chapter 10

1097 Kata
Fabian pun berjalan dari telapak kaki Lauren dan mengecupnya. Lalu ciumannya pun berjalan pada lutut hingga paha Lauren. Napas wanita itu semakin memburu saat ciuman Fabian mencapai pada pangkal pahannya. Menggigitnya dengan kasar dan mencengkramnya dengan keras. Napas Lauren menderu dengan keras saat merasakan napas Fabian pada area kewanitannya. Pungungnya terangkat dengan kedua tangannya yang masih terikat. Bibir Fabian mencecap lebih dulu. Lalu, pria itu memagut area sensistif Lauren. Membuat perempuan itu semakin menderu karenanya.             “Faabbhh...” Lauren melenguh panjang. Namun, Fabian tidak juga mempedulikan erangannya dan masih terus bermain dengan tubuh Lauren yang sangat sensitif dengan sentuhannya. Sentuhan Fabian terasa semakin dalam, sentuhan yang terasa seperti kapas. Sangat lembut dan membuat Lauren semakin gelisah. Lauren mengangkat punggungnya, saat ia merasakan Fabian menyentuh sesuatu yang paling sensitif di dalam tubuhnya. Dengan jemarinya dia sangat lihai dan sangat tahu titik-titik kelemahan Lauren. Membuatnya semakin menderau dengan setiap sentuhan. Membuat wanita itu semakin mendesau lebih keras. Perlahan ciuman pria itu pun berjalan ke atas tubuh Lauren, memagutnya dengan jemarinya yang memijat d**a Lauren dan  mencengkramnya dengan keras. membuat Lauren menggelinjak dalam ciumannya.   Bibir Fabian mencium bibir Lauren seakan menahan erangannya. Sementara tangannya masih memijat d**a Lauren dengan ritme yang membuat Lauren berulang kali menggelinjak. Terkadang belaian itu terasa sangat lembut, tetapi tiba-tiba saja Fabian mencengkramnya dengan sangat keras. Ciuman bibir Fabian perlahan turun dan mencium lekukan Lauren. Dan juga menggigitnya. Seakan meninggalkan jejak yang sangat jelas di sana.             “Fab... kamu membuatku tersiksa...” ucap Lauren dengan napas yang terasa terputus-putus. Pria itu tidak langsung menanggapi ucapan Lauren. Dan mengecup putingnya yang berwarna merah muda.             “Tapi kamu menikmatinya, kan?” balas Fabian. Lauren semakin mencengkram tangannya dan punggungnya pun mengelinjak saat merasakan napas tubuh kekasihnya di area dadanya. Tangan pria itu pun memeluknya dengan erat dan Lauren pun tersentak saat merasakan hentakkan keras Fabian. Pria itu tidak langsung menggerakkan tubuhnya, dia mendiamkan tubuhnya seakan dengan sengaja menyiksanya. Bibirnya masih mencecap keindahan tubuh wanitanya. Bibirnya mengecup d**a Lauren, lalu menggigitnya. Punggung Lauren pun terangkat dan merasakan tubuh Fabian yang semakin sesak di dalamnya.   Detik awal Lauren merasa gerakkan Fabian terasa menyiksa. Dan dengan perlahan dia pun merasakan hentakkan Fabian terasa sangat dalam dan membuatnya sesak. Napasnya berderu dengan sangat kencang dan kedua tangannya saling mencengkram. Napasnya semakin terasa memburu dengan setiap hentakkan, belaian dan cumbuan yang Fabian berikan. Pria itu pun melepaskan ikatannya pada Lauren dan membuat wanita itu memutar tubuhnya dan bergerak di atas tubuh Fabian.             “Kamu sangat liar, sayang,” ucap Fabian. Tangannya masih mencengkram d**a Lauren, menarik wanita itu untuk mendekat dan mencium bibirnya. Membiarkan Lauren melepaskan seluruh perasaannya. Gerakkannya yang semakin tidak terkendali. Fabian pun kembali membalik tubuh istrnya dan merengkuhnya. Gerakkan Fabian semakin membuat Lauren mengerang dengan keras. Bahkan perempuan itu menggigit d**a Fabian dan mencengkram bahunya dengan erat saat merasakan setiap hentakkan Fabian yang terasa semakin menggila. Keduanya saling berpagutan dan menikmati detik-detik sebuah kepuasan menerjang. Keduanya mengerang dalam ciuman dan menikmati kehangatan yang seakan menerjang.   Keduanya masih saling bertatapan dan tangan Fabian pun menyentuh rambut Lauren dan membelainya. Dia kembali mencium bibir wanitanya dan membiarkan Lauren dalam pelukannya. Ada satu yang Fabian sadari, tapi dia tidak bisa mengatakan pada siapa pun. Walau pun dalam keadaan mabuk, dia selalu mengingat apa pun yang ia dan Lauren lakukan. Entah mereka berhubungan atau sekedar fresh kiss. Tapi dia tidak pernah melupakannya sedikit pun. Namun, ada yang aneh saat ia melakukannya dengan Melanie. Dia tidak mengingat sedikit pun apa yang dia lakukan dengannya. Dia hanya mengingat kalau ia memeluk perempuan itu dan tiba-tiba saja semuanya mengabur. Apakah benar dia berhubungan dengannya? Lalu, jika dia tidak berhubungan dengannya, siapa ayah dari kandungan Melanie.   Fabian menyimpan seluruh pikirannya sendiri. Dia hanya menatap wanita dihadapannya. Lauren masih terlihat larut dalam kenikmatan dan juga kelelahan. Matanya masih terpejam, tapi Fabian tahu kalau dia tidak tidur. Fabian pun mengecup bibir perempuan itu dan membuatnya membuka matanya.             “Aku ingin melihat matamu,” ucap Fabian. Lauren hanya tersenyum dan membuka matanya yang terlihat sayu. Mereka tidak berjarak sedikit pun, tubuh mereka masih saling berpelukan, kening mereka yang saling bertautan dan keduanya saling bertatapan.             “Matamu membuat aku semakin mencintaimu.” Lauren tertawa dengan perkataan gombal pria itu. Dan dia malah mendapatkan lumatan yang sangat dalam dari suaminya. Pelukannya pun terasa semakin erat dan seakan mereka takut kehilangan satu sama lain.             “Jika Tuhan mendengarku saat ini, aku ingin melepaskan seluruh kesedihanmu. Dan memberikan seluruh kebahagiaan di dunia untukmu. Karena aku hanya ingin melihat senyum di matamu, bukan air matamu,” tutur Fabian dengan matanya yang masih tertuju pada Lauren. Perempuan itu tersenyum, seakan menunjukkan kalau dia sangatlah bahagia. Tapi Fabian tahu senyum itu bukanlah dari hatinya. Dia masih terlihat sedih, tapi tidak ingin menunjukkan perasannya pada Fabian. Pria itu pun tidak berkata apa pun lagi dan hanya memeluk istrinya. Meyakinkan Lauren kalau ia tidak akan pernah meninggalkannya.   ****   Fabian menatap Lauren yang masih tertidur dengan selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Pikirannya masih memikirkan kehamilan Melanie. Dia tidak ingin membicarakan ini pada siapa pun, sebelum dia memiliki bukti. Dia pun tidak ingin menyalahkan Melanie, perempuan itu pasti memiliki alasan kenapa melakukan itu. Tapi, apa alasan sampai dia membohongi seluruh keluarga? Fabian menenggak vodka dan tatapannya tertuju pada halaman rumah yang sangat luas. Matanya menangkap Melanie yang keluar dari rumah utama dan duduk di kursi taman. Dia terlihat menggunakan ponselnya dan sayangnya dia tidak tahu siapa yang perempuan itu hubungi.   Dia memang memiliki beberapa teman sekolah. Naora memberikan hari libur sabtu dan minggu untuk Melanie bermain dan dia sering pergi bersama beberapa temannya. Tapi sayangnya dia tidak mengenal teman-teman Melanie. Dia terlihat menundukkan kepalanya dan tangannya menutup mulutnya. Seakan menahan agar tidak menangis. Tapi semakin lama dia pun semakin tidak bisa bertahan.   Rahasia yang ia sembunyikan pasti membuat hatinya pun terluka. Tapi dia tidak memiliki jalan lain, karena dia sendiri yang merasa hidupnya sudah terikat. Hutang budi yang ia simpan pada keluarga Aiden membuatnya tidak punya pilihan lain. Fabian menarik napas dan menghelanya. Siapa pun yang sudah mempermainkan Melanie, dia akan menangkapnya dan memastikan b******n itu akan habis di tangannya. Karena buat Fabian Melanie bukanlah orang lain. Dia adik kecilnya yang menangis dihadapannya dan memeluknya.   Fabian tidak akan pernah bisa melupakan kejadian itu. Kurang lebih Melanie berusia tujuh tahun dan Fabian berusia lima belas tahun. Gail baru saja membentaknya karena membuat keributan. Dan anak perempuan itu pun berlari kebelakang paviliun dan menangis di sana. Fabian mendekatinya dan tiba-tiba saja anak kecil itu memeluknya karena ketakutan. Dan mulai detik itu Fabian sudah menyatakan kalau Melanie adalah adik perempuannya. Dan sekarang dia harus mencari tahu siapa saja yang dekat dengannya dan b******n yang mengancamnya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN