Danu memang sudah terbiasa bercanda seperti ini. Membahas tentang cintanya yang sudah beberapa kali ditolak oleh Alana. Meski Alana tahu betul di dalam hatinya Danu pasti merasa sakit. Tapi Alana bisa apa. Alana tidak mau menikah dengan Danu tanpa dilandasi dengan cinta. “Oh iya. Bagaimana dengan pekerjaanmu di kantor tadi? Apa sangat melelahkan?” tanya Danu setelah mereka terdiam beberapa saat. Kini Danu berusaha memecahkan keheningan. Alana menggeleng. “Tidak terlalu. Apalagi hari ini kami tidak lembur. Jadi tidak terasa melelahkan.” Danu manggut-manggut. Kini ia mengubah posisi duduknya agar miring menghadap Alana, Danu menopang sebelah sikunya di kepala kursi. Maka wajah Alana yang begitu cantik terpampang jelas di depan matanya. “Dan soal boss mu. Sepertinya kamu belum pernah ceri