Bab 5 : Terperangkap Dalam Intrik Misterius

1701 Kata
Terkendala oleh situasi yang tak terduga ini, Isabella merasa tidak punya pilihan selain menuruti instruksi pria yang mengaku sebagai rekan Alexander Romano. Dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran pria itu, tetapi juga merasa bahwa dia harus berhati-hati dan berusaha menjaga keselamatannya. Pria itu menjelaskan, "Kami perlu memastikan bahwa Anda tidak memiliki hubungan dengan organisasi atau individu yang dapat membahayakan Mr. Romano. Ini adalah langkah-langkah keamanan yang perlu diambil dalam situasi ini." Isabella merasa semakin bingung. "Saya benar-benar tidak tahu apa-apa tentang mata-mata atau organisasi rahasia. Saya hanya seorang wanita biasa yang bekerja di perusahaan Mr. Romano." Pria itu tidak menunjukkan ekspresi yang berarti. "Kami akan segera mengonfirmasi itu. Sementara itu, Anda harus tetap di sini dan tidak mencoba melakukan kontak dengan siapa pun." Isabella merasa semakin terjebak dalam situasi yang semakin rumit dan menakutkan. Dia mengikuti instruksi pria itu dan tetap di dalam kamar tidurnya, mencoba untuk merenungkan semua yang telah terjadi sejak dia bangun pagi tadi. Waktu berlalu dengan lambat, dan kecemasan Isabella semakin meningkat. Dia merasa seperti sedang di bawah pengawasan ketat, dan situasinya semakin tidak jelas. Setiap detik terasa seperti jam yang panjang, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka lagi, dan Alexander Romano masuk dengan ekspresi yang serius. Isabella merasa lega melihatnya, berharap bahwa dia akan membawa penjelasan yang dapat mengakhiri semua kebingungannya. Alexander menatap Isabella dengan tegas. "Isabella, saya telah melakukan penyelidikan lebih lanjut, dan sepertinya Anda benar-benar tidak terlibat dalam hal ini. Anda bebas untuk pergi." Isabella merasa lega mendengar berita itu. Namun, kebingungannya masih belum hilang. "Terima kasih, Mr. Romano, tetapi saya masih tidak tahu apa yang sedang terjadi dan mengapa saya disebut sebagai mata-mata." Alexander menghela napas dalam-dalam. "Saya tahu situasinya sangat rumit, dan saya mohon maaf atas semua kebingungan ini. Tapi saya tidak bisa memberikan penjelasan lebih lanjut saat ini. Yang terpenting, Anda aman." Isabella merasa frustrasi, tetapi dia tahu bahwa dia harus menerima penjelasan sebanyak ini. Dia bersyukur bahwa dia mendapatkan kebebasan untuk pergi, dan dia tidak ingin merisaukan dirinya lebih lanjut dengan situasi ini. "Terima kasih, Mr. Romano. Saya hanya ingin pulang dan mencoba melupakan semua ini." Alexander mengangguk, dan dia tampak lega. "Saya mengerti. Saya akan mengatur transportasi untuk Anda. Mohon maaf atas semua kebingungan ini." Setelah beberapa saat, Isabella sudah siap untuk pergi. Dia mengucapkan selamat tinggal pada Alexander dan meninggalkan kediamannya dengan perasaan campuran antara lega dan kebingungan. Isabella keluar dari kediaman Alexander Romano dengan hati yang masih penuh dengan pertanyaan. Meskipun dia merasa lega bahwa dia bebas dari pengawasan dan tekanan yang telah dia alami dalam beberapa hari terakhir, tetapi misteri di seputar peristiwa yang terjadi di rumah tersebut masih terus membayangi pikirannya. Setelah kembali ke apartemennya, Isabella berusaha untuk kembali ke kehidupan sehari-harinya. Dia kembali bekerja seperti biasa, tetapi kesulitan untuk fokus selalu menghantuinya. Pikirannya terus menerawang ke peristiwa yang telah dia alami, mencoba mencari jawaban atas semua pertanyaan yang menghantuinya. Beberapa hari berlalu, dan Isabella terus mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Alexander Romano dan organisasinya. Dia memutuskan untuk melakukan beberapa penelitian online, mencari berita atau informasi yang bisa memberikan petunjuk tentang siapa sebenarnya pria itu dan apa yang dia lakukan. Tetapi hasilnya nihil. Tidak ada informasi yang dapat dia temukan yang dapat mengungkap misteri di sekitar Alexander. Namun, pada suatu hari, ketika dia sedang asik melakukan pencarian online, komputernya tiba-tiba mati total. Isabella mencoba untuk menghidupkannya kembali, tetapi tidak ada respons. Dia merasa curiga, karena komputernya tidak pernah bermasalah sebelumnya. Entah apa yang terjadi. Keesokan harinya, ketika Isabella sedang pergi ke kantor, dia merasa seperti ada yang mengikuti. Dia melihat-lihat sekelilingnya, tetapi tidak melihat siapa pun yang mencurigakan. Mungkin dia hanya paranoid, pikirnya. Tetapi perasaannya terus berlanjut, dan dia merasa semakin cemas. Setelah kembali dari kantor, dia menemukan pintu apartemennya terbuka sedikit. Ini bukan cara dia meninggalkan apartemennya pagi tadi. Hati Isabella berdebar kencang. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Apakah dia harus masuk atau segera pergi? Akhirnya, dia memutuskan untuk masuk dengan hati-hati. Ketika dia berjalan melalui pintu, dia merasa bahwa ada yang berbeda. Sesuatu tidak berada pada tempat semula. Saat dia membalikkan badannya, sekelompok pria muncul dari sudut yang gelap dan dengan cepat mendekatinya. Isabella merasa ketakutan saat melihat mereka. Dia mencoba melarikan diri, tetapi sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, salah satu pria itu menangkapnya dan menutupi mulutnya dengan kain berbau kimia. Isabella mencoba berteriak, tetapi suaranya terhenti oleh kain tersebut. Saat kesadaran Isabella mulai memudar, dia melihat salah satu pria itu mengeluarkan sebuah jarum suntik dan menusukkan suatu cairan ke lengan Isabella. Dia merasa sakit saat jarum itu menyentuh kulitnya. Isabella mencoba untuk memberontak, tetapi tubuhnya menjadi lemah dan kesadarannya mulai berputar. Dia mencoba memahami apa yang terjadi, tetapi pikirannya menjadi semakin kabur. Pria-pria itu membawanya ke dalam sebuah kendaraan dan membawanya pergi. Isabella mencoba untuk melawan, tetapi tubuhnya tidak merespons. Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengalir di dalam dirinya, mengambil alih kendali atas tubuhnya. Ketika mereka tiba di sebuah lokasi yang tidak dikenal, Isabella sudah hampir kehilangan kesadaran sepenuhnya. Dia merasa seperti dalam mimpi buruk yang tidak berujung. Pria-pria itu membawanya ke dalam sebuah ruangan gelap dan dingin. Mereka melemparkannya di atas sebuah kursi dengan paksa, dan Isabella mencoba untuk menangis, tetapi suaranya hanya terdengar sebagai bisikan yang lemah. Salah satu pria itu mendekati Isabella dengan jarum suntik yang lain, dan Isabella mencoba untuk memberontak, tetapi dia tidak punya kekuatan untuk melawan. Jarum suntik itu menusuk kulitnya, dan Isabella merasakan sesuatu yang diinjeksikan ke dalam tubuhnya. Tubuh Isabella merespons dengan kengerian. Dia merasakan sensasi yang aneh dan mual yang tak tertahankan. Pikirannya semakin memudar, dan dia merasa seperti tenggelam dalam gelap. Beberapa saat kemudian, Isabella kehilangan kesadarannya sepenuhnya. Semua yang dia tahu adalah gelap dan kebingungan yang mendalam. Isabella terjebak dalam kegelapan dan kebingungan yang mendalam. Kesadarannya terlihat hilang begitu saja, dan dia merasa seperti tenggelam dalam gelap yang tak berujung. Tidak ada realitas, hanya ketidakpastian yang mencekam. Ketika Isabella akhirnya bangun, dia merasa bingung. Dia berada di dalam sebuah ruangan yang terasa asing baginya. Ruangan ini terlihat dingin, tanpa jendela, dan hanya ada satu pintu keluar yang tertutup rapat. Isabella merasa terbelenggu, tangan dan kakinya terikat dengan tali yang kuat. Ketika dia mencoba menggerakkan tubuhnya, dia merasakan tubuhnya lemah dan berat. Semuanya terasa buram, dan dia tidak tahu apa yang telah terjadi padanya. Pikirannya mulai terjernih sedikit demi sedikit, dan dia mulai ingat bagaimana dia telah diculik oleh sekelompok pria yang mengikuti dan menculiknya di apartemennya. Isabella mencoba untuk berteriak, tetapi suaranya hanya terdengar sebagai bisikan lemah. Dia merasa seakan-akan ada sesuatu yang meredam suaranya, dan dia tidak bisa memanggil bantuan. Rasa takut merayapi dirinya, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan mencari jalan keluar dari situasi ini. Sementara dia berusaha mengumpulkan kekuatannya, pintu ruangan itu terbuka, dan seorang pria muncul. Ini bukan salah satu pria yang mengikuti dan menculiknya, tetapi seorang pria yang sepertinya lebih berkuasa dan berpengaruh. Pria itu mendekati Isabella dengan langkah tenang. "Selamat datang, Isabella." Isabella menatap pria itu dengan cemas. "Siapa Anda? Mengapa saya berada di sini? Apa yang Anda inginkan?" Pria itu mengusap pipi Isabella dengan lembut. "Pertanyaan yang baik, Isabella. Saya adalah bagian dari organisasi yang memiliki kepentingan dengan Mr. Romano, sama seperti Mr. Romano yang membawamu ke kediamannya. Kami ingin tahu segalanya tentang hubungan Anda dengan orang itu." Isabella merasa jijik saat pria itu menyentuh pipinya. "Tidak ada hubungan khusus antara saya dan Mr. Romano," jawab Isabella dengan nada tegas. "Saya hanya bekerja di perusahaan tempatnya sebagai asisten." Pria itu tersenyum dengan santai. "Saya sangat menyesal mendengar itu, Isabella. Tapi kami memiliki alasan untuk percaya bahwa Anda tahu lebih banyak daripada yang Anda katakan. Kami ingin Anda memberi tahu kami segala sesuatu yang Anda ketahui tentangnya." Isabella merasa semakin cemas. Dia tahu bahwa dia tidak bisa memberi tahu pria ini apa pun, karena dia sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Saya sudah mengatakan semuanya. Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan." Pria itu tersenyum tipis. "Saya khawatir Anda mungkin perlu sedikit paksaan untuk berbicara." Sebelum Isabella bisa merespons, pria itu mengangkat telepon selulernya dan menelepon seseorang. "Bawalah barang itu ke sini," kata pria itu kepada orang di sebrang telepon. Beberapa saat kemudian, seorang pria lain memasuki ruangan dengan botol kecil berisi cairan yang tampaknya memiliki warna merah muda. Isabella mulai panik saat melihatnya, merasa bahwa situasi ini semakin mengerikan. Pria pertama memerintahkan pria kedua, "Suntikkan cairan ini ke dalam tubuhnya. Ini cukup untuk membuatnya bicara." Isabella mencoba untuk menolak, tapi dia terikat dan tidak bisa melawan. Pria kedua mendekatinya dengan jarum suntik, dan Isabella merasa ketakutan. Dia mencoba berteriak, tetapi suaranya masih terdengar lemah akibat efek dari cairan yang telah diinjeksikan sebelumnya. Jarum suntik itu menusuk kulitnya, dan Isabella merasakan sensasi menusuk yang menyakitkan. Sebuah cairan berwarna merah muda mulai mengalir ke dalam tubuhnya. Perasaannya berubah dengan cepat. Isabella merasakan gelombang panas merambat melalui tubuhnya. Semua rasa takut dan kecemasan yang ada tadi seketika menghilang. Sebuah perasaan euforia dan keinginan yang kuat tumbuh di dalam dirinya. Pikirannya menjadi kabur, dan dia merasa seperti terdorong oleh dorongan tak terkendali. Isabella merasa sekarang seperti seorang yang terbungkus dalam kebahagiaan dan kenikmatan yang mengalir melalui tubuhnya. Dia merasa sangat lemah dan tidak bisa bergerak, terjebak dalam perasaan b*******h yang mendominasinya. Pria pertama itu melonggarkan dasinya dan mendekat kearah Isabella. "Apakah kamu merasa panas, Isabella?" Isabella mengangguk perlahan. Dia merasakan keringat mulai menetes dari dahinya. Pria pertama itu tersenyum licik. "Cairan itu adalah campuran khusus yang dapat meningkatkan hormon Anda, Isabella. Kami ingin Anda berbicara, memberi tahu kami segala sesuatu yang Anda tahu tentang Mr. Romano dan bisnisnya. Jika Anda bekerja sama, kita bisa mengakhiri sensasi ini." Isabella merasa dalam dilema yang sangat besar. Dia merasa tergoda oleh perasaan yang mengalir dalam dirinya, dan cairan itu telah merampas kendali atas pikirannya. Tapi dia juga tahu bahwa dia tidak boleh memberikan informasi tentang Alexander Romano dan risiko apa yang mungkin terjadi jika dia melakukannya. Dia mencoba menahan diri, tetapi kata-kata tidak mau keluar dari mulutnya. Perasaan keinginan yang tak terkendali semakin menghantui pikirannya, dan dia merasa sangat terperangkap dalam situasi ini. Pria pertama mengamati Isabella dengan cermat. "Kami memiliki kontrol atas Anda sekarang, Isabella. Kami bisa menghentikan sensasi ini kapan saja, atau kami bisa membuatnya semakin intens. Keputusan ada pada Anda."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN