Anggun menangis di dalam kamar mandi karena apa yang dia harapkan tidak terjadi. Padahal keyakinannya sudah sangat besar karena bulanannya terlambat hingga seminggu. Sebelum ini tidak pernah terlambat bahkan lebih sering maju. "Mungkin belum terdeteksi, coba besok lagi!" ucapnya seraya mengusap air matanya yang menetes. Dia membuang nafasnya dengan kasar dan mencoba berpikir positif dan menunggu hingga besok dengan keyakinan yang besar juga. Sebelum turun ke lantai satu, wanita itu merapikan diri dan menutupi wajah kecewanya dengan senyum cerah berkali-kali di cermin. Lalu memakai kaca mata untuk menutupi matanya yang memerah. Anggun turun sudah lengkap dengan seragam kerja dan langsung ke meja makan. Disana anak-anak dan Agung sudah berkumpul sementara nyonya rumah belum terlihat. "