River dan Regan sudah menghilang selama 3 hari membuat Tissa uring-uringan sendiri, kenapa masalahnya tak kunjung selesai? Bahkan dengan Arsen pun cewek itu belum tergerak untuk baikan, Tissa mulai was-was kalau Arsen tiba-tiba bosan dengan sikap nya yang moodyan. Jujur, Tissa begitu merindukan kedua sahabatnya, tanpa mereka rasanya sekolah jadi tak menarik lagi. Tissa bosan dan jenuh, pikirannya hanya diisi oleh kekesalan yang menumpuk. Amanda? Cewek itu hanya sesekali menemani Tissa, seperti saat ini, lantaran tidak sempat sarapan di rumah Tissa terpaksa sarapan di kantin sendirian. Sembari menghabiskan sarapan nya Tissa masih mencoba mendial nomor River dan juga Regan. "Reee, ayo dong angkat. Pleaseeee, gue kangen banget sama lo"
Tissa sudah pasrah, dia sudah mencoba menghubungi Regan dan River sebisanya, cewek itu menarik nafas lantas menghembuskan nya. Jempol cewek itu tak sengaja menyentuh ikon video, Tissa mengerjap beberapa saat. Terdengar nada sambung disana, Tissa tak langsung mematikan melainkan menunggu.
Violaa!!
Tak lama wajah Regan memenuhi layar ponsel miliknya, Tissa yang kaget plus kegirangan sontak berteriak. Lupa kalau di kantin juga ada beberapa siswa yang tengah makan, tapi cewek itu tak peduli. Dia terlampau senang sekarang “Hei!! lo dimana?!”
Cewek itu spontan mendapatkan pelototan dari pengunjung kantin yang lain lantaran terlalu berisik, Tissa mengecilkan volume suara nya, Regan tersenyum menatap cewek berpipi chubby yang sudah 3 hari tidak dilihat oleh netra nya “Gue di rumah River, why? you miss me? oh, I know”
Cowok itu terdiam saat menatap Tissa yang tengah berkaca-kaca, sebelum Tissa membuka suara “Re, gue bener-bener minta maaf sama lo. Lo boleh musuhin gue tapi please jangan tinggalin gue kayak gini. Lo tau kan gue nggak punya temen” kata Tissa, dia mengusap air mata yang perlahan menetes “Gue sampe bertengkar sama Arsen gara-gara dia nggak mau ngasih tau dimana River saat ini. Gue kangen sama kalian”
“Tiss—“ ucapan Regan terpotong saat ponselnya di rampas oleh River, kali ini di layar Tissa langsung terpampang wajah si perfect smile lip and eye “Cengeng banget jadi cewek, lagian baru di tinggal 3 hari juga”
Tissa mendongak saat mendengar suara itu, dia menatap wajah River yang muncul di layar. Cewek itu sudah tidak bisa menahan tangis lagi, hingga akhirnya bulir bening itu pecah meski hanya dalam isakan. “Sialan! pulang lo! jangan kabur-kaburan, kalo lo punya masalah diselesaikan bukan ditinggalkan kayak gini, River. Lo jahat tau nggak”
“Tiss, lo nggak malu apa nangis di kantin gitu?” tanya River membuat Tissa mendengus, dia tidak peduli. Saat ini dia terlalu senang lantaran bisa melihat kedua sahabat nya lagi “Bodo amat, pokoknya gue nggak mau tau kalian kudu pulang secepatnya atau kita musuhan sampe kakek nenek!”
Tissa mematikan sambungan telepon, dia bergegas meninggalkan kantin saat semua mata tertuju padanya. Malu juga lama-lama ditatap seperti itu, tapi kalau boleh jujur hati Tissa lega sekarang lantaran River dan Regan sudah mau berbicara dengan dia meski belum sepenuhnya memaafkan Tissa. Sekarang cewek itu tinggal mencari cara untuk berbaikan dengan Arsen. Di lain tempat Regan dan River saling berpandangan, lantas tertawa terbahak menertawakan kekonyolan Tissa yang menangis seperti tadi, kedua cowok tampan itu saat ini tengah jogging di sebuah taman, rencananya mereka akan pulang ke Indo besok maka dari itu keduanya akan berpuas diri untuk bermain di London hari ini.
Mommy Ra kerja seperti biasa, sudah berangkat pagi-pagi tadi.
“Haaah, gue lega tau bisa lihat wajah Tissa” celetuk River tiba-tiba, Regan menepuk pundak cowok yang menjadi sahabat nya itu “Calm, Bro. Cewek nggak cuma Tissa, kalo lo sayang sama dia yaudah biarin dia bahagia sama Bang Arsen”
“Gue coba” jawab River santai, dia menoleh ke arah Regan yang tengah meneguk air mineral “Lo sama Kak Amanda gimana?”
Regan tersenyum tipis sembari menatap lurus ke depan “Ya gitu-gitu aja sih”
“Cih, gue kira lo udah nembak”
“Belum”
Keduanya berhenti di halte bus, tak lama bus merah bertingkat datang. River naik duluan dan Regan menyusul di belakang nya, tapi saat cowok itu hendak naik netra dia tak sengaja menangkap sosok yang amat sangat di kenalinya yang baru saja turun dari Bus merah tersebut, hendak mengejar tapi terlambat lantaran bus sudah kembali jalan. Regan hanya bisa menatap sosok itu melalui jendela. “Ira..” gumam Regan.
Tidak! dia tidak boleh kehilangan Ira lagi. Regan tiba-tiba bangkit dan menyuruh supir bus untuk berhenti, River yang melihat Regan turun sudah tak dapat mencegah lantaran penumpang bus lain sudah protes karena Regan menghambat perjalanan mereka. River hanya bisa melihat Regan yang berlari ke arah halte bus. “Sialan! ngapain sih dia?!” tanya River pada diri sendiri. Dengan cepat cowok bermata sipit itu menekan dial nomor ponsel Regan, tak lama telepon tersambungkan.
“Lo apa-apaan sih?!” tanya River sampai tak sadar kalau suaranya mengganggu penumpang lain, cowok itu mengecilkan volume suaranya.
“Gue sempet lihat Ira dan gue yakin itu dia, lo nggak perlu khawatir sama gue”
“Ira?” tanya River bingung. Tapi beberapa detik kemudian setelah sambungan terputus cowok itu baru sadar dan paham, pantas saja Regan menghentikan bus karena dia tak ingin melewatkan kesempatan untuk bertemu dengan gadis masa lalunya itu. River menghela nafas, mau gimana lagi sekarang selain membiarkan sahabatnya itu pergi.
(^_^)(^_^)
“Ira!!”
Cewek berambut hitam panjang itu menghentikan langkah kakinya saat sebuah suara memasuki indera pendengaran nya. Dia menoleh dan seketika mematung di tempat, apa ini mimpi? Apakah sosok itu benar Regan? Sosok yang tengah berlari ke arahnya? Ira stuck di tempatnya, dia tak menyangka akan bertemu dengan Regan di sini, di London. Tempat dia tinggal. Regan berhenti tepat di depan Ira, jarak mereka sangat dekat hanya beberapa inci. Ira menelan ludahnya, dia tidak mimpi kan sekarang?
Tanpa basa basi Regan langsung memeluk Ira yang masih tak percaya di tempatnya, cowok itu terlampau senang akhirnya bisa bertemu dengan Ira-nya kembali. Dia tidak akan melepaskan Ira lagi, dia tidak ingin kehilangan cewek cantik itu lagi. “Gue kangen banget sama lo, Ra” gumam Regan berbisik di telinga Ira. Cewek itu masih belum bereaksi lantaran masih syok dengan pertemuan yang tidak di sangka-sangka ini.
“Re-regan? kok, kok kamu bisa disini?” tanya Ira terbata-bata. Regan melepaskan pelukan nya, cowok itu menangkup pipi cewek yang ada di depan dia, Ira yang dulu masih polos kini sudah berubah menjadi Ira yang lebih dewasa dan pintar merawat diri, semakin cantik. “Kenapa? kaget ya?” tanya Regan, cowok itu masih belum bisa memudarkan senyumnya. Regan teramat senang saat ini, rasa senangnya sudah tak terdefinisikan lagi. “Gue nggak nyangka bakalan ketemu lo disini” lanjut cowok berambut kecoklatan itu, kini dia menggenggam erat kedua tangan Ira membuat cewek itu tiba-tiba berkaca-kaca.
Ira tidak menjawab, melainkan langsung memeluk Regan.
Dia rindu sekali dengan sahabat semasa di SMP nya itu “Aku juga kangen banget sama kamu, Re. Buat hubungin kamu aja aku kesusahan, maaf kalau dulu aku tiba-tiba menghilang.” kata Ira sebari terisak, Regan mengeratkan pelukan nya. “Tapi sekarang lo udah di depan gue, Ra. Dan gue nggak akan lepasin lo lagi”
Cewek bermata almond itu tersenyum meski sesekali masih terisak, Regan melepaskan pelukan mereka, dia mengusap air mata Ira yang masih mengalir “Nggak usah nangis, duduk dulu” mereka berdua duduk di halte, suasana canggung menyerang mereka berdua. Sudah 2 tahun tidak bertemu membuat keduanya bingung mau melontarkan kata pembuka seperti apa. Terlalu banyak yang ingin mereka sampaikan satu sama lain, Ira memilin rok pendek nya sebari menggigit bibir tipis miliknya lantaran gugup.
“Lo, kenapa bisa ada di London, Ra?” Regan bersuara pertama kali membuat Ira spontan menoleh.
"Papa sama Mama pindah kesini, dan mereka nggak pengen ninggalin aku sendiri di Indo. Jadi ya terpaksa aku ikut pindah kesini juga"
Regan mengangguk, cowok itu tau kalau Ira adalah anak adopsi tapi kedua orang tuanya begitu menyayangi Ira membuat Regan tak pernah khawatir. Justru dia berterima kasih, kalau seandainya Ira tidak diadopsi dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan cewek imut itu lantaran dulu Ira tinggal di Bogor lantas setelah diadopsi dia pindah ke Jakarta dan bertemu dengan Regan “Tapi lo bakal kembali ke Indo kan?” tanya cowok berparas tampan itu, Ira tersenyum di susul dengan sebuah anggukan singkat.
“Ada beberapa hal yang harus aku beresin di Indo, Re." jawab Ira, tatapannya menerawang ke depan “Mungkin kamu nggak tau, karena dulu aku nggak kasih tau kamu soal ini”
“Soal apa?”
“Janji”
Ira menggenggam erat tangan Regan, tatapan mereka bertemu “Aku punya janji sama seseorang, Regan. Dan orang itu sekarang ada di Indonesia, jadi aku cuti sekolah untuk sementara dan akan kembali ke Indonesia.
"Maksud nya, lo nggak akan menetap di Indo?"
Dengan sangat sesal Ira menggeleng.
"Ra--"
"Rumah gue sekarang di sini, Re." sela Ira sebelum Regan menuntut lebih banyak lagi. Cowok itu diam, berperang dengan hati dan pikirannya. Ira tersenyum, dia tidak ingin melihat wajah sedih Regan di saat pertemuan pertama mereka setelah bertahun-tahun lamanya. Cewek itu menggenggam tangan Regan, membuat sang empu langsung menoleh. "Oh iya, kenapa kamu bisa ada disini?" tanya cewek itu mengalihkan pembicaraan. Ira menatap wajah Regan, wajah yang belum luntur ketampanan nya, Ira selalu di buat terpesona akan visual Regan.
“Gue bertengkar sama Mama” jawab Regan kemudian “Dan kebetulan gue punya temen disini, jadi gue kabur. Banyak hal yang terjadi setelah lo pergi, Ra. Gue selalu kesusahan buat cerita masalah gue ke orang lain karena lo nggak ada. Tapi sekarang, gue punya sahabat. Sesekali gue cerita ke mereka”
“Sahabat?”
Regan mengangguk, tangan cowok itu mengelus rambut panjang Ira “Nanti kalo lo udah sampai di Indo, gue kenalin ke mereka.”
Ira mengangguk, lantas mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangan, sudah saatnya dia pergi lantaran penerbangan nya ke Indonesia hari ini. “Re, sorry ya. Aku harus pergi sekarang, udah ditunggu sama Papa-Mama dirumah."
“Pergilah” jawab Regan di barengi senyum manis, Ira berdiri dan memeluk sahabatnya itu untuk yang terakhir kali. “See you in Indonesia, Regan” ucap Ira, cewek itu melepaskan pelukan nya. “See you, Ra. Take care”
Ira mengangguk dan tersenyum, dia lantas berbalik badan. Baru dua langkah cewek itu kembali menoleh lantas dengan kilat berjalan menghampiri Regan kembali, mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Regan membuat sang empu langsung speechless, tangan Regan spontan meraba pipinya. Netra dia menatap punggung Ira yang berjalan menjauh, hatinya berdebar, pikirannya blank. “Lo udah bener-bener berani ya Ra sekarang.” gumam Regan. Cowok itu kembali terduduk di halte, kali ini dia sendirian. Senyum masih belum luntur, Regan merasa begitu senang dengan pertemuan singkatnya dengan Ira.
Saat dirinya tersadar, cowok itu menepuk jidatnya “Amjink, sekarang gue gimana pulangnya coba!”
(^_^)(^_^)
Ira memeluk sang Mama dengan erat, lantas beralih pada Papa yang berdiri di samping Mama nya. Hari ini, mereka ada di Bandara untuk mengantarkan Ira yang akan terbang ke Indonesia. Sedari tadi Mama Ira tak henti-hentinya mengeluarkan bulir bening dari matanya, Papa Ira senantiasa menghibur, meyakinkan kalau Ira akan segera kembali dan tinggal bersama mereka setelah urusan nya selesai. Selain itu, untuk mengganti cuti sekolah Ira di London, kedua orang tuanya mendaftarkan Ira untuk bersekolah di Indonesia. Susah sekali mengurusi dokumen yang seperti itu, tapi karena mereka punya uang jadilah semuanya beres.
“Ma” gumam Ira. Tak tega melihat wajah sang Mama yang sudah menyayanginya selama ini “Mama tunggu kamu pulang, Ira” ucap wanita itu dengan lembut, Papa Ira merangkul bahu sang istri “Segera selesaikan urusanmu disana ya, setelah itu cepatlah kembali ke London. Mama nggak sanggup kalau harus tinggal tanpa kamu" lanjut Mama Ira yang langsung mendapatkan anggukan dari gadis itu.
Papa Ira mengelus puncak rambut anak gadisnya dengan sayang “Kalau ada apa-apa cepet hubungi kami ya, Ra”
“Iya, Pa. Ira janji”
Gadis berwajah cantik dan condong ke imut itu memeluk Mama nya sekali lagi, lantas mengecup pipi wanita yang paling dia sayang sedunia, berganti memeluk sang Papa tak lupa meninggalkan kecupan di pipi Pria yang sudah menjaganya selama ini. “Ira pergi dulu, Ma, Pa. See you”
“Take care, sayang”
Ira menarik nafas seraya mencengkram kuat tali tas nya agar dia tidak menangis, dia harus siap apapun yang terjadi di depan nantinya. Karena semakin cepat di lakukan akan semakin baik, dia tidak ingin menunda lebih lama lagi untuk kembali ke Indonesia.
“River, I hope we can meet and I will keep my promise” ucap Ira dalam hati.
(^_^)(^_^)
“Ken, please think one more time!”
“Ma, aku minta maaf. Tapi kali ini aku akan relain apapun demi bisa bertemu dengan River, aku cuma pengen dia tau kalau Daddy nya masih hidup. Dan setelah itu, aku akan kembali ke London buat nerusin kehidupanku lagi. Aku minta tolong ke Hen buat handle perusahaanku disini dibantu Rido"
Wanita yang sudah berusia pensiun itu hanya bisa menghela nafas, dia tidak bisa mengatur kehidupan anak-anaknya lagi. Mereka sudah bisa mengatur kehidupan sendiri tanpa campur tangan Mama Liana, tapi, apa yang tengah di rencanakan oleh Ken adalah sesuatu yang besar, kalau dia kembali maka semua kotak pandora otomatis akan terbuka. Mama Liana khawatir, akan terjadi masalah besar lagi setelah belasan tahun lamanya.
"Mama percaya kan sama Ken?"
Mama Liana masih belum membuka mulut, wanita itu masih sibuk dengan pikiran khawatirnya "Kamu sudah yakin?" tanya Mama Liana memastikan "Kalau kamu memutuskan untuk bertemu dengan River, otomatis kamu juga akan bertemu dengan dia. Apa kamu sanggup? Apa kamu sudah memikirkan gimana reaksi dia setelah tau kamu masih hidup selama ini, Kendric?"
“Ma, tujuan Ken bukan untuk bertemu dengan dia, tapi River. Dia masih ada di London, sementara River ada di Indonesia"
“Ken, apapun yang akan kamu lakukan nanti. Jangan pernah menyakiti dia dan cucu Mama lagi, Mama mohon sama kamu"
Kali ini Ken yang terdiam, semua ucapan Mama Liana berputar di benaknya. Tapi pria itu sudah membulatkan tekad kalau sekaranglah waktunya untuk dia muncul kembali, Ken tidak bisa bergerak bebas selama River masih bersama Radista. Dan kali ini kesempatan pria itu untuk mendekati River disaat anaknya itu jauh dari wanita yang sampai saat ini masih bertahta di hatinya. Ya, Radista masih menempati singgasana hatinya. Meski wanita itu sudah menganggapnya meninggal, tapi dia tetap mengikuti perkembangan hidup Radista dan River. Sampai saat ini.
“Hallo, kamu dengerin Mama kan?”
“Iya, Ken denger”
“Yasudah, kalau gitu Mama tutup telepon nya”
Pria yang saat ini memakai setelan jas itu terduduk di sofa kamar apartemen, segelas wine ada di salah satu tangan pria itu “Siap nggak siap, kali ini nggak boleh ngelepasin River lagi” gumam Ken.
Ken meneruskan kegiatan mengemasnya, tak lama pria itu selesai dengan kemas-kemasnya. Benda pipih yang tergeletak membisu di atas ranjang kini bergetar, nama Rido terpampang di layarnya. Ken lantas menggeser tombol hijau, menerima panggilan itu. “I have a problem” ucap Rido to the point, Ken mengerutkan kening bingung tapi dia masih diam menunggu sahabat dari SMA hingga sekarang itu kembali berbicara “My son left go home, dan lo tau kemana dia pergi??”
“Where?”
“London! rumah Radista”
Ken masih terdiam, perkembangan berita terbaru. Dia belum mendapatkan laporan apapun baik dari mata-mata nya di London ataupun dari keponakan nya. Suara Rido kembali terdengar “Gue minta tolong sama lo buat memastikan kalau anak gue baik-baik saja disana, emosi Safa meledak lagi, anak dan ibu itu punya sifat yang suka meledak-ledak, huh! Eh, tapi lo jadi ke Indo kan besok?" tanya Rido.
“Gue kasih informasi nya nanti, dan gue jadi ke Indo.”
“Perlu gue jemput?”
“Sure”
Telepon ditutup, Ken kembali mendial nomor telepon seseorang “Give me information about the child who lives in the rose house” ucap pria itu langsung pada intinya kepada salah satu bawahan yang menjadi mata-matanya. ‘Rose’ sendiri adalah kata sandi untuk Radista.
“Ok”
Huh! benar-benar orang sibuk. Setelah panggilan di tutup kini Ken mendial kembali nomor telepon keponakan laknatnya. Butuh nada sambung ke 4 barulah keponakan dia itu mengangkat telepon darinya. “Hello, my Omegot”
“Dimana, River?” tanya Ken langsung, kalau meladeni gurauan remaja yang menjadi keponakan nya itu maka akan membuang-buang waktu secara percuma. Padahal bagi Ken waktu adalah uang, dan uang adalah uang. “Kenapa diem?”
“Em, itu Om. River udah nggak masuk beberapa hari, dan telepon Tissa baru diangkat tadi pagi. Dia,.. dia ada di London"
Benar!
“Kenapa kamu nggak kasih tau Om kalau River ada di London?!” tanya pria itu lagi, nada suaranya terdengar kesal “Sudahlah! semenjak kamu pacaran tugas dari Om selalu kamu lalaikan. Audi A5 siap-siap bakal Om tarik lagi”
“Eeeehhh!! jangan dong, Om. Iya-iya aku minta maaf. Tapi bukan karena aku pacaran terus lalai kok, suwer deh. Ada satu alasan kenapa aku nggak bilang ke Om” tanpa menjawab Ken langsung memutuskan panggilan telepon secara sepihak.
“Alasan? apa benar yang dikatakan Hen, kalau anaknya suka sama River?”