“Tidak usah terkejut seperti itu, Aubrey. Seperti sudah takdir bukan, bahwa orang terdekatmu akan menjadi manager adikmu sendiri?” Jelas terdengar ada kalimat sindiran dalam ucapan Zia. “Rino juga sangat berhati-hati dan sangat perhatian ketika menjadi managerku.” Dipuji seperti itu, Rino mengusap tengkuknya dengan salah tingkah. “Ah, nggak juga. Itu karena aku melihat kamu kewalahan saja saat menjadi artis. Makannya aku menawarkan diri.” “Kamu yang menawarkan diri untuk menjadi manager Zia?” tanya Aubrey tak percaya, padahal dulu Rino tahu betapa jahatnya ibu tiri dan saudari tirinya kepada Aubrey. Rino mengangguk. “Suatu kehormatan bagiku bisa bekerja menjadi manager Zia.” Aubrey sontak berdiri ketika mendengar hal itu. “Rino, ayo buat janji di lain hari. Aku tiba-tiba saja masih a