Kini mereka sudah duduk berdampingan di dalam kursi pesawat. Sabuk pengaman pun sudah membelit perut mereka dengan aman. Makanan juga telah mengisi perut mereka yang kosong. Tapi sejak tadi, tak ada satu pun dari mereka yang membuka suara. Andra dan Alana hanya saling bergeming. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Bedanya, Alana tersenyum menatap kearah jendela pesawat sambil memikirkan Rehan. Sedangkan wajah Andra tak tampak sebaris pun senyum di bibir lelaki itu. ‘Terimakasih Tuhan. Akhirnya aku pulang juga ke Jakarta. Aku akan memeluk Rehan lagi. Dua hari saja di bali rasanya sudah seperti setahun. Tapi sekarang aku akan bisa melepas kerinduanku pada Rehan dan ibu.’ batin Alana. Andra menopang sebelah pipinya dengan tangan kanan. Lalu ia mengusap wajahnya dengan gusar. ‘Aku