Pembuktian Berhasil

1574 Kata
Bab 9. Kamar bernuansa biru muda dengan ornamen yang terlihat feminim, menjadi saksi dari kemurungan seorang gadis yang tak lain adalah pemiliknya. Della, yang sejak semalam belum keluar kamar sampai waktu menjelang pagi, masih betah mengurung dan menyendiri. Peristiwa semalam sudah membuat jiwanya terguncang. Pelecehan, pelecehan, kata itu terus bergaung di telinganya. Tawa dari para lelaki yang merekam aksi menjijikan yang dilakukan oleh Naufal, membuat gadis itu merasa kotor dan hina. Masih begitu jelas dalam benaknya momen di mana Naufal mencumbu tubuhnya yang telanjang. Mengecup sesenti demi sesenti permukaan kulit tubuhnya hingga menyisakan warna kemerahan yang saat ini masih tampak jelas terlihat. Sudah sejak semalam Della membersihkan diri di kamar mandi, menggosok dan berusaha menghilangkan jejak kotor yang Naufal tinggalkan. Namun, sampai ia kembali mencobanya pagi ini, tanda itu masih belum hilang dan malah melebar sebab usaha Della yang menggosok tubuhnya dengan paksa menggunakan busa. Tangisan itu memang sudah tidak ada. Seperti enggan keluar dan percuma. Namun, Della masih belum bisa melupakan semua hal menjijikan itu. Semakin Della ingin membuangnya, justru peristiwa itu semakin lekat menempel. Membuat gadis itu berkali-kali melempar benda yang ada di kamar, mengakibatkan ruangan tidurnya yang seperti kapal pecah. Berantakan dan kotor. Pagi yang semakin menjelang siang, membuat sang ibu akhirnya mengetuk pintu kamarnya karena Della yang masih belum keluar. “Del! Della?” panggil ibunya itu. Semalam wanita paruh baya itu berhasil membuat anak gadisnya membuka pintu. Meski jawaban yang diberikan sama sekali tidak memuaskan karena tidak sesuai dengan ekspresi wajahnya yang murung. Pagi ini ia ingin mencari tahu lebih jelas mengenai alasan keterlambatan gadis itu kembali ke rumah. Bukan karena ingin menjadi ibu yang kolot, yang selalu ingin tahu urusan pribadi putrinya. Tapi, ia tidak mau terjadi hal apapun yang akan membuatnya menyesal seumur hidup karena tidak peduli terhadap keadaan putrinya sendiri. “Della! Apakah kamu enggak kuliah hari ini?” tanya sang ibu yang masih berusaha supaya Della membuka pintu. Beberapa waktu yang lalu suaminya yang hendak pergi bekerja, meminta ia melakukan pendekatan kepada anak semata wayangnya itu. Mencari tahu agar tidak melewati satu pun momen yang terjadi. Tak lama pintu kamar terbuka. Gadis itu terlihat sedikit membuka pintu, dan memilih berdiri di depan sang ibu, lalu kembali menutup pintu. “Ya Tuhan, Della! Ada apa, Nak?” tanya sang ibu yang seketika khawatir saat melihat raut wajah putrinya itu. Nyatanya Della malah menggeleng. “Enggak ada apa-apa, Bu.” “Della, tolong jangan berbohong. Ibu tahu kamu ada masalah. Ceritakan saja pada Ibu, Sayang. Ada apa?” Lagi, Della menggeleng. Tapi, kali ini ia mengangkat kepalanya sembari tersenyum. “Bener, Bu. Aku enggak apa-apa.” “Tapi, Della. Muka kamu ...,” ucap sang ibu sambil akan memegang wajah sang putri, tetapi gadis itu langsung memalingkan kepalanya ke arah lain. “Del ...?” “Bu, aku enggak apa-apa. Aku Cuma sedikit capek aja. Kepalaku juga agak pusing. Jadi, kayanya aku mau bolos kuliah dulu. Enggak apa-apa ‘kan?” tanya gadis itu seperti meminta izin supaya bisa libur ke kampus. “Tentu saja. Enggak apa-apa kalau memang mau libur dan istirahat di rumah. Nanti Ibu siapin makan dan obat, yah?” Perlahan Della mengangguk. “Makasih, Bu.” “Iya, Sayang. Ya sudah, kamu istirahat dulu. Nanti Ibu antar makanannya. Mau bubur aja atau nasi?” “Nasi aja, Bu. Tapi enggak usah banyak-banyak. Aku sedikit mual.” “Ehm, baiklah. Kalau gitu Ibu akan siapkan.” Della lantas masuk ke kamarnya setelah sang ibu pergi. Kembali menuju tempat tidur di mana sprei dan bantal yang terlihat berantakan. Niat hati ingin merapikan, tapi suasana hatinya yang sedang tidak baik membuatnya urung melakukan. Di lain tempat, Naufal yang pagi-pagi sekali sudah rapi dengan penampilannya, tampak akan bergegas pergi meninggalkan mess tempatnya tinggal. Hari itu ia sudah berencana untuk menemui Stefany demi memberikan bukti pada wanita itu atas syarat yang diajukan supaya cinta yang sudah diungkapkan tak bertepuk sebelah tangan. Suasana hati Naufal terlihat sangat baik. Pertemuannya dengan Stefany hari ini adalah momen yang sangat ia dambakan. Betapa tidak? Wanita yang sudah ia sukai sejak pertama kali menjadi manajernya itu, tak lama lagi akan menjadi miliknya. Stefany akan menerima cintanya setelah ia memberikan bukti bahwa dirinya sudah pantas disebut dewasa dan layak menjadi kekasihnya meski usia mereka terpaut jarak. ‘Kamu tak akan bisa menolakku lagi, Stef. Bukti itu tak akan bisa kamu elak sehingga mau tak mau perasaan cinta yang aku miliki harus kamu terima,’ batin Naufal di sepanjang perjalanannya menuju sebuah tempat di mana ia meminta Stefany untuk datang. Motor sport yang Naufal pinjam dari Heri, temannya, masih mengaspal di jalan raya yang pagi itu tampak sedikit lengang. Tujuannya adalah sebuah restoran di mana pria itu ingin mengajak sang pujaan hati menikmati sarapan bersama. Di sepanjang perjalanan, senyum terus mengembang di bibir Naufal yang wajahnya tertutup helm full face. Pembalap MotoGP itu sepertinya sangat percaya diri saat akan berjumpa dengan wanita yang sebentar lagi berstatus kekasihnya. ‘Ah, betapa bahagianya hidup jika cinta yang bersemi di hati disambut hangat oleh perempuan yang kita cintai,’ batin Naufal lagi. Naufal benar-benar sudah jatuh cinta terhadap Stefany. Perbedaan usia di antara mereka sepertinya tak menjadi penghalang baginya untuk menjadi seorang pujangga cinta demi menulis bait puisi yang akan ia katakan setiap harinya nanti. Setelah melakukan setengah jam perjalanan, akhirnya Naufal sampai di tempat yang sudah ia tentukan pada sang manajer. Sebuah restoran yang selalu buka dua puluh empat jam, adalah tempat yang sengaja Naufal jadikan saksi atas jalinan cinta yang akan tercipta antara ia dan Stefany. Saat pria itu masuk ke area dalam restoran, sosok wanita cantik yang pagi itu tetap berpenampilan seksi dengan celana pendek yang memperlihatkan kedua paha mulusnya meski ditutupi dengan kemeja besar dan longgar yang panjangnya hanya sedikit di atas celananya, sudah terlihat duduk menunggu. “Hai, Stef! Sorry telat,” ucap Naufal menyapa. Wanita itu tampak tersenyum cuek dan beranjak bangun ketika akan mencium pipi kiri dan kanan anak asuhannya. “Enggak apa-apa. Aku juga baru sampai.” Keduanya pun kemudian duduk setelah ritual sapaan selesai. “Kamu udah pesan makanan?” tanya Naufal seraya memanggil pelayan laki-laki yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. “Udah. Maaf duluan,” ucap Stefany seraya menunjuk gelas berisi jus jeruk yang sudah ada di depannya. Naufal tersenyum menatap Stefany saat perempuan itu merasa tak enak hati karena sudah memesan makanan lebih dulu. “Enggak apa-apa kok. Santai aja.” Laki-laki itu kemudian menyebutkan menu sarapan pagi beserta minumannya. Setelah itu kembali menyerahkan buku menu pada sang pelayan. “Jadi, ada apa nih? Apa yang mau kamu omongin ke aku, Fal?” tanya Stefany tidak lagi basa basi. Stefany membuat Naufal bersemangat. Akhir dari pertemuan yang sudah ia bayangkan akan terjadi, menjadi lecutan bagi laki-laki itu untuk segera mengatakan tujuannya. “Ehm, begini, Stef ... aku mau nunjukin kamu sesuatu,” ucap Naufal seraya mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Stefany berubah serius ketika menyadari perubahan ekspresi pada wajah Naufal. Laki-laki itu sepertinya tidak sedang dalam mode becanda kali ini. “Sesuatu apa, yah, Fal? Kok aku jadi deg-degan gini,” kekeh Stefany berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba tegang. Tapi, Naufal tidak menjawab pertanyaan wanita itu. Ia malah tersenyum penuh misteri, membuat Stefany dilanda canggung. “Stef, seperti yang kamu tahu sebelumnya kalau aku itu suka sama kamu.” Ketegangan semakin Stefany rasakan. “Terus?” “Terus ... sesuai apa yang kamu bilang beberapa waktu kemarin saat aku ungkapin cinta ke kamu. Kamu yang sebelumnya nolak cinta aku, kemudian memberiku syarat atau pembuktian kalau mau cintaku diterima. Yaitu dengan memberikan sebuah bukti atas diriku yang harus dewasa supaya bisa mengimbangi jarak usia di antara kita. Begitu bukan maksud kamu?” Stefany sebenarnya tak mau bereaksi apalagi menjawab pertanyaan Naufal, tetapi kepalanya malah mengangguk tanpa ia minta. Senyum pun mengembang lebar di bibir Naufal. Ia lantas menyerahkan ponsel ke hadapan Stefany setelah membuka galeri video di gadget-nya tersebut. “Lihatlah! Apakah bukti ini yang kamu mau?” tanya Naufal yang akan meng-klik tanda play di layar ponsel. Stefany perlahan mendekatkan tubuhnya ke depan meja. Sekali melirik ke arah Naufal yang menganggukkan kepalanya agar ia melihat apa yang akan ditunjukan. Perempuan itu kemudian melihat ke arah layar. Layar yang sebelumnya hitam kini berubah terang, menunjukan sebuah ruangan di dalamnya. Naufal bisa melihat perubahan raut muka Stefany. Dari ekspresi biasa sampai terkejut, bisa laki-laki itu lihat dengan jelas, dan itu membuatnya sangat puas. Sekian menit waktu rekaman video di mana ada Naufal dan Della di dalamnya, berhenti ketika Stefany memundurkan kepalanya perlahan. “Bagaimana, apakah ini bukti yang kamu inginkan, Stef?” Pertanyaan Naufal tidak Stefany jawab. Hingga lelaki itu mengajukan pertanyaan berikutnya, baru dijawab oleh sang manajer. “Apakah video ini sudah cukup untuk membuat kamu menerima cintaku, Stef?” “Naufal, jujur aja aku kaget banget lihat video yang kamu tunjukin. A-aku enggak tahu gimana kamu bisa melakukan hal itu, tapi ....” “Tapi, apakah ini bisa dianggap sebuah aksi dewasa di mata kamu, Stef?” Sedikit canggung Stefany kemudian mengangguk perlahan, membuat Naufal benar-benar di atas angin sekarang. “Jadi, bagaimana? Kamu menerima cintaku ‘kan?” Naufal terlihat sekali tak sabar. Ia ingin segera mendapat jawaban iya dari wanita yang dicintainya itu. Tampak syok atas apa yang Naufal lakukan terhadap perempuan yang ada di dalam video, tanpa berpikir lebih jauh Stefany pun memberikan jawaban yang langsung Naufal anggap sebagai pengesahan atas hubungannya yang baru. “Mungkin kita bisa merayakannya dengan makan malam nanti,” ucap Stefany sontak membuat laki-laki di depannya tersenyum bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN