Bab 1 Aroma perselingkuhan
Hiruk-pikuk kendaraan yang tadinya memadati jalanan lalulintas Kota seakan sirna ketika malam beranjak. Dimana lampu jalanan yang tadinya masih genap menyala merah, kuning, dan hijau saat itu berubah menjadi kuning saja yang berkerlap-kerlip.
Namun malah mulai terdengar hingar-bingar suara alunan musik yang memekakan telinga di beberapa tempat hiburan malam tengah Kota.
Terlihat seorang lelaki tampan dengan beberapa gadis yang tengah duduk dikedua pangkuannya dan berjajar di kanan-kiri sofa yang tengah ditempati beberapa lelaki tampan. Dikedua tangan gadis-gadis tersebut terlihat gelas minuman beralkohol yang terus ia paksa minumkan untuk lelaki tersebut. Ada pula beberapa lelaki disana yang hanya tertawa dan bersenang-senang saat melihatnya. Sepertinya semua sengaja untuk menyambut kepulangan dari lelaki yang akrab disapa Davian itu. Ya...lelaki itu yang tengah dikerubuti oleh beberapa wanita cantik disana. Davian baru pulang setelah lima tahun berada diluar Negri. Empat tahun ia kuliah disana, dan satu tahun sisanya ia habiskan untuk hura-hura saja. Bermain wanita dan juga berjudi yang biasa membuatnya mengeluarkan banyak uang papanya untuk hal-hal yang tidak berguna.
Hari itu, sengaja ia tidak langsung pulang ke rumah setelah ia sampai di Kotanya. Namun ia malah membuat janji bertemu dengan teman-teman lamanya untuk berpesta, sebelum ia benar-benar pulang kerumah.
"Ian...ayo dong tambah lagi...Ian..." ucap beberapa gadis yang tengah merayunya agar mau membuka mulutnya untuk minuman yang dituangkannya.
Sedangkan ditempat lain. Terlihat seorang gadis dengan pakaian rapi tengah menunggu taksi datang menjemputnya. Taksi itu segera membawa si gadis ketempat tujuannya berada.
"Hotel Lotus pak." Ucap gadis tersebut pada pak supir yang mengantarnya. Namun bukannya pak supir tersebut segera membawa si gadis ketempat tujuan, malah membawanya menuju kejalan setapak pinggiran Kota yang lumayan sepi saat itu.
"Pak...kita mau kemana?" tanya gadis tersebut pada pak supir yang tengah menyupiri mobil taksi tersebut. Namun tanpa sepatah kata pun, si supir langsung menghentikan mobilnya dan segera melepas bajunya disana. Membuat gadis itu gemetaran dan sontak akan berteriak, namun pak supir sudah mengancamnya.
"Teriak saja! tidak akan ada yang dengar disini! dan jika kau berani teriak beneran! aku bunuh kau!" ucap pak supir itu.
"Mana ada perempuan baik-baik yang mau menuju ke hotel malam-malam begini. Kalau bukan wanita panggilan." Ucap pak supir tersebut dengan dengusan memburunya.
"Hyaaaa!!!" teriak gadis yang sering disapa Ica itu sembari mengibaskan salah satu tangannya yang tengah memegangi tas tangan.
"Duag!" terdengar suara benturan keras di kepala pak supir yang akan bertindak tidak senonoh padanya tersebut. Ica baru sadar jika didalam tasnya tadi ia lupa tengah membawa kunci tank buaya yang tadi niatnya akan ia gunakan untuk memperbaiki pedal sepedanya yang ada di penitipan sepeda dekat halte bus. Namun belum sempat ia gunakan karena sudah buru-buru. Icha adalah salah satu karyawan magang di salah satu perusahaan ternama di Kotanya. Ia bekerja giat untuk menjadi karyawan tetap disana.
"Loh...pingsan!? astaga...aku harus kabur! kenapa juga nasib sial malam ini menimpaku. Niatnya mau ke hotel Lotus untuk bertemu dengan mas Diaz. Eh...nyasar kemari...gimana ya kalau mas Diaz nungguin aku kelamaan?" ucap Ica saat itu yang malah khawatir pada kekasihnya yang akan menunggu lama, bukan malah mengkhawatirkan dirinya sendiri. Lalu ia berusaha kabur meninggalkan mobil taksi beserta pak supirnya yang tengah pingsan disana.
Ica segera berlari menuju ke jalan utama dan berusaha menyetop kendaraan yang lewat saat itu. Namun tidak juga ada satu pun kendaraan yang lewat disana mau berhenti. Hingga ia berjalan cukup jauh hanya untuk menemukan tempat pangkalan ojek.
"Akh...ketemu juga!" ucap Ica saat itu yang lalu segera menghampirinya. Disana ada beberapa orang yang masih mangkal dan sengaja ngeronda disana.
"Pak...tolongin saya pak...saya beri upah kok...anterin saya pak...sudah nggak ada taksi ataupun bus yang lewat pak...apa lagi angkutan umum lainnya." Ucap Ica dengan nafas sedikit ngos-ngosan dan memburu disana. Membut beberapa orang yang ada disana sedikit iba pada gadis itu.
"Udah Tok anterin sana!" ucap salah seorang yang memaksa seseorang yang bernama Tok itu untuk mengantarkan Ica saat itu. Mengingat motor lelaki itu yang paling bagus diantara semua motor butut yang terparkir. Akhirnya orang tersebut mau mengantarkan Ica menuju ke tempat yang akan dituju.
"Mbak nya ini kok berani sih? malam-malam begini malah menuju ke hotel." Ucap supir yang membonceng Ica saat itu.
"Pacar saya ulang tahun pak, makanya saya datang kesana, mungkin dia ngadain pesta sama teman-temannya." Ucap Ica saat itu yang membuat pak supir yang mengantarnya percaya begitu saja. Memang setahu Ica jika kekasihnya itu ada disana sedang mengadakan pesta ulang tahun. Hingga setengah jam perjalanan akhirnya Ica pun sampai kedepan hotel tersebut. Saat gadis itu akan memberikan selembar uang pada orang yang mengantarkannya, Ica melihat dengan mata kepala sendiri jika kekasihnya itu tengah mengapit pinggang ramping seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam hotel dan masuk kedalam mobil sport warna merah menyala.
"Loh! apa itu mas Diaz? hah...!" ucap Ica yang masih terbengong ditempatnya.
"Mbak nya mana sini helm nya!" Ucap orang yang mengantarkan Ica tersebut. Yang lalu membuat gadis itu tersadar.
"Pak...tolong buntuti mobil didepan kita itu pak! saya mohon...saya kasih dua kali lipat deh." Ucap Ica pada lelaki tersebut.
"Duh non...ini sudah malam...saya mau lanjutin nonton sepak bola." Ucap orang tersebut pada Ica.
"Aduh pak...tolong lah pak, ini antara hidup dan mati saya! tuh pacar saya yang sudah pacaran tiga tahun jalan dengan gadis lain, ayo pak saya mohon..." ucap Ica dengan kedua tangan yang menarik kuat kaus yang orang itu kenakan.
"Ayo, ayo, iya...ayo cepat naik!" ucap pak supir yang membonceng Ica. Keduanya segera membuntuti mobil yang tengah melaju tersebut. Hingga berhenti didepan salah satu bar yang ada tengah Kota. Ica turun disana.
"Makasih ya pak, ini untuk bapak...hati-hati pulangnya pak..." ucap Ica saat itu yang lalu masuk kedalam bar setelah ia memberikan uang lembaran dua ratus ribu pada orang tersebut.
"Dia yang sepertinya dalam bahaya, karena masuk kedalam sarang buaya, eh...bisa-bisanya malah berpesan hati-hati pada saya." Ucap orang yang baru menerima upah dari Ica tersebut. Sembari menatap punggung gadis itu yang menjauh pergi.
"Tuhan...semoga saja kau beri kebahagiaan pada gadis baik itu, semoga malam ini kau pertemukan dia dengan pasangan hidupnya." Ucap doa orang tersebut yang lalu pergi meninggalkan tempatnya.
Terlihat Ica menutup kedua matanya yang seakan mau menangis karena asap rokok yang menyeruak masuk menusuk kedalam bola matanya, serta jemari yang memencet hidungnya karena bau alkohol bercampur asap rokok yang menyengat disana. Gadis itu terlihat celingukan menatap kesana-kemari, mencari-cari keberadaan lelaki yang sudah tiga tahun dipacarinya dan tidak pernah ada permasalahan sedikitpun antara keduanya. Ica kira semuanya berjalan lancar saja hingga saat itu.