Bab 6

1158 Kata
Seperti kesepakatannya kemarin, Aline memperlakukan Andrian selaknya suami. Err maksudnya hanya melayani pria itu ketika akan berangkat kerja, atau ketika pria itu akan makan. Bagi Aline itu sepadan dengan dirinya yang akan bercerai dengan Andrian 6 bulan lagi. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk berpisah dan kembali kepada Romi. Omong-omong tentang Romi, dia tidak mengetahui nomor terbaru pria itu. Rupanya Romi telah mengganti kontaknya, tapi tidak apa. Ketika nanti dia berpisah dengan Andrian, dia akan menemui pria itu untuk kembali bersama. Dia sangat yakin jika Romi sampai kapanpun mencintainya, dan akan menerima dirinya. Aline masuk ke dalam kamar Andrian, dia lalu melangkah menuju almari. Melihat pakaian Andrian yang semua berwarna monoton menurutnya, hanya putih, hitam, navy. Semua warna pakaiannya seperti itu tidak ada yang lain. Dia jadi memikirkan untuk membelikan Andrian pakaian yang lain. Aline menarik kemeja berwarna putih, kemudian jas berwarna navy juga dasi berwarna navy juga. Begitu dirinya membuka lemari sebelahnya, dia mengambil celana bahan dan juga dalaman. Wajah Aline memerah ketika mengambil dalaman Andrian, dia mengumpat. Seharusnya dia tidak perlu mengambil dalaman pria itu, karena itu sangat memalukan. Setelah tangannya penuh dengan pakaian Andrian, dia buru-buru menaruhnya di atas kasur kemudian pergi meninggalkan kamar Andrian. Takut pria itu keluar cepat di dalam kamar mandi, bisa bahaya jika dirinya kepergok Andrian. Aline lantas turun ke bawah menuju dapur, kekacauan di dapurnya kemarin malam kini sudah tidak terlihat. Apakah Andrian yang melakukannya? Tapi bukannya pria itu sakit? Lalu, jika bukan Andrian lalu siapa? Tidak mungkin jika asisten rumahnya kan? Dirinya sendiri pun jelas saja tidak. Ah tak ingin kepalanya pusing memikirkan hal lain, dia memilih untuk membuat sarapan. Aline mengambil dua buah telur lalu mengocoknya, dia juga mengambil dua buah sosis. Dia akan membuat omelet dan sosis bakar, dia tidak tahu makanan apa yang disukai Andrian. Begitu omelet yang dibuatnya sudah siap, juga sosis yang dibakarnya sudah matang. Dia membawanya ke meja dapur lalu menaruhnya di atas piring. Setelah itu dia mengambil s**u segar di dalam kulkas, lalu menuangkannya ke dalam gelas tinggi. Setelah sarapan untuk Andrian siap, pria berpakain rapih itu menghampirinya lalu duduk di atas kursi yang sudah tersedia untuknya. Andrian tersenyum senang melihat Aline yang benar-benar memperlakukannya sebagai seorang suami. Keinginannya selama menikah dengan Aline kini terwujud. "Aku nggak tahu kamu suka sarapan ini atau nggak, tapi kalau nggak suka. Nggak apa-apa biar aku saja yang nanti memakannya." Andrian jelas menggeleng, dia akan menerimanya dengan suka cita. Ini suatu keajaiban untuknya, karena Aline membuatkan sarapannya. Padahal wanita itu tidak perlu repot-repot untuk membuatkan dirinya sarapan, cukup dengan s**u atau kopi dan roti saja yang sudah tersedia di atas meja. Dia bukan tipe laki-laki yang pemilih dalam makan, dia akan memakan apapun itu. Perut dan mulutnya bisa menerima makanan apapun. Dan juga, dia bukan pria yang menuntut sang istri untuk masak. Dan tak mengharuskan wanita itu untuk bisa masak, jika istrinya tidak bisa masak baginya tak masalah. Masih banyak restoran atau tempat makan yang melayani mereka, karena istri baginya bukan pembantu. Istri baginya teman hidup, tempatnya menghabiskan seluruh hidup dengannya baik suka maupun duka. Tempat dirinya mencurahkan kasih sayang, tempat ternyamannya. Jadi dia tidak akan memaksa Aline untuk memasak untuknya. "Terima kasih, maaf aku merepotkan mu." Ujar Andrian dengan nada tidak enak. Aline mengibaskan tangannya. "Tidak usah minta maaf, ini sesuai perjanjian kita." Perkataan Aline seolah menampar Andrian dalam kenyataan, dia melupakan jika pernikahannya sekarang memiliki perjanjian tidak tertulis. Andrian tersenyum tipis kemudian mulai memakan sarapannya, telur yang dimasak Aline terasa hambar tidak terasa apapun. Sosis yang dipanggang istrinya itu juga di ujungnya sedikit gosong, tapi tidak apa. Baginya ini lebih dari cukup, dia tidak mau mengomentari masakan Aline. Takut wanita itu terluka oleh perkataannya, jadi daripada dia mengomentari masakan Aline. Lebih baik dirinya menghabiskan sarapannya segera, dan berangkat bekerja. Aline yang melihat Andrian begitu asyik memakan sarapannya, memandang pria itu dengan pandangan yang sulit di artikan. Apakah makanannya enak? Mengapa Andrian tidak mengomentari makanannya? Seharusnya jika tidak enak, pria itu tidak perlu memaksakan memakan masakannya. Dia sudah mengatakan di awal bukan? Jika tidak menyukai masakannya, Andrian bisa tidak memakannya. Tapi sebaliknya, Andrian begitu lahap memakan masakannya, membuat dia bertanya-tanya tentang rada dari masakannya. Setelah Andrian selesai memakan sarapannya, pria itu kembali memandang Aline dengan senyum. "Terima kasih untuk sarapannya," "Apakah masakanku buruk?" Tidak terlalu, tapi rasanya begitu aneh. "Tidak, jika buruk aku tidak mungkin untuk memakannya kan?" Ingat, jangan mengomentari masakan istri. Jika sayang dengan nyawamu. "Benarkah? Kau tidak menipuku?" Andrian mengangguk yakin. "Baiklah kalau begitu, aku akan selalu memasakan sarapan seperti itu setiap hari." Dan Andrian yang mendengarnya hanya bisa tersenyum lebih lebar lagi. _ _ _ _ Perkataan Aline saat itu, tentang membuatkan kembali sarapan dengan omelet dan juga sosis setiap pagi untuk Andrian jelas terbukti. Sejujurnya Andrian sudah enek, dan bosan selama sebulan ini dirinya memakan sarapan sepeti itu. Rasa omelet yang dimakannya setiap hari pun beda-beda. Jika pertama Andrian memakan terasa hambar, berbeda dengan hari kedua yang begitu asin. Aline benar-benar pemasak yang buruk, dia tidak bisa menakar garam dan bumbu penyedap lainnya. Sehingga selama sebulan ini, dia selalu merasa makanan yang dibuat oleh Aline untuknya terasa berbeda-beda. Tapi dia tidak bisa berkomentar, takut wanita itu marah kepadanya. Aline sekarang sudah jauh lebih baik, mau mengajaknya berbicara terlebih dahulu. Tapi terkadang sikap kasar dan juteknya masih ada, namun Andrian tetap menikmatinya. Terlebih pernikahannya dengan Aline tinggal 6 bulan lagi. Dia ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin, maka setiap harinya dia akan membuat harinya berkesan. Andrian pulang menenteng paper bag yang berisi bahan makanan yang diminta oleh Aline. Wanita itu menginginkan barbeque, bahkan Aline memebeli alat-alatnya. "Kau sudah pulang?" Tanya Aline memandang Adjie yang sudah pulang sambil menenteng paper bag. Andrian mengangguk lalu menaruh paper bag di atas meja. "Kau membeli apa saja?" Tanya Aline kembali sambil membuka paper bag tersebut untuk melihat isinya. "Kau sudah makan?" Tanya Andrian sambil melonggarkan dasinya lalu duduk di samping Aline. Aline berdiri kemudian berjalan menuju dapur, mengambil minum untuk Andrian. "Terima kasih," Andrian tersenyum mendapati sikap Aline yang melayaninya. "Aku belum makan, aku menunggu ini." Andrian menggangguk tak ingin mendebat Aline. "Kau ingin mandi dulu? Atau langsung makan?" "Mandi sepertinya, aku terasa lengket." "Dan juga bau," ejek Aline sambil menutup hidungnya. Andrian berdecak sambil tersenyum. "Kau mau ke mana?" Andrian melihat Aline yang ikut berdiri juga. "Menyiapkan pakaian untukmu." Andrian menggeleng. "Tidak usah, kau siapkan saja barang-barang yang diperlukan. Aku bisa sendiri." "Benarkah? Aku tidak perlu untuk menyiapkan pakaian untukmu?" Andrian mengangguk sebagai jawaban. "Tapi, kau tetap akan mengakhiri pernikahan kita, tepat dipernikahan ke delapan bulan kan?" Wajah Andrian seketika berubah, hatinya terasa tercubit mendengar perkataan Aline. Wanita itu ternyata takut jika dia tidak melayaninya sekalipun akan mengubah perjanjiannya, Andrian berpikir Aline sudah melupakannya. Tapi dugaannya salah, wanita itu mengingatnya dengan jelas. Andrian memasang senyum tipis. "Kau tidak perlu khawatir, aku bukan pria yang suka mengingkari janji." Setelah mengatakan hal seperti itu, Andrian kemudian berjalan meninggalkan Aline. Wanita itu tersenyum lebar, takut sekali jika Andrian akan membatalkan janjinya tapi beruntunglah pria itu akan menepatinya. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN