“Rafa, memangnya ini pesta siapa?”
Aku menyadari jika Rafa membawaku ke suatu pesta. Pesta yang sangat mewah. Awalnya aku pikir ini adalah pesta pernikahan, namun kenapa tidak ada pengantinnya? Semua tampak sama. Rata-rata tamu yang hadir adalah pasangan dan mereka semua berpakaian sangat mewah.
Sungguh sangat berbeda ketika aku menghadiri pesta pernikahan temanku. Di hotel juga, namun tak ubahnya seperti pernikahan yang biasa dihelat di rumah. Ada pelaminan adat Sumatera Barat, dan ada pengantin yang mengenakan baju Pengantin Sumatera Barat.
Tapi kali ini tak ada sama sekali. Atau jangan-jangan ini pesta ulang tahun. Kenapa semewah ini? Sungguh, aku merasa salah tingkah di sini. Belum pernah aku masuk kelingkungan seperti ini seumur hidupku.
“Jangan gugup begitu, Sayang, biasa saja. Nanti kau akan terbiasa seperti ini.” Rafa masih mengenggam tanganku dan menuntunku menemui beberapa tamu di sini.
“Kau belum menjawab pertanyaanku Rafa.”
“Ini namanya Private Party. Jadi ini adalah pesta pernikahan, namun tamu-tamunya khusus. Hanya pihak keluarga inti, sahabat dan rekan bisnis. Pesta biasa sudah mereka langsungkan tadi siang dengan mengundang banyak orang.” Aku hanya mengangguk sebelum seorang pria datang menghampiri kami.
“Hai Rafa Purnawan,kenapa baru datang? Acara sudah mau selesai kau baru datang.”
Seorang pria berbadan tegap dengan pakaian sangat rapi menyalami Rafa. tampak seorang wanita yang sangat cantik dengan tubuh tinggi langsing ada di sebelahnya. Mungkin itu istrinya. Pakaian wanita sangat mewah dan seksi. Gaun panjang dengan atasan membelah dáda, membuat dua bongkahan itu terlihat sangat seksi dan menantang. Bagian bawah dengan belahan sepaha membuat kaki jenjangnya tampak sangat menawan.
“Hengky, selamat ya, akhirnya kau menikah juga. Aku kira betah menjadi jejaka tua, hahaha” Rafa memeluk pria itu.
“Kenalkan ini istriku, Jessy.” Pria itu mengenalkanku dengan wanita yang ada di sebelahnya.
“Hai, aku Annisa, panggil saja Nisa.” Aku kemudian menjabat tangannya.
“Jessy.” Wanita itu tersenyum sangat cantik.
“Oiya, silahkan menikmati pesta ini. Rafa saya mau menemui tamu lainnya. Jangan sungkan Nyonya Rafa, semoga anda menyukai pesta kami.” Pria itu menoleh ke arahku dan kemudian berlalu.
Aku bahkan tidak menyadari jika merekalah pengantinnya. Sebab semuanya di sini sama. Rata-rata mengenakan pakaian seksi membelah dáda dengan bagian bawah terbelah sampai ke paha. Ada juga yang mengenakan rok mini bagian depan dan bagian belakang panjang hingga menyentuh lantai. Tak sedikit yang menggunakan kerudung sepertiku, namun masih dibalut gaun yang sangat cantik dan pasti mahal.
“Hai pak Rafa, kenapa baru datang?” Tiga orang wanita datang menghampiri Rafa.
“Hai, kenalkan ini Annisa, Calon istri saya.” Rafa memperkenalkanku kepada semua rekannya sebagai calon istri.
“Hai, jadi ini yang ada dibalik nama yang tertera pada undangan itu.” Mereka semua menyalamiku dengan sangat ramah.
Undangan apa yang mereka maksud? Apakah Rafa sudah menyebarkan undangan. Tapi siapa yang akan menikah? Ah, aku semakin bingung dengan semua teka teki ini.
“Oiya, aku ke sana sebentar. Sayang, disini dulu ya sama Miska dan yang lainnya. Miska, ajak Nisa mengobrol sebentar ya.” Rafa pun meninggalkan aku bersama tiga wanita canti ini. Ia tampak menghampiri beberapa pria.
Dari tadi aku lebih banyak tersenyum tanpa berkata apa pun. Di sini aku seperti orang bȯdoh. Tidak ada siapa pun yang aku kenal. Sementara aku juga tidak pernah masuk ke lingkungan high class seperti ini. Aku begitu canggung.
“Hai Nisa, aku Resti. Oiya, kamu beruntung banget dapat pria kayak Rafa. banyak lho yang udah ngincer duda kaya itu. Apalagi dia itu terlalu baik sama semua orang, kecuali jika orang itu punya masalah dengannya.” Wanita cantik itu mencoba mengajakku berbincang, pakaiannya cukup sopan walau tidak berkerudung.
“Hai, senang berkenalan denganmu. Iya, Rafa sangat baik dan memperlakukanku begitu baik.” Aku mencoba menanggapi.
“Waw... ini cincin pertunangan kalian? Ini indah sekali, sangat manis di jarimu.” Aku hanya tersenyum.
“Pernikahanmu nanti pasti sangat mewah ya Nisa. Sebab aku tahu betul bagaimana sifat Rafa. Ia orang yang sangat royal.” Wanita yang ku tahu bernama Miska menimpali.
“Wah, asyik sekali ngobrolnya. Maaf kalau obrolan kalian terpaksa dihentikan karena sebentar lagi akan ada game dari tuan rumah, jadi kembalilah ke pasangan masing-masing.” Rafa akhirnya datang, membuatku bernafas lega.
Rafa kembali mengenggam telapak tanganku dengan sangat lembut. Aku sangat senang ketika Rafa mulai menghampiri kami. Aku begitu canggung berada di sini. Aku belum bisa membaur dengan mereka semua.
“Rafa, aku mohon jangan tinggalkan aku lagi bersama teman-temanmu itu. Kecuali jika kau ingin mempermalukanku.” Aku berbisik ke telinga Rafa.
“Apa yang kau katakan sayang? Aku tidak akan mungkin mempermalukanmu di sini. Justru aku ingin membuatmu bahagia dengan membawamu ke sini.”
“Tapi aku belum bisa membaur dengan mereka semua.”
“Baiklah, aku tidak akan meninggalkanmu lagi.”
Sebenarnya aku ingin menanyakan kepada Rafa perihal semua yang dibicarakan oleh rekan-rekan wanitanya tadi. perihal pernikahan, rencana pesta yang mewah, dan sebagainya. Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Sebab di sini semua orang sedang menikmati pesta. Tanpa sadar, aku juga terbawa suasana meriahnya pesta malam ini.
Malam ini aku dan Rafa dinobatkan sebagai pasangan terbaik karena kami berdua memenangkan beberapa permainan yang dibuat oleh tuan rumah. Sejenak aku bisa melupakan segala peliknya kehidupan. Aku bahkan tak sungkan membalas perlakuan mesra Rafa. Bagaimana pun juga Rafa adalah cinta pertamaku. Aku tak kuasa menolak getaran hati ketika Rafa memperlakukanku dengan sangat lembut.
Aku sunggguh tak ingat dengan luka yang sudah ditorehkan Rafa dari kemarin malam. Pesta ini sungguh sangat menyenangkan. Rafa berhasil membuatku merasa sangat bahagia.
“Bagaimana, Sayang ... kamu senang ada di sini, bukan?”
“Biasa saja.”
“Kamu pasti berbohong.” Rafa menatapku, lembut.
“Mengapa bertanya kalau pada akhirnya kamu tidak percaya dengan semua jawabanku?” Aku mencebik.
“Bukannya tidak percaya, tapi aku yakin jika kamu berbohong. Sayang, aku tahu siapa dirimu. Kamu paling tidak bisa berbohong, walau sekecil apa pun.”
Aku diam, tidak mampu berkata apa pun lagi. kebersamaan kami yang dulunya sangat lama, memang wajar membuat Rafa mengenal diriku luar dan dalam.
“Satu hal lagi, aku tahu jika kamu masih mencintaiku. Masih ada namaku yang tersemat di sini, iya’kan?” Rafa kembali menggoda dan menunjuk bagian dáda.
“Ge-er!” jawabku ketus seraya memalingkan muka.
“Hahaha ... masih berusaha mengelak. Sudahlah, Sayang ... akui saja apa salahnya? Kamu memang masih mencintaku, bukan?” Rafa terus mendesakku dengan pertanyaan aneh itu.
“Tidak!”
“Annisa?” Rafa menatapku, tajam.
“Jangan bertanya jika kamu sudah tahu jawabanya.” Aku tertunduk.
“Sudah kuduga.” Rafa tersenyum ringan. Ia semakin mempererat genggamannya di jari-jariku.
===
=====
Komen ... komen ... komen dong ...
Oiya, rumahku kebanjiran gaess, semata kaki ... hiks ... Tapi demi MMS, aku kelarin dulu sampai babnya banyak, rumah nanti aku urus lagi, hahaha ...
Yang banjir ruang tengah aja yang memang lebih rendah dari ruangan lainnya. airnya masuk dari dalam tanah. Ah, sekarang rumah aku udah kayak kolam di tengah-tengah, hahaha