“kau akan pergi ke San Fransisco?.”kepalaku mengangguk, pandanganku terarah pada jalanan dari kaca Restoran yang berada di sisi kananku. Sedotan menempel di bibirku, es cappucino dengan saus cream rasa vanila yang di taburi bubuk coklat pahit. Niel berada di hadapanku, sibuk dengan gigitan burgernya dan kentang goreng yang ia celupkan ke dalam saus. Dia terlihat sangat lapar sementara aku kehilangan selera makan. Tiba-tiba sekali Tristan memberikan kabar jika kepergian kami menjadi lebih awal, aku sampai ijn setengah hari untuk melakukan perjalanan ini. Rasanya ingin kabur saja, tapi sampai ke ujung dunia pun aku tidak akan bisa melakukannya, bukan karena Tristan akan mengejarku melainkan aku tidak memiliki uang. “berapa lama?.” “hanya akhir pekan.” “kau kelihatan tidak senang?.”siapa