Bab 1. Berani Bayar Berapa?

1156 Kata
"Nikmatilah! Aku akan membuat panas di tubuhmu hilang dengan permainanku." "Lakukan, Tuan! Cepatlah, aku sudah tidak tahan lagi." Seorang pria tampan bermata biru masih menatap lekat wajah Azalea yang kini dalam kuasanya. Wanita yang berada dalam pengaruh obat perangsang itu tampak sudah membuka seluruh pakaiannya. "Aku akan memulainya, Baby!" Pria bernama Aldrich itu pun mulai merebahkan tubuh Azalea di atas ranjang. Menciumi setiap jengkal tubuh polos wanita itu hingga Azalea tampak menggeliat saat Aldrich dengan liar menyentuh setiap titik sensitif tubuhnya. *** Tiga jam sebelum malam panas itu, Azalea yang sebenarnya ragu untuk datang ke rumah ayahnya, tak punya pilihan lain. Ya, hari ini, tenggat waktu p********n utang ibunya. Jadi, Azalea berniat meminta bantuan ayahnya untuk membayar utang tersebut. "Jangan mimpi kamu minta uang sama suamiku! Aku tidak akan membiarkanmu!" pekik seorang wanita yang tak lain adalah ibu tiri Azalea dengan nada begitu keras. "Dengar, Nyonya! Aku itu cuma mau minta uang sama ayahku. Lagian, harta ayah itu adalah harta ibuku juga, bukan hartamu! Kamu di sini hanya menumpang dan kamu w************n, karenamu ibuku meninggal, kamu merayu ayahku hingga beliau membenci ibuku. Sekarang, kamu katakan aku menguasai harta ayahku, dasar wanita tidak tau diri!" balas Azalea yang tidak terima dikatakan oleh ibu tirinya jika dia menguasai harta milik ayahnya. Mendengar sahutan dari anak tirinya, sang ibu tiri menjadi berang, dia tidak terima dikatakan w*************a walaupun pada kenyataannya iya, tapi tetap saja dia tidak terima. Tamparan cukup keras membuat Azalea terdiam. Pipinya panas saat sebuah tangan melayang di pipinya dan dia hanya bisa terpaku. "Jaga sopan santunmu kepada istriku, jika kamu pulang karena menginginkan uang lebih baik kamu jual diri saja, aku tidak akan sepeser pun berikan uang padamu. Anak pembangkang akan tetap jadi pembangkang. Aku sudah sekolahkanmu, tapi ini balasanmu? Kamu dan ibumu sama saja, pengerukan hartaku, sekarang pergi dari hadapanku. Aku tidak akan peduli denganmu lagi, aku akan mencoretmu dari warisanku. Pergi!" pekik seorang pria yang tidak lain ayah dari Azalea yang bernama Alex Anderson. Azalea memegang pipinya, air matanya yang dipelupuk mata perlahan mengalir. Sakit karena ditampar itu hal biasa. Ini lebih dari yang dia bayangkan. Hatinya terluka karena hinaan terhadap dirinya, terlebih hinaan kepada ibunya, itu membuat dia terluka dan sakit hati. Apakah ini, ayah yang selalu dia banggakan selama ini. Apakah ini, pria yang katanya, cinta pertama anak perempuannya, inikah pria itu. Azalea menyekat air matanya dengan tangannya yang bergetar. Azalea Ingin membalasnya, tapi dia masih berpikiran kalau yang dia hadapi adalah ayahnya. Azalea, menatap sang ayah dengan tajam. "Jika tidak ingin membantu, jangan menghina ibuku, karena aku tidak terima. Baiklah, kalau Anda tidak mau memberikannya, tidak apa-apa. Aku tidak akan mengemis kepadamu. Tapi, ingat baik-baik, aku bukan lagi anakmu, jangan pernah mengakui aku sebagai anakmu, mulai detik ini, namaku hanya Azalea Lovania Putri, bukan Azalea Lovania Anderson. Anda mengerti, Tuan Alex Anderson!" tegas Azalea yang membuat Tuan Alex terdiam. Tuan Alex, tidak menyangka anaknya memakai nama istrinya. Dan, melepaskan nama belakangnya. Istri kedua Tuan Alex yang bernama Lilyana Anderson tersenyum penuh kemenangan, benalu di rumah ini hilang dan dia tidak perlu repot-repot mengusirnya. "Keluar dari rumah ini, jangan menginjakkan kakimu lagi rumah ini," usir Lilyana dengan arogan meminta kepada Azalea untuk pergi dari rumah mewah sang ayah. Azalea tersenyum menyeringai ke arah wanita yang sudah menggeser posisi ibunya, dia benar-benar muak dengan serigala berbulu domba ini. "Baik, aku pergi. Tidak perlu mengusirku, w************n!" Azalea segera pergi setelah mengatakannya. Azalea puas melihat raut wajah istri kedua ayahnya berubah, saat dia mengatakan kata-kata itu. Dia tidak peduli dengan suara teriakkan dari wanita itu. Baginya, teriakkannya seperti angin lalu. Azalea pergi dari rumah yang penuh kenangan dengan ibunya. Sekarang, saatnya dia harus mencari uang untuk membayar hutang ke rentenir. Karena jika dia tidak membayar, dia akan dijual di rumah bordir. "Akh, sial! Aku harus cari di mana uang itu, aku tidak punya siapapun yang bisa aku minta tolong. Dasar nenek lampir, semua karena dia, awas saja dia, aku akan buat dia menyesal, apa aku kerumah kakek saja," monolog Azalea mengetuk-ngetuk dagunya. Azalea menggelengkan kepala, dia tidak mau sampai kakeknya tahu jika dia bernasib malang seperti ini. Dia tahu betul sang kakek pasti bertanya kepada dia ini dan itu dan kata kramat juga harus dia dengar, kenapa tidak menikah saja dan ujung-ujungnya dikenalkan oleh pria yang menurut sang kakek baik tapi tidak dengan dia. Suara pesan masuk ke ponselnya dengan malas, Azalea melihat apa isi pesan tersebut. Azalea mendapatkan pesan dari seseorang yang memintanya untuk datang dan alamatnya juga sudah dicantumkan di sana. "Baiklah, tidak ada salahnya aku pergi. Besok baru pikirkan bagaimana cari uang untuk rentenir itu dan juga kerja. Karena sejengkal perut ini harus diisi, tabunganku akan menipis jika aku tidak kerja. Hah! Sial, kenapa hidupku seperti ini," ucap Azalea yang menghentikan taksi online untuk mengantarkan dia ke tempat yang akan dituju. Sesampainya di tempat yang dituju, Azalea turun, tidak lupa dia membayar ongkos taksi. Tanpa menunggu lama, Azalea melangkahkan kaki dan masuk ke dalam tempat yang suara musik cukup kuat hingga membuat orang yang mendengarkannya akan mempunyai masalah jantung akan meninggal seketika karena suara dentuman musik yang memekakkan telinga. Azalea diminta oleh sahabatnya Beatrice ke club malam. Azalea, mencari keberadaan dari sahabatnya itu. Setelah menemukan sang sahabat, Azalea mendekatinya. "Maaf, aku telat," ucap Azalea yang segera duduk di samping sang sahabat dan langsung menyambar minuman Tequila Beatrice hingga habis. "Kusut amat wajahmu, Lea? Apa masalahmu belum selesai? Apa kamu belum menemukan uang untuk membayar hutang ibumu, Lea?" tanya Beatrice. Azalea menggelengkan kepala pelan. Dia masih tetap menegak minuman itu. Rasa sakit dihati, dia obati dengan minuman memabukkan itu. Beatrice hanya bisa menatap penuh iba dengan sahabatnya ini, dia tidak bisa membantu sahabatnya ini, karena jumlahnya fantastis, jadi dia hanya bisa support sang sahabat. "Aku ingin menari, kamu mau ikut?" tanya Azalea. "Ayo, kita menari," sahut Beatrice. Keduanya langsung ke depan dan menari bersama pengunjung lain. Azalea terus menari dengan lincahnya. Sedangkan, di ujung bar tepat di meja VIP, ada yang memperhatikan Azalea dengan intens. Dia melihat Azalea meliuk-liukkan tubuhnya dengan lincah sesuai irama musik. "Siapa dia? Cantik dan menawan. Sepertinya, dia pengunjung baru. Menarik sekali," ucapnya yang terus memperhatikan Azalea yang terus menggoyangkan tubuhnya. Orang itu menyunggingkan senyuman penuh arti melihat Azalea, dia tidak sedikitpun berkedip. Dia melihat Azalea seperti bidadari yang harus dia dapatkan. Orang yang memperhatikan Azalea memanggil pelayan ke mejanya dan membisikkan sesuatu ke pelayan dan jawaban pelayan itu hanya menganggukkan kepala. Tidak lupa, orang itu memberikan uang tips untuk tugas yang dia berikan. "Bersiaplah, cantik, aku akan mendapatkanmu," jawabnya. Akan tetapi, di meja lain, seorang pria lain bernama Aldrich terus memperhatikan pria tersebut dengan sorot mata yang tajam. Dia melihat ke arah pandangan pria yang memanggil pelayan tersebut. Senyum pun terulas di sudut bibirnya. "Wanita itu memang cukup menarik, pantas saja ada yang rela melakukan hal kotor seperti itu." Sambil terus memperhatikan pria itu, Aldrich juga membagi pandangannya dengan sesekali melihat Azalea. Baginya, wanita itu seperti magnet yang bisa menarik pria mana pun untuk mendekat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN