Sudah cukup lama Evan dan Sela berada di coffee shop. Kini sudah saatnya mereka pergi dari tempat itu. Setelah dari coffee shop tersebut, Evan langsung menjemput Dinda ke rumahnya tanpa pulang terlebih dahulu. Tidak mandi di sore hari sama sekali tidak membuat Evan terlihat kucel.
Terbantu dengan fisiknya yang tampan dan gagah, Evan tetap merasa percaya diri bertemu Dinda meskipun tidak mandi dan juga tidak ganti baju. Apalagi, Evan juga tidak bau badan sehingga ia semakin percaya diri bertemu Dinda. Evan hanya melepas jasnya dan kini hanya mengenakan kemeja yang melekat di tubuhnya sedari tadi pagi.
Dinda mengabari bahwa kedua orang tuanya sedang ada di rumah dan dia ingin mengenalkan Evan pada orang tuanya. Selama 3 tahun lebih berpacaran dengan Evan, Dinda belum pernah membawanya bertemu keluarganya. Selain itu, Evan juga selalu saja menolak jika akan dikenalkan dengan orang tuanya.
Dinda mengetuk jendela mobil Evan, “Beb. Kok masih di dalam aja sih?”
“Kita kan mau pergi, jadi aku nunggu di mobil aja. Udah yuk kita berangkat sekarang. Mumpung masih jam 7 malem nih,” ucap Evan.
“Sebelum kita pergi, kamu masuk dulu ke rumah ya. Soalnya orang tuaku lagi ada di rumah dan aku mau ngenalin kamu sama mereka,” ucap Evan.
“Next time aja ya beb,”ucap Evan.
“Kok gitu sih beb? Selama kita pacaran kan kamu belum pernah kenalan sama orang tuaku. Sekarang waktu yang tepat buat kamu mengenal keluargaku, mumpung papah dan mamahku di rumah nih. Soalnya lusa mereka udah balik ke Palembang,” ucap Dinda.
Evan berkata, “Aku belum siap nih beb. Lagian kita kan masih pacaran, nanti aja deh kalau kita udah mau nikah, baru aku kenalan sama keluarga kamu.”
“Ya udah. Kamu tunggu sebentar ya, aku mau ambil tas dulu. Setelah aku ambil tas kita langsung pergi,” ucap Dinda.
“Iya aku tunggu di mobil,” ucap Evan.
Di Mobil
Setelah mengambil tasnya, Dinda masuk ke dalam mobil Evan. Dinda mencium bau badan Evan yang sangat wangi, wanginya seperti wangi pramugari yang ia cium saat berada di dalam pesawat. Dinda sering mencium wangi seperti ini saat ia berada di dekat pramugari atau berbincang bersama pramugari di dalam pesawat.
“Beb. Kamu pakai parfum apa sih? Wanginya kayak pramugari yang aku temui di pesawat,” tanya Dinda.
“Gawat! Gara-gara Sela tadi meluk aku, wangi nya jadi nempel di baju aku. Kenapa aku selalu lupa sama hal kayak gini sih, padahal kemarin udah pernah kejadian kayak gini. Jangan sampai Dinda curiga,” batin Evan sambil menyetir mobil.
“Kok diem aja sih beb? Jawab dong,” ucap Dinda.
“Kemarin kan aku udah bilang sama kamu kalau aku habis beli parfum pramugari. Aku suka wanginya makannya aku pakai parfumnya,” ucap Evan.
“Beneran?” tanya Dinda.
“Iya bebebku sayang. Ngapain juga aku bohong sama kamu. Emangnya aku pernah bohong sama kamu? Enggak kan,” ucap Evan.
“Ya udah kalau gitu. Nanti pas kita ketemu lagi, kamu bawain parfumnya ya. Aku mau nyobain juga,” ucap Dinda.
“Aduh.. Kayaknya aku salah ngomong nih. Tapi gak apa-apa deh daripada dia curiga,” batin Evan.
“Iya-iya. Nanti kalau kita ketemu aku bawain deh,” ucap Evan pada Dinda.
“Makasih beb,” ucap Dinda.
Di Restoran
Keesokan harinya, Evan sengaja lewat ke jalan tempat Mayang bertugas. Evan berharap sikap Mayang sudah lebih baik dari kemarin. Karena Evan tidak memiliki motor, Evan pun meminjam motor milik Andre. Evan pergi ke restoran untuk menemui Andre dan meminjam motornya.
“Ndre. Pinjem motor lo dong,” ucap Evan pada Andre.
“Lo kan punya mobil ngapain pinjem motor,” ucap Andre.
“Pinjem bentaran doang kok. Sini kuncinya,” ucap Evan.
“Emang mau kemana sih?” tanya Andre.
“Keluar bentar nyari angin,” ucap Evan.
“Orang keluar nyari duit lah elu nyari angin,” ucap Andre.
“Udah deh gak usah banyak omong. Sini kuncinya,” ucap Evan.
Andre memberikan kunci motornya pada Evan, “Nih kuncinya tapi hati-hati ya, soalnya gue denger lagi ada operasi zebra di jalan.”
Selain memberikan kunci, Andre juga memberikan STNK untuk berjaga-jaga “Ini bawa juga STNK gue,”
Evan mengambil STNK itu dan membacanya, ternyata pajak STNK motor Andre sudah mati. “Kok STNK-nya mati? Lo belum bayar pajak ya?”
“Belum tapi lo bawa aja buat jaga-jaga,” ucap Andre.
Evan mengembalikan STNK tersebut pada Andre, “Gak usahlah. Percuma STNK mati juga gak akan ngebantu kalau ditilang polisi.”
“Makannya lo jangan lewat jalan yang ada polisinya apalagi kalau lagi ada razia,” ucap Andre.
“Iya santai aja. Aman kok kalau sama gue,” ucap Evan kemudian bergegas untuk pergi.
Di Jalan
Tak menghiraukan himbauan dari Andre, Evan nekat mengendarai motor saat ada razia demi bisa bertemu Mayang lagi. Evan tetap percaya diri melewati jalan tersebut, meskipun ia tidak membawa SIM dan STNK. Kemudian Evan sengaja berhenti tepat di tempat Mayang berdiri agar ia bisa berbicara langsung dengan Mayang.
“Selamat pagi,” ucap Mayang pada Evan.
Evan membuka kaca helmnya, “Eh ketemu lagi kita.”
“Kamu,” ucap Mayang tak menyangka akan bertemu Evan lagi.
“Malam tahun baru ketemu, kemarin ketemu, sekarang kita juga ketemu. Jangan-jangan kita berjodoh,” ucap Evan.
Tak mau menanggapi Evan, Mayang langsung blak-blakan “Boleh lihat surat-suratnya?”
“Kalau SIM dan STNK saya gak bawa tapi kalau Surat Izin Mencintaimu ada nih,” ucap Evan merayu Mayang.
“Saya bertanya serius. Jadi mohon kerjasamanya dengan menjawab yang serius,” ucap Mayang tegas.
“Tadi saya udah jawab serius lho. Masa gak percaya,” ucap Evan.
“Ya sudah kalau begitu saya lihat surat-suratnya,” ucap Mayang.
Evan mengatakan, “Kan tadi saya udah bilang, saya gak bawa STNK dan SIM.”
“Saya heran bagaimana mungkin seorang pria sukses seperti Anda tidak mau menaati tata tertib lalu lintas? Seharusnya Anda sudah tahu bahwa SIM dan STNK adalah dua dokumen penting yang wajib dibawa saat berkendara tapi kenapa masih tidak di bawa juga,” ucap Mayang.
Evan menjawab, “Bu polwan pernah lupa gak? Kalau pernah lupa seharusnya bu polwan juga tahu bahwa saya manusia biasa yang bisa lupa. Namanya orang lupa ya gak ingat, jadi wajar kalau saya gak bawa SIM dan STNK.”
“Makannya SIM dan STNK itu ditaruh didompet saja biar gak lupa,” ucap Mayang.
“Jadi gimana dong bu?” tanya Evan.
“Karena kendaraan bermotor Anda tidak dilengkapi STNK yang sah dan tidak membawa SIM, Anda saya tilang. Dan motor Anda akan disita, Anda bisa mengambilnya dengan prosedur seperti saat Anda mengambil mobil Anda kemarin.” ucap Mayang kemudian menuliskan surat tilang.
“Gak enak banget deh dari tadi manggilnya kok Anda. Panggil kamu aja lagian kita kan udah kenal,” ucap Evan tetapi tak dihiraukan oleh Mayang.
Mayang kemudian menyuruh rekannya mengambil motor yang dikendarai Evan, “Pak tolong ini motornya diamankan soalnya dia tidak punya SIM dan STNK.”
“Saya punya tapi saya lupa bawa,” ucap Evan.
Setelah motor yang Evan bawa diambil dan diamankan, Evan duduk di trotoar jalan. Evan sengaja tidak langsung pergi karena ingin melihat Mayang bertugas. Evan juga akan menunggunya sampai razia di jalan tersebut selesai dilakukan. Entah mengapa Mayang benar-benar membuat Evan jatuh cinta.
Meskipun Mayang tak mengacuhkannya bahkan menanggapinya dengan galak, Evan sama sekali tidak menyerah. Evan tidak akan berhenti mengejarnya sampai ia mendapatkan cinta Mayang. Namun, Mayang tetap saja menunjukkan sikap ketidaksukaannya pada Evan padahal Evan sudah berbicara baik-baik.
“Ngapain kamu masih disini?” tanya Mayang.
“Memangnya aku gak boleh duduk disini?” tanya Evan yang saat ini duduk di trotoar jalan.
“Enggak,” jawab Mayang ketus.
“Kenapa gak boleh? Kan gak ada peraturan gak boleh duduk disini,” ucap Evan.
“Terus kamu ngapain disini? Kenapa gak kerja? Katanya bisnis kamu banyak,” ucap Mayang.
“Kapan aku bilang gitu? Ohhh aku tahu, kamu pasti dengerin pembicaraanku sama Rita kemarin di warung kan? Gak nyangka ya meskipun kamu ogah-ogahan kenalan sama aku tapi diam-diam kamu memperhatikan aku juga sampai omonganku sama Rita pun kamu dengar,” ucap Evan.
“Jangan GR ya kamu. Kemarin kamu ngomongnya keras sama Rita, makannya aku denger. Lagian ngapain sih kamu masih ketemu-ketemu aku lagi,” ucap Mayang.
“Hahaha jangan GR ya kamu, siapa juga yang mau ketemu kamu? Aku dan kamu bertemu bukan keinginanku atau keinginan kamu tapi kehendak Tuhan. Kalau Tuhan mentakdirkan kita bertemu bagaimanapun caranya kita pasti akan bertemu,” ucap Evan yang mengatakan seolah-olah pertemuannya dengan Mayang tidak direncanakan.
“Terserah kamu aja deh. Emang gak ada habisnya ngeladenin orang kayak kamu!” ucap Mayang kemudian beranjak untuk kembali menjalankan tugasnya.
Saat waktu menunjukkan pukul 12.00 siang dan matahari sangat terik, Evan membeli sebotol air mineral untuk diberikan kepada Mayang. Evan melihat Mayang tampak lelah, ia kemudian duduk disebelah Mayang dan memberikan minuman itu padanya.
“Capek ya? Nih minum dulu,” ucap Evan.
“Gak usah,” jawab Mayang.
“Bener gak mau? Cuacanya panas banget loh ini,” ucap Evan.
“Enggak,” ucap Mayang.
“Udah ambil aja, aku tahu kamu haus. Tenang aja sebotol minuman mineral ini aku kasih ke kamu gratis kok. Jadi kamu gak perlu khawatir ya aku gak bakal nagih uangnya,” ucap Evan.
“Kalau aku enggak haus, berarti kamu tau kan artinya apa? Lagian kamu gak usah sok baik gitu deh. Aku masih mampu beli minum sendiri gak usah repot kamu beliin,” ucap Mayang.
“Ya udah kalau gak mau. Biasa aja kali ngomongnya gak usah judes kayak gitu,” ucap Evan.
Karena saat ini waktunya Mayang istirahat, Evan pun tak ingin mengganggunya. Evan memilih pergi dan kembali ke restorannya untuk bertemu Andre.
Di Restoran
Evan masuk ke dalam restoran dan bertemu Andre. Evan mengatakan dengan jujur bahwa ia ditilang dan motor Andre sedang berada di kantor polisi.
“Kemana aja lo? Pergi dari pagi jam segini baru balik,” ucap Andre.
“Habis jalan-jalan sebentar,” ucap Evan.
Andre meminta kunci motornya yang dipegang Evan, “Oh gitu. Ya udah sini kunci motor gue, gue mau pergi beli map sebentar.”
Bukannya memberikan kunci motor Andre, Evan malah memberikan kunci mobilnya “Bawa mobil gue aja tuh.”
“Kelamaan.. Nanti kena macet di jalan. Sini kunci gue, gue mau naik motor aja biar cepet!” ucap Andre.
Evan memberikan kunci motor Andre. Setelah itu, Andre bergegas pergi ke parkiran untuk mengambil motornya dan agar bisa segera pergi. Namun, sesampainya di parkiran, Andre tidak melihat motornya. Andre pun kembali dan bertanya kepada Evan dimana dia menaruh motornya.
“Van, motor gue lo taruh dimana? Kok di parkiran gak ada,” ucap Andre.
“Di kantor polisi,” jawab Evan.
“Gila ya lo motor gue lo parkir di kantor polisi,” ucap Andre.
“ Masa lo gak ngerti juga? Motor lo gak gue parkir di kantor polisi tapi diamankan polisi. Tadi gue ditilang gara-gara gak bawa SIM dan STNK,” ucap Evan.
“Van, Van! Gue kan udah bilang sama lo jangan lewat jalan yang ada razia,“ ucap Andre.
“Udah lo santai aja Ndre. Nanti gue urus deh motor lo kalau perlu gue bayarin juga pajak motor lo sampai 5 tahun kedepan,” ucap Evan.
“Bener ya?” tanya Andre.
“Iya. Lo tuh santai aja semua pasti bakal beres,” ucap Evan.