Bab 20. MALAM PERTAMA YANG TERLAMBAT

1643 Kata
Perubahan rencana. Motor Anggun di antar ke rumah orang tuanya oleh Lambok dan rekannya. Mereka mengatakan Anggun sudah pergi bersama Agung karena bahaya jika berkendara seorang diri dalam kondisi yang kacau dan besok atau lusa Anggun akan datang mengambil motor. Lambok meminta semua barang-barang gadis itu yang dia tinggal tadi. Setelahnya, Lambok mengantarkan tas Anggun itu pada Agung yang sudah menunggunya di sebuah rumah tempat bersantai mereka. Agung tidak mungkin membawa Anggun pulang bersamanya karena akan menimbulkan kecurigaan pada Rosa. Dan akan banyak pertanyaan yang tidak masuk di akal keluar dari mulut Rosa. "Thanks, Bro!" ucap Agung dan segera di angguki oleh Lambok. Sebelum Lambok berlalu, dia menatap Agung dengan jenaka dan memainkan matanya guna mengejek Agung sekaligus menyemangati Agung agar bisa melupakan Rosa malam ini dan bersenang-senang dengan Anggun. "Jangan terlalu di paksa, masih segel, kan? Hahahaha," ucapnya sebelum berlalu. Padahal, sedikitpun tidak ada niat Agung untuk itu. Dia berencana pulang setelah mengantar Anggun ke dalam dan mungkin akan menuliskan note jika gadis itu tidak bangun. Agung menatap Anggun yang tertidur pulas di jok belakang, mungkin karena lelah pikiran dan raganya sehingga gadis itu bisa terlelap seperti itu. Tidak sadar bahwa mobil sudah berhenti melaju. Dan bahkan tidak mendengar suara tawa Lambok yang menggelegar. Karena tidak tega membangunkan, Agung akhirnya menggendong gadis itu di dadanya dan membawanya masuk. Anggun menyurukkan kepalanya di d**a Agung dan memeluk leher pria itu tanpa sadar. "Ayah, tolong Anggun!" ucap Anggun mengigau seraya menahan tangan Agung selepas dia di letakkan di atas ranjang di kamar pribadi Agung. "Bang Rido, maaf!" ucapnya membuat Agung mengerutkan keningnya setelah mendengar satu nama keluar dari mulut Anggun. Apakah itu nama kekasih Anggun saat ini? Mendengar nama orang lain disebut oleh mulut Anggun entah kenapa membuat hati Agung tidak rela karena dia teringat bahwa dia sudah menikahi Anggun dan tak seharusnya nama pria lain yang keluar dari mulut Anggun. Egois? Ya, tapi itu sangat melukai harga dirinya walau dia sadar dia juga tidak begitu open pada Anggun. Agung menepuk pelan pipi Anggun agar gadis itu bangun. "Bangun!" Anggun membuka mata perlahan dan matanya sayu saat melihat Agung. Dia berbalik dan memunggungi Agung karena merasa malu atas tindakan yang di saksikan Agung sedari sore tadi. "Maaf karena memukul kamu tadi. Saya saya saya--" ucapnya tergagap dan memalingkan wajah dari punggung Anggun. "Tidak apa-apa. Saya pantas mendapatkannya. Bahkan saya berharap lebih dari sekali dan membuat saya sekarat lalu mati," potong Anggun. Agung menoleh karena ucapan Anggun, apakah baru saja gadis itu memintanya untuk menjadi pembunuh? "Apa kamu berani tinggal sendirian disini? Saya akan pulang atau kamu ingin ikut pulang?" Anggun menggeleng. Dia sudah tahu ini bukan di kamarnya di rumah ayah maupun di rumah Agung. Tapi dia tidak mau bertanya ini dimana. Dan akan lebih baik sendirian disini untuk bisa meluapkan semua sesak di d**a sepanjang malam. Lagian, tidak baik jika Agung ada disini sementara Rosa ada di rumah. Jika sampai wanita itu tahu bahwa mereka sedang bersama, Anggun pasti akan menjadi bulan-bulanan dan menjadi sasaran kebencian lagi. Anggun lelah menjadi orang yang di benci oleh orang lain tanpa mengetahui letak salahnya dimana. "Disini sepi, tetapi tetap aman. Saya akan kirim orang besok pagi untuk mengantar kamu bekerja." Anggun mengangguk walau dia membelakangi Agung. Air matanya menetes lagi karena sadar masa depannya yang sudah hancur saat ibunya menandatangani perjanjian dengan Rosa. Maj tidak mau, Anggun harus menepati itu. "Tolong segera hamili saya Tuan, agar utang keluarga saya segera lunas. Tidak ada jalan bagi saya untuk pergi dari keluarga anda jika saya tidak melahirkan anak laki-laki sesuai keinginan keluarga anda." Urat malunya terpaksa di putuskan ketika dia hendak mengucapkan kata-kata itu pada Agung. Kalimat yang cenderung pada makna mengajak. Dia benar-benar melakukan misinya sembilan puluh persen, melemparkan tubuhnya pada Agung walau dia masih belum telanjang. Tuhaan. Malunya! Setan di antara dua orang itu langsung tertawa dan menggelitiki Agung ketika topik mengenai anak di angkat ke permukaan. Ada yang mulai panas dan ada bayangan yang menggiurkan di benaknya melintas sekilas. "Pelan-pelan, kan masih segel." Ucapan jenaka Lambok segera menyapa gendang telinganya lagi. "Soal itu, saya sudah memikirkannya. Kita bisa melakukannya dengan cara inseminasi. Saya tidak perlu menyentuh kamu." Agung mencoba mewaraskan pikirannya dari bayang-bayang erotis yang melintas terus-menerus di benaknya.Sangat menggoda iman! Anggun mengangguk saja. Dia pernah menonton drama yang menceritakan soal wanita hamil melalui proses inseminasi. Tidak apa, itu juga bagus, batinnya malah senang karena Agung punya pikiran seperti itu. Walau dia masih gadis dan tidak pernah terlibat dengan pria secara serius selain Rido enam tahun lalu, tapi sedikitnya dia mengerti soal perasaan wanita yang berbagi kekasih atau suami. Jika dia berada di posisi Rosa, dia tidak akan bisa merelakan suaminya pada wanita lain juga. Jadi pilihan untuk inseminasi ini adalah jalan yang tepat bagi mereka untuk mendapatkan anak. "Katakan saja pada saya kapan pemeriksaannya. Kalau bisa dalam waktu dekat saja. Masa subur saya sekitar empat hari lagi." Anggun berbicara tanpa melihat Agung. Wajahnya memanas dan memerah karena membahas ini bersama seorang pria yang kebetulan adalah suaminya. Masih terasa tabu karena hubungan mereka yang tidak dekat. Sementara Agung, dia memijat kepalanya yang tiba-tiba pening karena pembahasan yang menarik urat-urat sarafnya. Bahasan yang sangat sensitif ketika dia tidak bisa mendapatkan itu terus menerus dari Rosa bahkan ketika dia sangat ingin. Dia terlonjak kaget ketika ada getaran di saku celananya. Dia menatap ke bawah dan merogoh kantong dan membuka pesan yang dari Lambok. Yang membuatnya semakin merasa kepanasan ketika dengan isengnya Lambok mengirimkan gambar erotis seorang perempuan di sertai dengan kata-kata yang mengompori. Lambok: [Mulus ya, tapi sepertinya istri mudamu lebih mulus] [Berikan padaku jika memang kamu tidak berminat padanya] Baru saja jemari Agung menari di keyboard hpnya ketika pesan baru dari Lambok kembali masuk. Lambok: [Bersenang-senanglah. Aku baru saja membalas pesan Ocha dan bilang kita sedang meeting dan membahas bisnis baru kita dan mungkin akan menginap karena akan bahaya pulang saat larut.] Iblis di sekitar Agung semakin tertawa dan menggaruk punggung Agung agar semakin gatal dan butuh tangan seseorang untuk meraba atau mencakarnya. Agung keluar dari kamar itu setelah menoleh sejenak pada Anggun yang meringkuk seperti bayi. Agung pergi ke ruang tengah yang mereka jadikan tempat bersenang-senang saat berada di rumah ini lalu mengambil stik billiar dan bermain seorang diri disana untuk mengenyahkan pikiran dari hal berbau sedap. Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan angka sepuluh. Agung bermain seorang diri hingga dia merasa bosan tetapi selama dia membidik bolanya, yang dia lihat adalah Anggun yang sedang tersenyum manis padanya sambil melambaikan tangan. Drrrtt Ponselnya kembali bergetar dan dia segera merogoh kantongnya. Lambok: [Bagaimana?] [Udah tembus?] Agung melemparkan stiknya dan berjalan ke lantai dua dan mendapati Anggun yang tetap meringkuk di atas kasur. Dia menarik pundak Anggun hingga gadis itu terlonjak dan matanya membulat ketika melihat Agung berada di depannya penuh dengan keringat dan hanya memakai singlet saja. "Saya berubah pikiran. Saya mau melakukannya dengan alami dan di mulai malam ini," ucap Agung mendekat pada Anggun. Tanpa mempedulikan Anggun yang ketakutan melihatnya mendekat, Agung segera menarik Anggun mendekat padanya. "Sssstttt, jangan bersikap seperti itu. Kita ini halal. Saya hanya ingin meminta hak saya saja. Apa saya salah?" Anggun menggeleng, tidak salah meminta hak tapi cara memintanya sungguh menyeramkan apalagi ini yang pertama buatnya. Jika di rongrong seperti itu, siapapun pasti kaget. Agung tersenyum dan tangannya bergerak membelai wajah Anggun. Menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya. Lalu mendekatkan bibirnya ke kening istri mudanya itu. Tangannya bergerak membuka seragam Anggun dan meletakkannya di tepi tempat tidur. "Relaks!" ucapnya saat melihat mata Anggun memejam. Dia membelai seluruh permukaan tubuh Anggun untuk membangkitkan gairah istri mudanya itu hingga dia memasuki Anggun dengan lenguhan panjang ketika dia merasa Anggun sudah siap. Benar saja, garukan iblis di punggungnya kini dilanjutkan Anggun yang mencakar punggung Agung yang sedang bergerak perlahan di atas tubuhnya. "Uhhh!" suara Agung yang mendominasi karena sudah sangat lama melakukan hal ini pada seorang yang benar-benar pure. Selama pernikahannya dengan Rosa, tidak sekalipun dia melakukan ini dengan wanita lain. Dia selalu menulikan telinganya dari semua perkataan teman-temannya yang beberapa di antara mereka bahkan memiliki cem-ceman yang masih SMA atau Kuliah karena katanya lebih yahud dan lebih menggigit. Agung semakin menjadi dan merasa bahwa dirinya sudah kembali ke dua puluh tahun lalu ketika dia sedang gencar-gencarnya dengan stamina yang dia miliki. "Yaaaahh, i like this!" ucapnya seperti seorang pecandu. Dia benar-benar lupa pada rencananya yang ingin melakukan inseminasi karena enggan menyentuh Anggun. Setelah ini, bisa saja enggan berubah menjadi candu. Semua rencana itu hilang seketika saat dia menyatukan dirinya dengan Anggun, si istri muda yang rasanya pasti jauh berbeda dengan wanita yang sudah melahirkan tiga kali. Sementara Anggun, dia memejamkan matanya dengan erat dan menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan suara laknat yang bisa membakar gairah Agung. Dia tidak menyingkirkan tangan Agung yang meraba semua tubuhnya bahkan mencium bibirnya dengan begitu intim. Ini kali pertama baginya, tentu dia tidak bisa mendeskripsikan apakah memang begini cara yang benar atau salah. Dia tidak punya pengalaman sebelumnya. Sesekali dia mendesis tertahan dan menancapkan ujung jarinya di pundak Agung yang sedang ngos-ngosan di atasnya. "Eeuugh!" lenguhan lolos begitu saja dari mulut Anggun ketika suaminya itu bergerak lebih cepat sembari mendesis seperti orang kepedasan makan bakso bulat seperti lato-lato. Tangan pria itu juga tidak bisa diam dan meremas apa yang bisa di remas di tubuh penuh tulang milik Anggun. "Uuuughh, i feel it bebi. I love you Oc--" Suara lenguhan panjang dari Agung dan kalimat yang hampir menyakiti perempuan di bawahnya keluar dari mulutnya saat dia merasakan kepuasan karena pelepasan yang luar biasa yang baru saja dia alami. Untung dia menurunkan wajahnya dan melihat bukan Rosa istrinya tetapi Anggun istri mudanya yang sedang di bawahnya. "Aaakhh!" ucapnya di sisa pelepasannya dan gerakannya perlahan berhenti. Pria itu berguling usai memutus jalinan tubuh mereka. "Terimakasih!" ucapnya pada Anggun yang langsung menukar posisi berbaringnya menjadi miring dan membelakangi Agung. "Ya!" ucapnya sedikit serak dan anggukan samar. "Pulanglah, Pak. Saya tidak apa sendirian disini!" lanjutnya seraya memejamkan mata dan meratap dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN