“Ah, Anda bisa menilainya sendiri. Seberapa dekat kami berdua,” jawab Danu dengan enteng. Lalu menoleh pada Alana yang hanya bisa menghembuskan napas lelah. Alana tak berniat mengelak atau pun meluruskan keadaan. Karena yang ia inginkan saat ini adalah segera pulang dan menghindar dari Andra. “Ya sudah. Kalau begitu aku permisi. Tadinya aku ingin menawari tumpangan pada sekretarisku yang sedang berdiri sendirian di pinggir jalan. Sebagai atasannya aku hanya mengandalkan sedikit rasa simpati. Tapi ternyata dia sedang menunggu jemputan seseorang,” ucap Andra terus terang. Alana memandangnya sembari menggigit bibir. Entah mengapa Alana bisa menangkap ada nada cemburu di dalam ucapan Andra barusan. “Baik. Terimakasih sudah bersimpati terhadap Alana. Tapi saat ini sudah ada aku yang akan men