Part 47. Flash Back

1804 Kata

Ari yang sedang menikmati kopi, sembari membaca berkas yang ia bawa pulang dari kantor--mengernyit ketika mendengar suara ketukan pada pintu depan. Pria itu melirik jam yang menggantung tak jauh dari layar televisi yang tidak menyala. Pukul 8 malam. Ia tidak sedang menunggu kedatangan siapa pun. Lagi, suara ketukan terdengar, membuat pria yang sebenarnya enggan untuk beranjak, terpaksa berdiri—lalu melangkahkan kaki dengan malas menuju daun pintu yang masih terus terketuk. “Sebentar,” ucapnya, berharap siapa pun yang sedang mengetuk pintu rumahnya tersebut, menghentikan kegiatan memukulkan buku-buku jari ke pintu yang terbuat dari kayu jati. Mata Ari membola--sesaat setelah tangannya membuka daun pintu, dan mendapati sosok sang adik di depannya. Sementara orang yang membuatnya terkejut k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN