Setelah mengambil bunga dan coklat di meja ruang tamu, Lola bergegas untuk pergi ke rumah Dinda. Sebenarnya, cuaca diluar sangat mendung dan kemungkinan nanti akan hujan. Meski begitu, Lola tak peduli bagaimana cuaca di luar, lagipula dia juga membawa mobil jadi tidak akan kehujanan.
Agar cepat sampai ke rumah Dinda, Lola nekat mengendarai mobil melalui jalur terlarang. Padahal sudah ada rambu yang menunjukkan bahwa sepeda motor dan mobil penumpang dilarang masuk. Tak menghiraukan rambu-rambu itu, Lola tetap cuek dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Dinda.
Siapa sangka ternyata ada beberapa polisi dan polwan yang berjaga-jaga di sana. Mengetahui keberadaan mereka, Lola panik dan berusaha untuk kabur. Lola mencoba untuk putar balik tetapi sudah keburu diketahui oleh polisi disana. Akhirnya, Lola terpaksa harus berurusan dengan polisi.
“Selamat Malam,” ucap salah seorang polwan.
Lola membuka kaca mobil, lalu bertanya “Ada apa ya bu?”
“Apa kamu sadar dengan kesalahan kamu?” tanya polwan itu.
“Enggak. Saya gak ngerasa salah bu,” jawab Lola.
“Kamu tahu arti rambu-rambu itu?” tanya polwan sambil menunjukkan rambu lalu lintas di jalan.
“Oh kalau itu saya tahu bu,” ucap Lola santai.
“Kalau tahu kenapa masih dilanggar?” tanya polwan.
“Maaf bu, saya buru-buru jadi saya lewat sini. Habisnya kalau lewat jalan lain kejauhan apalagi di malam tahun baru kayak gini pasti jalanan ramai,” ucap Lola.
“Apapun alasan kamu tetap tidak dibenarkan untuk menerobos rambu-rambu lalu lintas. Kamu akan kami tilang,” ucap polwan.
“Yahh… Jangan dong bu. Janji deh lain kali saya gak akan lewat sini lagi,” ucap Lola.
“Sekarang saya lihat surat-suratnya,” ucap polwan itu.
Karena berangkat dari rumah dengan terburu-buru, Lola sampai lupa membawa dompet. Padahal KTP, SIM, dan STNK mobilnya ada di dalam dompetnya tapi malah tertinggal di rumah. Lola keluar hanya membawa ponselnya serta bunga dan coklat yang akan diberikan kepada Dinda.
“Duh.. saya lupa bawa dompet nih bu,” ucap Lola.
“Saya tidak bertanya dompet kamu tapi saya tanya surat-surat kamu,” ucap polwan itu.
Lola menjawab, “Iya sih tapi kan SIM, STNK, dan KTP saya ada di dompet bu.”
“Kamu ini gimana sih? Sudah melanggar rambu lalu lintas, STNK dan SIM gak dibawa. Lain kali gak boleh gitu ya,” ucap polwan itu.
Lola berkata “Ya gimana ya bu, namanya orang lupa mana bisa disalahkan. Kalau aja saya tahu disini ada polisi yang berjaga, saya gak bakal lewat sini bu.”
“Jadi kalau gak ada polisi kamu lewat sini gitu?” tanya polwan itu.
“Biasanya sih gitu bu. Ups,” ucap Lola malah keceplosan.
Polwan itu mengatakan, “Karena kamu sudah melanggar lampu lalu lintas ditambah kamu tidak bisa menunjukkan surat-surat kamu, kamu akan saya tilang dan mobil kamu akan diamankan. Kamu bisa mengambil mobil kamu kembali di kantor polisi dengan membawa SIM, STNK, dan juga surat tilang.”
“Yahh.. jangan dong bu. Kalau mobil saya disita, nanti saya pulangnya gimana? Saya kan gak bawa dompet bu, jadi saya gak punya ongkos pulang. Gak mungkin kan kalau saya jalan kaki soalnya rumah saya jauh,” tanya Lola.
“Suruh jemput keluarga kamu,” jawabnya.
Lola keluar dari mobil sambil membawa bunga dan coklat yang hendak diberikan kepada Dinda. Kemudian, Lola menghubungi Evan tapi Evan sangat sulit dihubungi bahkan Lola sudah menelponnya berkali-kali tetapi tidak diangkat juga. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Evan mengangkat telfon dari Lola.
“Halo kak. Jemput aku dong. Aku kena tilang nih,” ucap Lola tanpa basa basi.
“Kok bisa kena tilang sih? Lagian ngapain juga ada polisi razia malam-malam,” ucap Evan melalui sambungan telepon.
“Bukan razia tapi kebetulan aja aku apes,” ucap Lola.
“Pasti kamu melanggar kan makannya ditilang polisi. Hayo ngaku… Kamu ngelanggar apa?” tanya Evan.
“Nanti aja deh jelasinnya, yang penting kakak cepetan kesini. Aku pengen cepet-cepet pulang, disini dingin banget kak. Apalagi udah gerimis kayak gini pasti nanti hujan,” ucap Lola.
“Kamu sekarang lagi dimana?” tanya Evan.
“Aku lagi di jalan Anggrek nomer 159. Kakak buruan kesini ya aku tunggu secepatnya!” ucap Lola.
“Iya bentar lagi kakak kesana,” ucap Evan lalu menutup telponnya.
Sudah 3 jam Lola menunggu tetapi Evan tak kunjung datang. Salah seorang Polwan yang berjaga di sana tak tega melihat perempuan seperti Lola sendirian di malam hari, apalagi sedang hujan deras. Harusnya ia menikmati malam tahun baru, bukan malah mengalami peristiwa tidak mengenakkan ini.
“Mayang, lihat deh. Kasihan ya cewek itu mana masih muda,” ucap seorang polwan pada rekannya yang bernama Mayang.
“Apa yang dia alami kan karena kesalahannya sendiri Rita. Coba aja dia gak menerobos rambu lalu lintas dan bawa surat-surat lengkap, pasti dia gak bakal kayak gini. Justru karena dia masih muda harusnya pikirannya lebih maju,” ucap Mayang pada rekannya bernama Rita itu.
“Udah kamu kasih surat tilang belum?” tanya Rita.
“Ya udah dong Mik,” ucap Mayang.
Sedari tadi, Mayang terus memperhatikan Lola yang sepertinya sedang kedinginan. Karena kasihan, Polwan bernama Mayang itu meminjamkan jaketnya pada Lola dan bersedia mengantarkan Lola pulang. Tetapi Lola tak mau diantarkan pulang dan lebih memilih menunggu kakaknya.
Lola jongkok dan berteduh dibawah pohon, “Kak Evan mana sih? Katanya bentar lagi kesini tapi sampai 3 jam gak dateng-dateng.”
“Dek, udah ada yang jemput belum?” tanya Mayang baik-baik.
Tak terima dengan panggilan tersebut, Lola berkata “Jangan panggil Dek dong bu. Saya ini udah mahasiswa loh, umur saya 19 tahun, masa masih dipanggil Dek.”
“Tapi umur saya 8 tahun lebih tua dari kamu, jadi saya rasa panggilan itu tidak salah. Sekarang ada keluarga yang jemput kamu belum?” tanya Mayang pada Lola.
Lola menjawab, “Kata kakak saya, sebentar lagi dia kesini bu tapi sampai sekarang dia gak datang-datang.”
“Mau saya antarkan pulang?” tanya Mayang.
“Gak usah bu. Sebentar lagi kakak saya juga jemput kok,” ucap Lola.
“Ya sudah kalau mau menunggu kakak kamu. Ini jaket saya kamu pakai saja,” ucap Mayang sambil memberikan jaketnya pada Lola.
“Gak usah repot-repot bu,” ucap Lola.
“Saya lihat kamu kedinginan dan saya rasa kamu perlu memakai jaket ini,” ucap Mayang.
“Kalau jaket ibu saya pakai, ibu gimana?” tanya Lola.
“Saya sudah pakai jas hujan dan saya juga tidak kedinginan. Ambil saja jaket saya,” ucap Mayang memberikannya pada Lola.
“Makasih bu,” ucap Lola.
Setelah cukup lama menunggu, Evan akhirnya datang menjemput Lola. Evan datang disaat hujan sudah reda dan langit malam yang tadinya mendung seketika menjadi cerah.
“Katanya bilang sebentar lagi bakal jemput aku tapi ternyata 3 jam kemudian baru dateng,” ucap Lola.
“Maaf La, tadi kakak nunggu jam kembang api nyala dulu baru kakak pulang. Terus pas perjalanan kesini kakak kena macet. Tadi jalanan macet parah,” ucap Evan.
Karena sudah tidak hujan, Mayang membuka jas hujannya. Kemudian ia menghampiri Evan dan memberitahukan bahwa mobil Lola diamankan karena Lola tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan mobil tersebut.
“Selamat Malam,” ucap Mayang.
Jatuh cinta pada pandang pertama, begitulah yang sekiranya Evan rasakan. Polwan berpangkat bripda itu berhasil menarik perhatian Evan. Wajahnya cantik, rambutnya pendek, dan tutur katanya lemah lembut tapi tegas membuat Evan jatuh hati.
“Malam. Mbak ini polisi yang nilang adik saya ya?” tanya Evan.
Mayang menjawab, “Iya betul. Saya ingin memberitahukan bahwa mobil adik mas sedang kami amankan karena dia tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan mobil tersebut. Tapi mas jangan khawatir, mobilnya bisa diambil lagi kok. Untuk surat tilangnya sudah saya kasihkan ke adeknya. Nanti bisa tolong diurus saja.”
Evan berkata, “Baik. Pasti, pasti akan saya urus. Maaf ya adik saya ini memang bandel suka keluar rumah. Sebagai kakak yang baik, saya sih sudah mengingatkan tapi ya biasalah anak mudah memang kadang susah diatur.”
“Kakak macam apa dia ini. Dia yang nyuruh aku keluar kok malah ngomong kayak gitu. Kalau aja kak Evan gak nyuruh aku nganterin bunga dan coklat ini juga aku gak bakal keluar,” batin Lola.
“Kalau memang sudah, silahkan adiknya segera diajak pulang aja mas. Kasihan tadi kedinginan,” ucap Mayang.
Sebelum pulang, Lola memberikan jaketnya “Bu, ini jaketnya saya balikin lagi soalnya saya mau pulang. Makasih ya bu.”
“Sudah pakai saja jaketnya. Nanti kan bisa kamu balikin sama saya pas ngambil mobil kamu,” ucap Mayang.
“Wah.. ibu ini sudah cantik, baik hati lagi. Ibu tahu aja kalau saya emang kedinginan,” ucap Lola.
“Jadi ini bukan jaket kamu La?” tanya Evan pada Lola.
“Ya enggak lah kak. Kakak kan lihat sendiri tadi aku keluar rumah cuma pakai kaos doang,” ucap Lola.
“Makasih ya udah minjemin jaket kamu buat adik saya,” ucap Evan.
“Sama-sama. Selain menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, kami kan juga bertugas melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Tadinya saya mau mengantarkan adiknya ini tapi dia gak mau dan memilih menunggu mas,” ucap Mayang.
“Kak, buruan kak. Aku pengen cepet-cepet sampai rumah,” ucap Lola pada Evan.
“Kami pamit pulang dulu ya. Sekali lagi terima kasih sudah membantu dan maaf atas kesalahan adik saya,” ucap Evan berpamitan pada Mayang.
Di Mobil
Evan mengendarai mobil sambil senyam senyum sendiri serta memikirkan polisi wanita itu. Lola khawatir Evan jatuh cinta pada polwan itu seperti saat ia jatuh cinta pada pramugari yang ia temui di pesawat waktu itu. Entah kenapa Evan begitu mudahnya mencintai wanita yang baru dia kenal.
“Kenapa senyam senyum sendiri?” tanya Lola.
“Kakak lagi bahagia nih. Untung aja kamu ditilang ya,” ucap Evan sambil menyetir mobil.
“Jangan aneh-aneh deh kak. Masa ditilang malah senang,” ucap Lola.
“Kakak senang bukan karena ditilangnya tapi karena orang yang menilangnya. Udah cantik, baik lagi,” ucap Evan.
“Jangan bilang kakak jatuh cinta pada pandangan pertama sama polwan itu, sama seperti pas kakak jatuh cinta sama kak Sela di pesawat waktu itu,” ucap Lola.
“Kalau iya emangnya kenapa? Gak masalah dong. Namanya juga cinta bisa datang kapan aja,” ucap Evan.
“Jelas salah dong kak. Kakak punya dua pacar aja udah salah, masa kakak masih mau jatuh cinta lagi sama cewek lain? Aku gak suka ah kalau kak Evan kayak gitu,” ucap Lola.
Evan berkata, “Mau kamu suka atau tidak juga tidak akan mempengaruhi keputusan kakak. Kalau emang kakak suka, ya bakal kakak kejar.”
“Terus kak Sela sama kak Dinda, mau dikemanain?” tanya Lola.
“Gak kemana-manain lah. Kalau kakak bisa menjalani hubungan dengan semuanya, kenapa enggak? Itung-itung kakak bisa mempertmbangkan dengan baik mana diantara mereka yang paling tepat buat kakak,” ucap Evan.
“Terserah kakak deh. Percuma aku ngomong juga gak pernah kakak denger,” ucap Lola.
“Nah iya emang sebaiknya kamu diem aja dan ikuti apa yang kakak suruh,” ucap Evan.
“Iya karena memang cuma itu pilihan nya. Aku gak punya pilihan lain selain menuruti permintaan kakak. Kalau aku gak nurutin perintah kakak, nanti aku gak dapet uang jajan. Belum lagi uang tambahan kalau aku bantuin kakak,” ucap Lola.
Evan berkata, “Pinter… Itu yang mau kakak dengar dari kamu. Tugas kamu cuma diam, ikuti apa yang kakak suruh, dan gak usah ikut campur urusan kakak. Selama itu kamu jalani dengan benar, kakak pasti gak segan kok kasih kamu uang lebih.”
“Btw, kamu tahu gak siapa nama polwan tadi?” tanya Evan.
“Nggak tahu,” ucap Lola.
“Kok gak tahu sih? Emangnya kamu gak kenalan sama dia?” tanya Evan.
“Ya enggak lah, ngapain juga kenalan sama dia. Kalau yang nilang aku polisi ganteng baru deh aku mau kenalan,” ucap Lola.
“Kamu tuh ya. Dasar,” ucap Evan.
Lola berkata, “Oh iya kak. Berhubung tadi aku ditilang, jadi coklat sama bunganya belum sampai ke tangan kak Dinda nih.”
“Gak apa-apa. Lagian bunganya juga udah rusak tuh,” ucap Evan.
“Tapi aku tetep dapet uang yang kakak janjikan kan?” tanya Lola.
“Enggak Lah. Kerjaan kamu aja gagal masa mau minta bayaran,” ucap Evan.
“Enak aja gak mau menepati janji. Meskipun kerjaanku gagal tapi kan kakak jadi bisa kenal sama polwan cantik itu. Berarti aku harus tetep dapet uang sesuai perjanjian dong,” ucap Lola.
“Enggak,” jawab Evan singkat.
“Oh gitu ya mainnya curang. Awas aja aku bakal ngadu ke kak Sela dan kak Dinda kalau kak Evan udah selingkuh terus mau nambah cewek lagi,” ucap Lola mengancam Evan.
“Eh jangan-jangan, nanti kakak transfer tapi kamu diem dong gak usah ngadu kayak gitu. Kalau sampai mereka tahu, bisa hancur semua yang kakak rencanakan dari awal. Pokoknya kamu tenang aja nanti pas sampai di rumah pasti kakak transfer kok, ” ucap Evan.
“Nah gitu dong. Itu baru namanya kakak yang baik,” ucap Evan.
“Dasar mata duitan. Pikirannya duit mulu,” ucap Evan pada Lola.
Lola membalas Evan, “Dasar mata keranjang, gak bisa lihat cewek cantik dikit langsung mau dipepet.”