Hanya tinggal sepuluh menit lagi ia berangkat ke Jogja. Ketika itu suara cempreng Rehan terdengar memekikan telinga. Bocah itu keluar dari kamarnya dan berlari menghampiri Danu. “Ayah! Ayah! Nanti Ayah akan cuti lagi ‘kan? Nanti kita akan ketemu lagi ‘kan, Yah?” tanya Rehan yang merangkulkan kedua tangannya di leher Danu. Sementara Rehan sendiri duduk di atas pangkuan lelaki tampan yang ia panggil ayah itu. “Rehan! Jangan seperti itu, sayang? Tolong turun dari pangkuannya Ayah Danu,” suruh Alana menegur sikap Rehan yang terkadang memang kelewat manja pada Danu. Rehan mengangguk. Hendak turun dari atas paha—Danu. Tapi Danu menggelengkan kepalanya dengan tegas. “Tidak apa-apa, Alana. Biarkan saja seperti ini.” “Tapi dia sudah berat, Danu,” protes Alana. Dan Danu masih menggelengkan kepa