindakannya. Saat Isabella sedang memperhatikan Alexander, tiba-tiba dia melihat kemeja Alexander terlihat mengeluarkan darah. "Mr. Romano, Anda terluka!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN