9

1728 Kata
“WHAT?? LUPAKAN? MIMPI KAU!!!” Baik Kayla maupun Andreas sama-sama terkejut mendengar teriakan dari seseorang dari arah pintu. “Olin?” tegur Andreas tak suka. “Aku nggak mau Andre dia lepas tanggung jawab.” Andre? Haaah! Berarti bukan hanya aku yang memanggilnya Andre. Hahaha. Mimpi kau Kayla. “Biar aku yang menyelesaikan.” Ucap Andreas sedikit melunak. “Aku nggak suka.” “Ia karena itu biar aku yang menyelesaikan. Kamu diam dulu.” Kayla hanya diam mendengar pertengkaran sepasang manusia di depannya ini. Wajah Caroline sudah dipenuhi amarah. “Selesaikan dengan adil. Aku nggak mau lepasin dia gitu aja Ndre. Itu gaun rancangan terbaik aku. Aku udah bilang sama kamu kalau dia nggak bakal pantas pake rancangan itu. Itu gaun mahal dan tubuh miskinnya tak akan pantas menggunakan pakaian itu bahkan jika dia menjadi p*****r sekalipun.” Ucap Caroline kata demi kata membuat Kayla mencelos. Kayla menatap Andreas lama. Ia tak menemukan niat untuk menegur sedikitpun pada Caroline yang sudah mengatai Kayla dengan hina. Di sana Kayla paham, ia hanya model panggilan. Hahaha. Sungguh lucu keadaan seperti ini. “Aku memang miskin, tapi aku bukan pelacur.” Ucap Kayla tegas. Ia menatap Andreas yang juga menatap kearahnya. “Akan kuganti gaun itu walaupun aku harus menjual diri. Permisi.” Lanjut Kayla tegas. Dengan cepat Kayla keluar dari ruangan tersebut. Karena ia yakin air matanya sebentar lagi akan meluncur jatuh. Dan memang sesampainya di luar, air mata yang ia tahan  langsung meluncur jatuh. Kayla tersandar di dinding tak jauh dari ruang kerja Andreas. Ia tersandar dan perlahan terduduk. Air matanya sudah terjatuh, dadanya terasa sesak. Ia memukul dadanya  yang sesak. Ucapan Caroline tadi itu membuat ia terhina. Seketika ia mengingat pertemuannya dengan Andreas dulu. Pertemuan mereka di Bar dulu. Dan sekarang ia merasa sungguh menjadi p*****r. Karena yang ia lakukan pada Andreas dulu membuat pria itu menjadikan Kayla sebagai modelnya. Tapi sekarang? “Kayla?” Kayla menghentikan tangisnya saat seseorang memanggilnya. Melihat siapa yang datang, dengan cepat Kayla berdiri dan menghapus air matanya. “Egghemm. Boss.!” Ucap Kayla saat melihat Andreas berdiri dihadapannya. “Maaf aku—“ “Kenapa kau menangis?” tanya Andreas dingin. Kayla terdiam. Ia tak menjawab apa yang Andreas tanyakan padanya. “Kenapa kau menangis?” tanya Andreas lagi. “Boss aku—“ “Kenapa kau memangis? Dan jangan panggil aku boss.” “Tapi anda boss saya.” “JAWAB PERTANYAANKU!!” teriak Andreas yang mulai geram. Mendengar teriakan Andreas membuat emosi Kayla juga ikut terpancing. Ia menatap Andreas nyalang dan tak ada rasa takut dihatinya sedikitpun. “Karena sekretarismu mengataiku pelacur.” Jawab Kayla tajam. “Aku tahu cara ku bertemu denganmu tidak baik, tapi bukan aku yang meminta untuk di sini. Sebenarnya dia kenapa? Apa salahku? Kenapa dengan mudahnya wanita itu mengataiku p*****r di saat keperawananku masih utuh.” “Dia tak mengataimu pelacur.” “Cih! Terserah kau mau berkata seperti apa. Aku sudah tak peduli.” Ucap Kayla dingin. Ia  melirik kebelakang Andreas, ada Caroline di sana menatap ke arah mereka. “Itu sekretaris baik-baikmu. Wanita alim nan baik hati.” Andreas melirik kebelakang mendengar ucapan Kayla. “Kau tenang saja. Gaun harga selangitmu itu akan kubayar. Kau bilang tadi bahkan jika aku menjadi p*****r, aku tak akan sanggup mengganti baju mahalmu kan? Mungkin itu akan terjadi jika aku menjadi p*****r murah. Tapi apa jadinya jika aku menjadi p*****r kelas kakap dan simpanan om-om berdasi? Kau pikir berapa hasil yang akan aku dapatkan? Tubuhmu saja bisa kubeli.” Kayla mengakhiri ucapannya dengan menatap Caroline tajam lalu beralih pada Andreas yang masih terdiam mendengar penuturan Kayla. Hatinya tak terima Kayla mengatakan kalimat s****n seperti itu. Namun kenapa dirinya seperti ini? Tak ada hubungan apapun dengan Kayla tapi kenapa ia marah Kayla mengatakan tentang akan menjadi p*****r simpanan om-om. Kenapa ini? Ada apa ini? Andreas melihat kepergian Kayla begitu saja. Sampai gadis itu menghilang dari balik lift, barulah ia menatap tajam Caroline yang sedari tadi dibelakangnya. “Dari dulu mulutmu itu yang membuatku muak Olin. Kau tak pernah berubah. Kau sungguh membuatku muak.” Ucap Andreas dingin. “Hahaha! Ini lucu. Apa sekarang kau sedang mengajariku? Hanya karena gadis s****n itu?” “Siapa yang kau katakan s****n?” “Ya tentu saja gadis itu. Gadis yang dengan tak tahu dirinya menghancurkan gaunku.” Andreas menatap Caroline semakin tajam. Dengan langkah pasti, ia mendekat ke arah wanita itu tanpa melepaskan tatapan matanya. “Kau, jauh lebih murahan daripada dia.” BAAMM! Hanya satu kalimat yang Andreas keluarkan, namun mampu membuat Caroline mencelos dan tak percaya. “Apa maksudmu mengatakan itu?” tanya Caroline tak terima. Bukannya menjawab, Andreas memilih memasuki ruang kerjanya, namun dengan cepat Caroline menahan. “JELASKAN PADAKU APA MAKSUDMU!!!” teriak Caroline tak tertahankan. “Tidak perlu kujawab kau sudah tahu.” Andreas langsung keluar dari ruangannya setelah meraih kunci mobil serta jas kantornya dan meninggalkan Caroline di dalam sana dengan keadaan nelangsa dan berteriak kesal. *****   Andreas memberhentikan mobilnya di sebuah Bar dimana pertama kali ia bertemu dengan Kayla. Sejak dari kantor sampai berhenti di tempat ini, ia tak pernah berhenti memikirkan bagaimana wajah terluka yang Kayla keluarkan padanya tadi. “AAAAA! b******k!!” teriak Andreas murka. Ia muak dengan dirinya sendiri. Kenapa ia bisa sampai seperti ini. Padahal Kayla bukan siapa-siapa baginya, tapi kenapa bayangan kayla memenuhi isi kepalanya sekarang? Kenapa?. Andreas mengusap wajahnya kasar. Ia lelah dan butuh istirahat. Bukan istirahat di dalam, tapi cukup berdiam di dalam mobilnya. Memejamkan mata dan menikmati kesunyian saat ini. Kepalanya sakit hanya karena memikirkan kesakitan seorang Kayla? Oh Tuhan. Sebenarnya ia kenapa? Apa ada yang salah dengan hatinya? Tidak kan? Lalu kenapa perasaannya amburadul begini? Andreas meraih ponselnya, menghidupkan layar ponsel tersebut lalu menatap foto seorang gadis dengan kostum. Ya. Andreas menatap Rilla nya, namun anehnya bahkan saat ia menatap foto gadis tersebut, tak juga bisa membuatnya tenang. “Kayla Kayla Kayla! Apa-apaan sih gadis itu.” Geram Andreas. Andreas yang kesal langsung mencari kontak Reni. “Kirimkan padaku password apartemen Kayla, segera!!!” perintah Adrian tanpa bisa di tolak. Reni yang menerima telpon di seberang sana hanya bisa melongo. Bahkan ia  belum sempat mengucapkan salam pada Andreas, ponsel tersebut sudah mati. Andreas menatap ponselnya guna menanti pesan yang ia tunggu dari Reni. Tak lama berselang pesan yang ia tunggu pun masuk. Andreas segera menghidupkan mesin mobilnya dan melaju kendaraan itu cukup kencang menuju apartemen Kayla. *****   Di Apartemennya, Kayla baru saja selesai masak untuk makan malamnya hari ini. setelah kembali dari perusahaan Andreas, Kayla menghabiskan waktu dengan berendam. Setelah lelah berendam, barulah ia menyiapkan makanan untuk ia santap sebentar lagi. Setelah menghidangkan makanan, kayla melirik jam dinding. “Jam tujuh malam.” Ucapnya santai. Kayla mengambil piring yang sudah ia isi dengan nasi goreng yang tadi ia masak, lalu berjalan menuju ruang TV. Dengan duduk bersila di atas sofa, Kayla meraih remot TV lalu menghidupkannya dan mencari chanel drama Korea yang sudah ia tunggu penayangannya sedari tadi. Beruntung drama yang ia tunggu-tunggu baru saja mulai. Kayla kembali duduk dengan baik dan fokus menatap ke depan sembari tangannya bergerak menyuapi sendok berisi nasi ke dalam mulut. Namun pada suapan ke tiga, Kayla dikejutkan dengan suara tombol apartemennya berbunyi seperti ada yang sedang membukanya. “Maling?” ucap Kayla memucat. Dengan cepat gadis itu meletakkan piringnya dan berlari menuju sapu yang ada di sudut dapur lalu berlari keluar. Tanpa melihat siapa yang datang lebih dulu, Kayla tanpa ampun memukul si penyusup dengan keras, bahkan Kayla tak berhenti walaupun orang itu mengaduh dan meminta untuk berhenti. Sampai suara teriakan dari si penyusup menghentikan aksi anarkis Kayla. “SAKIT KAYLA!!” bentaknya. “Andreas?? Kau—“ ucap Kayla tak percaya. Bagaimana bisa Andreas ada di sini? Dari mana pria ini tahu password rumahnya? “D—dari mana kau tahu password apartemenku?” tanya Kayla berang. Andreas belum menjawab, pria itu masih meringis kesakitan. Bahkan dari pelipisnya mengalir darah segar akibat pukulan maut Kayla tadi. Melihat Andreas meringis, Kayla ikutan meringis. Ia bahkan merasa bersalah sudah membuat Andreas terluka. Tapi siapa suruh masuk tanpa permisi. “Ssstt! Kau tak apa-apa?” tanya Kayla mencoba meraih pelipis Andreas. Melihat jemari Kayla yang ingin menjangkau kepalanya, Andreas bukannya menjauh, pria itu justru mendekat sampai pelipisnya tersentuh jemari Kayla. Saat luka itu bersentuhan, Andreas kembali meringis. Kayla yang kasihan langsung memegang tangan Andreas dan membawa pria itu masuk ke dalam dan duduk di sofanya. “Tunggu disini, aku ambilkan obat.” Ucap Kayla. Bahkan gadis itu lupa dengan kejadian tadi siang. Kekhawatirannya jauh lebih besar melihat Andreas terluka daripada hal ribut yang Caroline lakukan tadi di kantor. Dengan sedikit berlari, Kayla datang membawa kotak obat dan mengeluarkan kapas dan obat kompres luka. Mengaplikasikan obat tersebut di atas kapas lalu mengusapkannya secara perlahan pada pelipis Andreas yang terluka. Sesekali gadis itu meringis melihat Andreas yang meringis. “Maaf. Sakit ya?” tanya Kayla tanpa melihat ke arah pria itu. Andreas menatap Kayla dalam. Bahkan saat Kayla meniup pelan keningnya, Andreas masih terus menatap. Ada yang aneh dengan hatinya saat ia melihat Kayla dari dekat. Entahlah. Entah rasa apa itu. Tapi jantungnya menjadi berdetak lebih cepat dari biasanya. Kayla sudah selesai mengobati pelipis Andreas. “Selesai.” Seru Kayla Saat gadis itu hendak membereskan kotak obat, entah dorongan dari mana, Andreas langsung menarik tengkuk Kayla dan dalam hitungan detik bibir mereka sudah seling bertaut. Tak ada yang memulai lebih dulu untuk melumat. Keduanya sama-sama diam. Termasuk Andreas. Lelaki itu bahkan hanya menyatukan bibirnya. Tujuan Andreas Cuma satu, memastikan kondisi hatinya saat mereka kembali berciuman seperti dulu. Dan jauh diluar dugaan Andreas. Hanya dengan sentuhan seperti ini, hanya menempel seperti ini, jantung pria itu sudah berpacu sangat cepat, keringat dingin keluar dari keningnya. Andreas melepaskan ciumannya namun bukan untuk menjauh, melainkan untuk memeluk Kayla dalam dan erat. Kayla masih kaget dengan yang Andreas lakukan padanya, namun dibalik rasa kaget tersebut, ia juga merasakan nyaman. Sangat nyaman. “An—“ “Biarkan seperti ini dulu. Biarkan aku memastikan sesuatu. Biarkan.” Pinta Andreas. Andreas merasakan dadanya berdetak begitu cepat. ada rasa senang dan nyaman dalam satu waktu yang ia rasakan saat ini. sangat nyaman dan ia bahagia. Sembari tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Kayla tentunya, Andreas semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Kayla. Dengan nyamannya, Andreas menghirup aroma sabun beraroma lavender yang menguar dari kulit leher Kayla dan rambut gadis itu yang juga mengeluarkan aroma harum, membuat Andreas semakin nyaman. “And—“ “I love you.. *****      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN