Di Rumah
Lola menyusul sang kakak yang sedang bermain handphonenya di depan televisi. Lola ingin mempertanyakan apakah Evan sudah memesan tiket atau belum, dan apakah ia yakin akan aman quality time di Bali tanpa ada bayang-bayang Sela. Sebagai pramugari, Sela pasti sering bepergian ke luar kota termasuk ke Bali.
“Kakak udah pesen tiket pesawat buat kita ke Bali?” tanya Lola.
“Udah dong. Kakak udah pesen tiket pesawat via online. Jadi gak perlu ribet-ribet lagi deh,” ucap Evan.
“Kakak pesen tiket pesawat dari maskapai mana?” tanya Lola.
“Dari DCYT AIR,” jawab Evan.
“Loh itu kan maskapai tempat kak Sela kerja. Emangnya kakak gak takut bakal ketemu kak Sela di pesawat pas bareng kak Dinda?” tanya Lola.
“Enggak dong. Tadi aku udah nanya Sela, katanya besok dia terbang ke Pekanbaru. Jadi kakak gak bakal ketemu Sela ke atau di Bali,” ucap Evan.
“Oh gitu. Baguslah,” jawab Sela.
******
Sesampainya di Bandara, Lola hendak pergi ke Bali bersama Dinda dan Evan. Namun, tiba-tiba saja perut Evan sakit dan ingin buang air besar, akhirnya Evan memutuskan untuk pergi ke toilet dulu. Sementara itu, Dinda malah lapar sehingga ia memilih untuk mencari makan dulu.
“Aduh..aduh,” ucap Evan.
“Kamu kenapa beb?” tanya Dinda.
“Perutku mules nih beb,” ucap Evan.
“Kak Evan kebiasaan deh. Waktu itu mules di pesawat sekarang mules di bandara,” ucap Lola.
“Kakak udah gak tahan lagi nih. Kakak cari toilet dulu ya. Kamu sama Dinda duluan aja ke pesawat,” ucap Evan.
“Ya udah deh. Tapi buruan ya kak. Kalau kelamaan nanti kakak bisa ketinggalan pesawat,” ucap Lola.
“Iyaaa,” ucap Evan kemudian langsung pergi mencari toilet.
Karena Evan pergi ke toilet, Lola dan Dinda hendak naik ke pesawat. Namun, Dinda malah lapar dan tak mau menunda makan. Oleh sebab itu, Dinda mencari restoran di Bandara agar bisa segera makan.
“Kak Dinda kenapa?” tanya Lola melihat Dinda memegang perutnya.
“Aku laper nih La, dari tadi pagi aku belum makan. Kita cari makan dulu yuk La,” ucap Dinda.
“Yahhh… Aku udah kenyang nih kak. Kalau kakak mau makan, kakak cari restoran sendiri ya. Aku mau naik ke pesawat aja biar bisa sekalian ngadem di pesawat,” ucap Lola.
“Ya udah. Kamu duluan ya naik pesawatnya nanti aku susul,” ucap Dinda.
Karena Dinda sedang mencari makan terlebih dahulu, Lola naik pesawat sendirian. Lola lebih memilih istirahat di pesawat daripada menunggu Evan di ruang tunggu bandara atau ikut menemani Dinda makan.
Di Pesawat
Sesampainya di pesawat, Lola terkejut melihat ada Sela di dalamnya. Padahal setahu Lola, Sela seharusnya terbang ke Pekanbaru bukan ke Bali. Mengetahui itu, Lola akan segera menghubungi Evan agar mereka tidak naik dalam satu pesawat yang sama.
“Loh… Kok kak Sela ada disini?” tanya Lola pada Sela yang sedang berdiri di bagian kelas business.
“Lola, ini kan pekerjaanku. Jadi wajar dong kalau aku ada di pesawat,” ucap Sela.
“Kakak gak salah naik pesawat kan?” tanya Lola.
“Aku kan pramugarinya La, mana mungkin aku salah naik pesawat. Pertanyaan kamu itu harusnya untuk penumpang bukan ke awak kabin,” ucap Sela.
“Iya sih kak tapi aku heran aja. Bukannya jadwal terbang kak Sela hari ini ke Pekanbaru ya,” ucap Lola.
“Kamu pasti dikasih tahu Evan ya? Kemarin jadwal aku emang ke Pekanbaru tapi baru tadi malam jadwal aku diubah ke Bali,” ucap Sela.
“Gawat nih kalau sampai kak Sela lihat kak Dinda sama kak Evan di pesawat yang sama. Bisa hancur semuanya,” batin Lola.
“Kamu ke Bali sama siapa?” tanya Sela.
“Aku ke Bali sama sepupu kak,” jawab Lola.
Saat Sela bertanya pada Lola, Lola melihat Dinda sudah masuk ke dalam pesawat. Lola segera menaruh barang-barangnya, kemudian bergegas pergi ke toilet pesawat untuk menghubungi Evan.
“Oh iya kak. Pesawatnya bakal take off jam berapa ya?” tanya Lola.
Sela melihat jam tangan di tangan kirinya, kemudian berkata “Sekitar jam setengah satu siang. Kira-kira sih masih 2 jam lagi.”
“Oke makasih infonya kak. Kalau gitu aku mau ke toilet dulu,” ucap Lola.
“Lola kenapa sih kok kayak gugup banget,” batin Sela memperhatikan Lola bergegas ke toilet.
Di Toilet
Setelah berada di toilet, Lola langsung menghubungi Evan dan meminta Evan untuk tidak naik ke pesawat.
“Halo kak Evan. Kak Evan udah selesai buang hajat belum?” tanya Lola lewat sambungan telepon.
“Kakak udah selesai kok. Sekarang mau naik ke pesawat,” jawab Evan.
“Mendingan kakak jangan naik pesawat yang aku sama kak Dinda tumpangi deh,” ucap Lola.
“Emangnya kenapa kok kakak gak boleh naik pesawat itu?” tanya Evan.
“Soalnya ada kak Sela di pesawat yang mau kita tumpangi,” ucap Lola.
“Kamu jangan bercanda deh La. Kemarin Sela bilang sendiri kok kalau jadwal terbang dia hari ini ke Pekanbaru bukan ke Bali,” ucap Evan.
“Tadi aku udah nanya sama kak Sela. Terus kak Sela bilang kalau jadwal terbang dia diubah secara mendadak tadi malam. Yang awalnya ke Pekanbaru tiba-tiba berubah ke Bali, ” ucap Lola.
“Terus kakak harus gimana dong?” tanya Evan.
“Kakak cari pesawat lain aja,” ucap Lola.
“Aduh… Terus gimana nasib tiket business class yang kakak beli? Sayang dong kalau gak kakak pake. Kakak belinya mahal,” ucap Evan.
“Kak Evan kan kaya raya dan sukses, masa masih perhitungan sih. Udah gak apa-apa kehilangan uang segitu juga gak bakal bikin kakak miskin. Kakak gak punya pilihan lain selain pindah pesawat. Cuma itu jalan satu-satunya biar rahasia kakak gak ketahuan sama kak Dinda atau kak Sela,” ucap Lola.
“Ya udah oke, kakak bakal pindah pesawat. Selama di pesawat, kamu harus jaga Dinda dan Sela supaya mereka gak saling kenal. Dan kamu juga harus jaga sikap seolah-olah kamu gak deket sama mereka,” ucap Evan.
“Kak Evan tenang aja, aku udah punya ide buat ngatur itu kok. Aku yakin mereka gak bakal curiga,” ucap Lola.
“Ya udah. Kakak tunggu kabar selanjutnya nanti,” ucap Evan kemudian mengakhiri telepon.
Di Tempat Duduk
Setelah menelpon di toilet, Lola kembali ke tempat duduknya. Tempat duduk Lola bersebelahan dengan Dinda.
“Kamu dari mana aja sih La?” tanya Dinda.
“Aku habis dari toilet sebentar kak,” jawab Lola.
“Oh iya kakak kamu kok belum kelihatan ya. Padahal sebentar lagi pesawat akan lepas landas,” ucap Dinda.
“Tadi kak Evan nelpon aku kak. Katanya kak Evan lagi ada meeting mendadak sama klien yang mau beli mobilnya. Jadi setelah dari toilet kak Evan langsung pergi ke kantornya deh. Tapi kakak gak perlu khawatir karena nanti setelah meetingnya selesai, kak Evan pasti bakal nyusul kita ke Bali,” ucap Lola.
“Oh ya udah kalau gitu. Berarti kita kan gak perlu khawatir nungguin dia,” ucap Dinda.
“Iya kak. Pokoknya aman semuanya deh,” ucap Lola.
Setelah 45 menit penerbangan, tiba-tiba Lola mimisan. Hal ini tentu membuat Dinda khawatir karena bagaimanapun Lola adalah adik pacarnya. Apalagi mereka sudah lama saling mengenal, sehingga Dinda sudah menganggap Lola seperti adik kandungnya sendiri. Dinda mencoba mengantarkan Lola ke toilet tetapi ia menolak.
“Lola kamu mimisan,” tanya Dinda.
Lola yang sebelumnya tidak sadar langsung memegang hidupnya. Dan benar saja memang ada darah segar mengalir dari hidungnya. Lola langsung mengambil tisu dan menutup hidungnya agar darahnya tidak berceceran.
“Masa sih kak? Oh iya deh kak,” ucap Lola setelah mengetahui dirinya mimisan.
“Kakak anter ke toilet ya buat bersihin hidung kamu,” ucap Dinda.
“Jangan sampe deh kak Dinda nganterin aku ke toilet pesawat. Kalau dia ketemu kak Sela di belakang bisa-bisa ada sesuatu yang bakal terjadi,” batin Lola.
“Kak, aku kan udah gede. Aku bisa kok ngurus ini sendiri,” ucap Lola.
“Tapi aku khawatir sama kamu. Aku anter ke toilet ya nanti aku bantu bersihin mimisan kamu,” ucap Dinda.
“Jangan-jangan kak. Aku gak mau bikin kakak gak jijik sama darahku ini,” ucap Lola.
“Lola, aku udah sering berhadapan dengan darah di rumah sakit. Sama darah orang lain aja aku gak jijik, apalagi sama darah calon adik ipar aku sendiri. Aku anter ya,” ucap Dinda.
“Kali ini please izinkan aku melakukannya sendiri kak. Aku bisa bersihin sendiri,” ucap Lola.
“Ya udah kalau itu mau kamu, aku gak bakal maksa kok. Kamu buruan ke toilet gih,” ucap Dinda.
Setelah itu, Lola bergegas ke toilet. Seperti apa yang ada dipikirannya, Lola pasti akan ditanyai oleh Sela.
“Kenapa mesti mimisan disaat kayak gini sih. Bikin ribet aja,” batin Lola berjalan menuju toilet.
“Ya ampun Lola. Kamu kenapa?” tanya Sela panik.
“Aku gak kenapa-napa kok kak. Aku cuma mimisan aja,” ucap Lola.
“Itu namanya kenapa-napa. Ayo kita ke toilet dulu,” ucap Sela.
Setelah mimisan Lola mereda, Sela mengantarkan Lola ke tempat duduknya. Lola sudah berusaha menolak tetapi Sela tetap mengantarkan Lola ke tempat duduknya di pesawat. Sela ingin memastikan bahwa Lola baik-baik saja.
“Kamu istirahat ya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan panggil kakak di belakang,” ucap Sela kemudian kembali ke belakang.
“Pramugari itu kok perhatian banget ya sama Lola. Apa mungkin dia saudaranya tapi setahuku keluarga Evan gak ada yang jadi pramugari deh,” batin Dinda.
“Gimana La? Udah berhenti mimisannya?” tanya Dinda pada Lola yang sudah duduk di tempat duduknya.
“Udah kak,” jawab Lola.
“Btw, pramugari tadi siapa La? Kok kelihatannya dia akrab banget sama kamu,” ucap Dinda.
“Mampus! Harus jawab apa aku,” batin Lola.
“Eee...eee… pramugari tadi itu kakaknya temenku yang udah meninggal kak. Dulu waktu temenku masih hidup, aku sering main ke rumahnya dan sering juga ketemu dia. Makannya aku akrab banget sama dia. Dia udah nganggep aku kayak adiknya sendiri karena aku sama adeknya deket banget dan seumuran,” jawab Lola mengarang cerita.
“Oh gitu. Kasihan juga ya dia pasti sedih banget deh kehilangan adik yang paling dia sayang,” ucap Dinda.
“Untung kak Dinda orangnya gampang percaya. Jadi aku gak perlu cari-cari alasan untuk meyakinkan dia,” batin Lola.
Di Hotel
Setelah pesawat landing, Dinda dan Lola segera mencari hotel yang dekat dengan pantai Kuta Bali. Sesampainya di hotel, Dinda memesan kamar terlebih dahulu dan Lola duduk di Lola. Ketika sedang duduk, Lola melihat Sela dan beberapa teman pramugari lainnya datang. Rupanya mereka juga menginap di hotel tempat Lola dan Dina menginap.
“Kayaknya kak Sela sama temen-temennya juga bakal menginap di hotel ini,” batin Lola melihat beberapa pria dan wanita yang mengenakan seragam pramugari dan pramugara keluar dari mobil.
Lola mengambil majalah di meja, kemudian menutup wajahnya dengan majalah agar tidak ketahuan oleh Sela. Beruntung, Lola aman dan tidak diketahui oleh Sela. Setelah memesan kamar, Dinda memberikan kunci kamar untuk Lola.
Dinda memberikan sebuah kunci kamar untuk Lola “La, ini kunci kamar kamu.”
“Kak, kita bisa pindah hotel gak?” tanya Lola.
“Gak bisa dong La. Aku udah terlanjur pesen kamar untuk kita berdua dan aku juga udah bayar full. Lagian hotel ini udah yang paling nyaman buat kita. Selain hotelnya bagus dan fasilitasnya lengkap, hotel ini juga deket dengan pantai Kuta. Jadi kita bisa cepat sampai ke pantai,” ucap Dinda.
“Ya udah deh. Makasih ya kak,” ucap Lola mengambil kunci kamar tersebut.
******
Lola bergegas ke kamarnya untuk istirahat dan memberitahu kakaknya bahwa Sela dan Dinda berada di hotel yang sama. Sesampainya di kamar, Lola langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Kemudian Lola mengambil ponselnya dan menghubungi Evan.
“Niatku ke Bali pengen liburan bukan buat jagain hubungan orang. Pengennya sih ngerefresh otak tapi kok jadi nambah beban pikiran di otak,” ucap Lola merebahkan tubuhnya di ranjang.
Lola menelpon sang kakak, “Halo kak Evan.”
“Iya Halo. Kenapa La?” tanya Evan melalui sambungan telepon.
“Kakak udah nyampe Bali belum?” tanya Lola.
“Belum. Ini kakak baru mau berangkat. Kamu sama Dinda nginep di hotel apa? Nanti kakak susul,” ucap Evan.
“Aku lupa nama hotelnya apa, yang jelas hotel yang aku sama kak Dinda tempati ini adalah hotel yang paling deket dengan pantai Kuta. Kalau kakak udah sampai di Bali, kakak jangan ke hotel ini ya soalnya ada kak Sela juga. Ternyata kak Sela juga nginep di hotel ini,” ucap Lola.
“Loh kok bisa? Tapi masih aman kan?” tanya Evan.
“Aman. Pokoknya kakak tenang aja. Aku bakal berusaha jaga supaya kak Sela dan kak Dinda gak ketemu apalagi ngobrol,” ucap Lola.
“Ya udah, nanti kakak cari hotel lain aja. Setelah kakak sampai di Bali, kita ketemuan di restoran ya. Tapi kamu diam-diam aja ketemu kakak dan jangan kasih tahu Dinda,” ucap Evan.
“Iya kak siap,” jawab Lola.