PART 11 - JAMAL KETIBAN SIAL

1653 Kata
Jamal sejak kecil sudah dibiasakan diri berdoa sebelum tidur, agar terhindar dari mimpi buruk. Entah mengapa kali ini ia lupa. Mungkin akibat menggerutu remote televisi yang rusak. Entah apa alasan yang akan ia berikan pada Mak Sanah jika tahu remote kesayangannya rusak, apalagi karena rusak oleh Freya. Bisa ngamuk emaknya, ngamuk bukan dalam arti kata marah-marah. Mak Sana terlalu menyayangi Freya, sehingga kadar rasa sayang ke Freya luber, lebih banyak dari pada ke anak kandungnya sendiri. Artinya, ia yang akan kena amuk. “Ya ampun Jamal!” Lengkingan Mak Sanah menggema di ruangan yang baru saja dibuka pintunya dari luar. Jamal tersentak, ia kaget dan aksinya membuat tubuhnya beguling dari atas sofa, sontak pantatnya mencium lantai. Aduh!! Sakit gila!!! Ia tadi sedang bermimpi bertemu tukang tagih hutang yang galak dan menyeramkan. Begitu melihat wajah wanita yang mau mengandung dirinya hingga sembilan bulan, Jamal mengelus d**a Lega. Untung cuma mimpi. “Hari gini masih tidur? Matahari sudah di atas kepala, rejeki sudah dipatok ayam! Kalau kamu kayak gini terus? Gimana bisa punya banyak uang? Gimana bisa melamar si Yaya!” Dari semua ocehan Maknya, Jamal terima dengan senang hati, kecuali melamar si Yaya!! Memang tidak ada wanita lain yang normal gitu? Sejak kecil sampe gede gini, boro-boro dia punya rasa sama Freya. Yah kalau jujur sempat ia punya rasa, rasa mau lempar gadis itu ke empang diujung jalan. Melamar Yaya? Mending jadi jomblo selamanya. Tak tahukah Maknya sifat Yaya? Oh jelas tahu, tapi anehnya selalu menjadi kandidat calon menantu terbaik sekelurahan!! Mak Sanah memang pergi ke rumah kakaknya untuk acara pernikahan keponakannya. Pagi ini baru datang dan menggeleng ketika melihat anak lelakinya masih menutup mata dan melilit selimut, bahkan di atas sofa. Padahal kamar besar milik Jamal ada, tapi anaknya ini kebiasaan tidur di ruang tamu. Ia ikut membereskan semua sisa makanan yang berceceran di lantai, dan Jamal bangkit menuju kamar mandi. Belum ia sampai pintu kembali teriakan menggema. “Kenapa ini remot Mak rusak? Gimana Mak nonton sinetron ikan terbang nanti, Jamal?” Jamal menutup mata. Ia menggeram dalam hati. “Mak tanya sama calon mantu kesayangan Mak, si Yaya.” “Kamu pasti bikin kesel dia ya, sampai remot kesayangan Mak rusak gini?” Jamal mengusap wajahnya kesal. Tuh kan! Dia lagi yang disalahkan! “Yang anak Mak, aku apa tuh anak sih! Udah ngerusakin remot masih aja dibela.” Lalu ia masuk kamar mandi dan menghempaskan pintu. “Kerja yang rajin jangan cuma malas-malasan.” Mulut Jamal ikutan bergerak-gerak manyun di dalam kamar mandi. Mengikuti suara Maknya yang masih saja membela si Yaya. Beruntung gue gak jatuh cinta sama si Yaya. Ngenes amat hidup gue kalau jadi laki dia. Mak Sanah memberikan sepiring nasi dan telor ceplok ke hadapan anaknya. “Mana setoran bengkel kemarin? Mentang-mentang Mak gak ada, kamu lupa setor.” Jamal memutar bola matanya. “Diambil Yaya, Mak.” Seharusnya Mak Sanah marah, karena itu hasil keringatnya. Tapi yang terjadi ia menjerit histeris. “Hah! Jadi kamu sudah mulai memberi nafkah sama Yaya?” GLEK! Jamal menelan telor yang nyangkut di ujung tenggorokan. “Serius? Kapan kalian mau rencana nikah?” Mata Sanah berkilat bahagia. Senyum merekah tanpa bisa dicegah. Ya salam! Nikah lagi! “Mak tersayang, Yaya itu pinjem duit Jamal Mak, buat bayar cicilan lipstik, kreditan lipstik,” ucap Jamal kesal. Aslinya ia merasa ditipu, dirampok dan lain sebagainya yang membuat kini ia tak lagi punya uang. Hadeh, semoga bengkel hari ini ramai. Mak Sanah memukul lengan putranya. “Sama calon istri jangan pelit-pelit, nanti kuburan kamu sempit.” Jamal menyeringai. “Mak doa in Jamal mati?” “Anak Mak kan cuma satu Mak?” Wajah Jamal sungguh nelangsa. “Aihss yang doain kamu mati siapa? Mak doain kamu nikah sama si Yaya.” “Lah itu pake kuburan sempit segala?” “Ya maksud Mak jangan pelit-pelit ama Yaya, biar dia bisa ke salon. Yaya itu cantik, tapi kan gak punya modal kaya orang-orang ke salon, kasihan.” “Mak minta uang buat belanja sama aku, terus aku harus kasih uang bakal Yaya ke salon, terus buat aku mana?” Udah bengkel sepi juga! Perlu gitu gue ngepet? Gue kudu browsing yang jual babi dulu nih di online! “Belajar mengatur keuangan, biar kamu gak boros. Kalau bisa, belajar memberi rasa kepercayaan pada si Yaya. Wanita lebih bisa mengatur keuangan dari pada laki-laki.” Wajah Mak Sanah masih saja tersenyum. Sementara Jamal makan sambil bersungut-sungut. Memberi uang pada si Yaya! Keenakan itu anak! Yayasan amal bukan, fakir miskin bukan! Eh dia anak yatim piatu sih, tapi kan gue juga anak yatim, harusnya gue kasih dia, dia kasih gue dong! “Mak gak bisa bayangin anak-anak kalian kalau kalian nikah.” Jamal tersedak. Matanya melotot demi menahan gumpalan nasi goreng yang gagal masuk ke perut dan malah menyangkut di ujung tenggorokan. Bergegas ia meraih gelas dan meminumnya dengan tandas. Lama-lama omongan Mak makin eror. “Lho kok gak dihabisin makanannya Mal?” Mak Sanah bingung melihat nasih yang sisa setengah piring lagi, sedang Jamal sudah bangkit dari duduk. “Telornya keasinan?” tanya Mak Sanah. Jamal menggeleng. “Udah siang Mak, nanti bengkel ditunggu pelanggan lagi.” Senyum Mak Sanah mengembang. “Ya sudah, Mak doain hari ini kamu ramai bengkelnya, biar bisa punya uang yang banyak dan bisa cepet lamar si Yaya.” “Hmmmm.” Hanya itu yang Jamal ucapkan sambil beranjak menuju motornya. Sesaat a menatap langit. “Hari ini langit cerah, udara sejuk. Semoga memberikan kemudahan dalam meraih rejeki. Amin, semangat Jamal. Walau udah kesiangan, gak ada peribahasa rejeki di patok ayam. Ayam gak ada yang ngemil oli ama bensin.” Lalu dengan semangat empat lima, Jamal melarikan motornya ke arah bengkel. Kira-kira lima menit jalan yang ia lalui, hingga tiba di depan bengkelnya. Jamal menghentikan motornya, ia bangkit turun dari motornya dengan mata melotot. Bengkel motor yang hanya ditutup dengan pintu kayu itu kini ia tatap dengan mata tak percaya. Matanya melotot bak melihat hantu di siang hari, sedang mulutnya menganga lebar. “Ya Tuhan!” jeritnya dalam hati. Seingatnya ia sudah mengunci bengkelnya dengan rapih. Bengkel Jamal didirikan di sebuah lahan sempit yang kebetulan tidak ada pemiliknya alias kosong. Hanya berukuran empat kali empat. Hanya bengkel motor pinggir jalan yang sudah setahun ini berdiri. Bukan bengkel mewah yang berisi barang berharga. Jadi, kalau saat ini ia melihat bengkelnya seperti kena rampok, otaknya sulit mencerna. Tapi tidak percaya pun, tidak mungkin. Bagaimana bisa stok barang-barangnya semua berantakan. Pintu sudah dibongkar paksa. Ban dalam dan luar yang ia jual berceceran dan beberapa di sayat orang. “Gak! Ini bukan pencurian! Ini lebih semacam orang marah dan marahnya sama ....” Ucapannya terhenti, demi membaca sebuah peringatan yang tertulis di dinding. INI AKIBATNYA KALAU KAMU MERUSAK RUMAH TANGGA ADIK SAYA! DASAR PEREMPUAN BINAL! Telapak tangan Jamal mengepal, seiring dengan teriakan sekencang-kencangnya. “Yayaaaaaaaaa!!!!!” Freya bangun dengan napas ngos-ngosan. Keringat membanjiri keningnya. Ia bermimpi buruk. “Ya ampun serem amat itu mimpi. Bela enak ketemu vampir ganteng kaya si Culen, kenapa di mimpi gue vampirenya serem ya. Itu vampir apa zombie? Hiyy.” Dia bergidik. “Yaya, Yaya!” Teriakan neneknya terdengar. “Iya Nek.” Freya membuka pintu. Sang nenek berdiri sambil membawa sapu lidi. “Anak gadis bangun siang! Nih kamu nyapu halaman.” Freya menatap sapu lidi di tangan. “Nek bangun tidur itu sarapan. Bukan ngemut sapu lidi.” “Nyapu sana dulu, baru nenek kasih makan.” Menolak percuma, yang ada kena ceramah panjang kali lebar. Dengan menggerutu dan asal mencepol rambutnya, Freya melangkah ke luar rumah. Melihat halaman yang penuh daun kering. Ya ampun, tetangga yang punya pohon mangga, gue yang ketiban daun keringnya. Mana pelit lagi tuh orang ama buahnya!! Ia mulai menyapu. “Nyapu yang bersih Yaya, biar gak dapat laki bewokan.” Freya memutar bola matanya jengah. “Tapi Yaya sukanya yang bewokan Nenek.” Terdengar kekehan dari sang Nenek. "Bewokan karena gak kebeli silet cukur ya!" "Bukan Nek, karena kalau dipegang biar geli-geli gimana gitu." "Aih sudah jangan ngawur kamu, demen yang bewok nanti nenek kawinin sama si Bejo, bewoknya banyak kan dia." Freya mendelik. Mengingat nama Bejo, kang kredit keliling yang biasa menjajakan perabotan serba lima rebu. "Ya ampun Nek, itu sih bukan bewok gemesin, bewok pengen nampol! Ganjen genitnya gak ketulungan. Sembarangan mau lamar-lamar anak gadis orang. Nikah ama dia, tar gue jadi kang ember teriak-teriak di mobil LIMA REBU, SERBA LIMA REBU." Freya bergidik. "Mending nikah ama si Jamal sekalian." "Jamal aja belum lamar-lamar kamu Yaya." "Yang mau jadi istri Jamal siapa nek! Yang ada gak ada romantis-romantisan ama si Jamal!" Masih dengan menyapu Freya dan neneknya saling melempar kata. Hingga baru beberapa menit ia menyapu terdengar suara motor. Freya membalik badan. “Jamal?” Matanya menari-nari membayangkan lembaran rupiah di depan mata. “Jangan-jangan dia mau suruh gue cuci gosok di rumahnya.” Ah, Jamal memang teman yang baik hati. Gak bakal gue kubur kalau dia belum mati. Sesaat langkah Freya terhenti, ganti tercengang ketika melihat Jamal turun dari motor dengan wajah memerah. Mirip banteng di luar negri yang mengamuk melihat kain merah yang dikibaskan di depan mata. Tapi itu kain yang merah, ini wajah Jamal yang merah. Seketika Freya merasa ada sesuatu yang menimpa sahabatnya, dan itu terlalu menyeramkan. “Jamal, lo kenap-“ “Apa yang udah lo lakuin semalam Yayaaaaa!!!!!” Freya merasakan gempa luar biasa terjadi secara mendadak. Pasalnya Jamal langsung meraih bahu dan mengguncang bahunya dengan kasar. “Eits bentar Jamal.” “Ini apaan sih.” Freya menghempaskan tangan Jamal dibahunya. Sesaat ia bersandar pada pohon jambu di rumahnya. Seketika ia merasakan bumi bergoyang. “Lo udah buat bengkel gue hancur berantakan. Jadi sekarang lo ngomong sama gue, siapa cowok yang udah lo rayu semalam!” Mendengar itu Freya menganga lebar. Sementara Jamal, ia kesal luar biasa pada gadis ini. Andai ia tidak kasihan pada gadis ini, ia tidak akan sudi berbuat sesuatu hal yang membuat bengkelnya hancur berantakan seperti sekarang ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN