Chapt. 8

568 Kata
"Ya… kamu benar-benar membuatku.." "Membuat apa??" tanya Ana sambil sedikit menghindari ciuman Braven yang semakin turun. Ia sudah was-was saat ini. Namun Braven masih seperti itu dan belum menjawab. Apalagi sudah tengah malam dan Villa ini sangat sepi dan dingin. "Aku lupa belum mengunci jendela dibawah.." Sela Ana berusaha lepas dari pelukan Braven. Namun Braven justru membuat nya berbalik dan mencium bibir nya dan masuk terlalu agresif dan liar. Tubuhnya terdorong hingga ke tempat tidur. Ana berusaha tidak merasakan kepanasan malam ini. Ia masih ingin lepas. Tetapi mengapa kekuatan Braven tidak dapat ia lawan. "Ana.. jadilah milikku sepenuhnya… malam ini" ucap nya serak lalu kembali menelusuri tubuh Ana yang tertindih dibawah.  Sepertinya sudah tidak mungkin untuk dihentikan. Tanpa sadar pakaian nya sudah sama-sama terlapas. Malam ini menjadi pertanda pernikahan mereka adalah nyata. …………. "Ah.. kenapa lelaki selalu pergi lebih dulu setelah tidur bersama" keluh Ana sesaat setelah bangun di pagi hari. Ia berada di kamar Braven dengan keadaan ini. Ana berusaha bangun dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia gunakan saja handuk Braven untuk turun ke bawah. "Sudah jam 11.. aku tidak membuatkan sarapan pekerja lagi. Ada sayuran apa ya? Sebentar lagi makan siang.."  Kini pekerjaan pasti nya adalah memasak untuk pekerja dan kepala perkebunan yang sering mampir untuk memberikan laporan perkembangan kepada Braven. Karena semua nya sudah selesai. Ana belum sempat menikmati keindahan tempat ini. Hanya perlu keluar gerbang lalu berjalan sedikit, ia sudah berada diperkebunan yang sangat luas hingga tidak bisa menjajakinya hanya dengan berjalan kaki. Duduk disaung kecil dan tersenyum dengan ketenangan. Meskipun siang hari tetaplah sedingin ini. Setelah beberapa lama, Ana memutuskan untuk pulang dan menunggu pekerja laundry untuk mengambil pakaian kotor dari kamar Braven. Saat masuk, Ana melihat Braven sedang menelepon didekat jendela kamar. Ia tidak mengganggu dan sibuk mengumpulkan pakaian kotor. Hingga sedikit menimbulkan suara dan membuat Braven menoleh. Setelah turun dan membereskan nya. Ana kembali ke kamarnya untuk beristirahat.  Braven datang dengan langkah pasti. "Bereskan pakaian mu" Tatapan mereka bertemu. "Kenapa???" takut-takut Braven marah tanpa alasan dan mengusir nya. "Pindah lah ke kamar ku. Di atas…" tunjuk nya dengan jari ke arah atas. "Apa? Kamu serius… sudah lah aku disini saja" "Cepatlah nyonya.." ucap nya tersenyum menggoda. Ana kebingungan sendiri melihatnya, "Apasih yang dia katakan"  Namun Ana menurut saja. Membawa semua pakaian dan bodycare nya ke kamar Braven. Hah, suami istri ini sudah memulai perannya. "Lemari kosong disana, gunakan saja. Lagi pula baju mu pasti akan bertambah banyak dalam waktu dekat" ucap Braven berusaha mengatur. "Ana mendorong koper nya, "Tidak juga. Aku akan menghemat tabunganku" ucap nya asal. Braven bersandar di pintu sambil melipat tangannya. Memperhatikan Ana yang sedang berberes. "Jangan menghemat begitu. Mulai sekarang lebih perhatian penampilan mu. Karena pekerjaan mu tidak hanya dirumah. Tapi temani aku ke berbagai acara dan pertemuan juga" "Memang nya harus? Jadi aku mesti membeli pakaian mahal untuk menyamai kelas kalian???" tanya Ana memastikan. Braven mengangguk, "Tentu saja" "Ya sudah nanti ku pikirkan lagi.." jawab Ana tidak bersemangat. Hal itu membuat Braven tertawa ringan, "Aku tidak berbicara tanpa memikirkan berbagai aspek, Ana. Jangan khawatir… uang untuk istriku sudah ditransfer sejak kemarin. Apa kamu tidak mengecek nya??" Ana menoleh bertanya-tanya, "Aku tidak tau…" "Cek saja nanti. Terserah akan kau gunakan kapan dan berapa pun. Jika kurang katakan saja. Siapkan juga pakaian untuk mengunjungi Oma dan pertemuan resmi perusahaan bulan depan" "Memang berapa banyak yang kamu transfer?" tanya Ana penasaran. "Mmm…. 9… tetapi tidak rutin sejumlah itu. Akan ku pikirkan lagi berapa banyak uang bulanan mu nanti" '9 juta? Bukankah hanya dapat 1 baju atasan saja jika harus bermerek??' batin Ana.  "Baiklah…" Sudahlah, ia juga masih punya tabungan untuk membeli lebih. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN