Kado untuk Sela

1414 Kata
Di Mess Pramugari Keesokan harinya, Lola bersiap mengantarkan kado pemberian Evan untuk Sela di Mess Pramugari. Lola mengantarkan kado tersebut sebelum ia berangkat ke kampus. Tak sendirian, Lola meminta tolong teman sekampusnya untuk membantunya mengantarkan kado tersebut ke Sela. “Kok mampir ke sini sih La,” ucap Vava, teman sekampusnya sekaligus sahabat baiknya. “Tadi aku kan udah bilang kalau sebelum kita berangkat ke kampus, kita mampir dulu sebentar,” ucap Lola. “Tapi kamu kan gak bilang kalau mampirnya ke Mess Pramugari,” ucap Vava. “Emangnya kenapa sih Va? Kita mampirnya juga cuma sebentar kok. Cuma buat ngasih ini nih buat gebetan kakakku,” ucap Lola. “Aku insecure dong La. Disini kan banyak cewek-cewek cantik,” ucap Vava. “Vava, kita kesini bukan mau ikut ajang kecantikan. Jadi kamu gak perlu seinsecure itu,” ucap Lola mengajak Vava keluar dari mobil. Setelah keluar dari mobil dan hendak masuk ke dalam tempat tersebut, Lola dan Vava dihadang oleh seorang satpam wanita. “Maaf mbak-mbak ini mau kemana ya?” tanya security wanita itu. “Saya mau ketemu temen saya Mbak. Saya mau ngasih titipan penting ini,” ucap Lola. “Maaf mbak, Mess ini bukan tempat umum. Jadi cuma pramugari dan pegawai saja yang boleh masuk,” ucap Lola. “Iya saya tahu Mbak tapi saya ada perlu sama temen saya. Saya mau kasih ini,” ucap Lola memperlihatkan barang yang ia bawa. “Silahkan dititipkan ke saya saja. Nanti saya sampaikan ke orang yang mbak tuju,” ucap security itu. “Mbak, ini isinya barang-barang berharga. Memangnya kalau ada yang hilang mbak mau tanggung jawab? Lagipula, aku sama temenku kan cewek mbak. Masa kita gak boleh masuk juga sih,” ucap Lola. Satpam wanita itu memberi penegasan “Sesuai dengan peraturan yang berlaku, yang boleh masuk kedalam cuma pramugari dan pegawai. Jadi, tidak ada yang boleh masuk ke dalam mess pramugari sekalipun kalian juga perempuan.” “Ya udah deh. Aku telpon temenku aja,” ucap Lola. Lola menelpon Sela tetapi tidak diangkat. Sudah berkali-kali Lola menelpon Sela tetapi juga masih tidak diangkat. Karena itu, Lola pun mengirim pesan singkat pada Sela agar dia menemuinya di luar mess. Lola mengatakan bahwa ia sudah menunggunya di depan gerbang mess pramugari. “Kak Sela, tolong kedepan bentar ya. Aku kesini bawa titipan dari kak Evan.” Tulis Lola lewat pesan singkat. Sembari menunggu Sela, Lola dan Vava pun berdiri didepan gerbang. Karena waktu terus berjalan dan mereka harus pergi ke kampus, Vava terus mengajak Lola untuk pergi. Namun, Lola meminta Vava tetap sabar sampai ia memberikan kado itu kepada Sela. “La, kita ke kampus sekarang yuk. Aku takut telat,” ucap Vava. “Tunggu bentar dong Va. Aku harus ngasih ini ke kak Sela,” ucap Lola. “Kasihnya nanti siang aja pas kita udah pulang kampus,” ucap Vava. “Gak bisa Va soalnya kak Sela ada jadwal terbang nanti siang. Kalau kita balik lagi kesini nanti siang, bisa-bisa aku gak ketemu sama kak Sela. Kalau sampai aku gagal kasih kado ini aku bisa kena omel kakakku,” ucap Lola. “Mending kamu telpon orangnya aja deh La biar cepat kesini,” ucap Vava. “Udah Va, tadi kan kamu lihat sendiri kalau aku udah nelpon kak Sela. Aku udah WA kak Sela nanti dia juga bakal kesini kok,” ucap Lola. “Tapi kapan La? Kita juga harus ke kampus,” ucap Vava. “Santai aja kali La. Baru jam segini mah kita gak bakal telat,” ucap Lola. “Kalau gitu aku berangkat duluan deh,” ucap Vava. Lola menarik tangan Vava, “Jangan gitu dong Va, masa kamu tega sih ninggalin aku sendirian disini. La, aku mau disuruh kakakku karena aku dikasih uang. Kalau kamu mau nemenin aku nanti aku kasih bagian deh,” ucap Lola. Vava pun berpikir sejenak dan akhirnya ia setuju menemani Lola tetapi ia harus mendapatkan bagian dari uang yang Lola dapatkan. Meskipun mereka bersahabat tetapi soal uang tak pernah mengenal sahabat. Sudah satu jam menunggu tetapi Sela tak kunjung keluar dari Mess. Akhirnya, Vava meminta Lola pada beberapa pramugari yang keluar dan masuk messnya. “Udah ada tanda-tanda belum kalau gebetan kakak kamu bakal keluar dari mess?” tanya Vava. “Gak tau nih. Aku telepon gak diangkat, aku kirim pesan juga gak dibalas. Mungkin dia lagi gak pegang hape,” ucap Lola. “Mending kamu tanya deh sama orang-orang yang keluar dan masuk mess,” ucap Vava. “Ya udah deh aku tanya dulu. Barangkali ada yang kenal sama kak Sela,” ucap Lola. “Lola, mereka kan satu mess masa gak kenal sih. Udah pasti kenal lah,” ucap Vava. “Jumlah pramugari di Mess tuh banyak Va bisa sampai ratusan orang. Ya kali mereka saling kenal apalagi kalau mereka gak pernah terbang bareng ya jelas makin gak kenal,” ucap Lola. “Sok tahu kamu,” ucap Vava. “Kak Sela sendiri yang bilang,” ucap Lola. Lola pun bertanya pada dua orang pramugari yang hendak keluar dari mess. “Mbak..Mbak.. Maaf mengganggu waktunya sebentar,” ucap Lola. “Ada apa ya?” tanya pramugari 1. “Saya lagi cari teman saya, namanya Sela. Dia salah satu pramugari yang tinggal disini. Mbak kenal gak?” tanya Lola. “Disini yang namanya Sela banyak. Coba kasih tau ciri-cirinya barangkali kami kenal,” jawab pramugari 2. “Ciri-cirinya orangnya tinggi, kulitnya putih, mukanya cantik. Terus rambutnya panjang,” ucap Lola. “Bisa lebih spesifik lagi gak? Soalnya semua pramugari disini ciri-cirinya sama kayak yang kamu sebutkan,” ucap pramugari 2. “Temen sekamar aku namanya Sela tapi rambutnya pendek,” ucap pramugari 1. “Mungkin itu kali La. Siapa tahu dia udah potong rambut jadi pendek,” ucap Vava pada Lola. “Enggak Va. Kak Sela itu rambutnya panjang dan baru aja semalam dia bikin story w******p. Aku lihat rambutnya masih panjang kok,” jawab Lola. “Maaf nih kayaknya kita berdua gak kenal sama orang yang kamu maksud. Coba kamu tanya yang lain ya,” ucap pramugari itu kemudian pergi, karena sepertinya dia buru-buru. Lola dan Vava masih menunggu Sela keluar dari mess. Meski begitu, Vava tak dapat menyembunyikan perasaannya bahwa ia takut terlambat karena perkuliahan mereka dimulai pukul 08.30. “La, cepetan dong,” ucap Vava. “Ya ampun Va. Gimana mau cepet kalau orangnya aja belum ketemu,” ucap Lola. “Kalau gak ketemu kita langsung berangkat ke kampus aja yuk. Aku takut telat nih,” ucap Vava. “Sumpah ya Va dari tadi kamu bawel banget. Kuliah kan dimulai jam setengah 9 dan ini masih jam 7 lewat 15 menit. Jadi santai aja lah,” ucap Lola. “Kalau kamu takut telat, ingatlah imbalan yang akan kamu dapat kalau kamu mau nemenin aku. Kalau kamu nemenin aku, aku bakal kasih kamu uang sesuai dengan apa yang aku omongin sama kamu tadi. Pokoknya kamu tenang, diem, dan santai aja gak perlu gugup karena aku jamin kita gak bakal telat. Oke!” imbuhnya. Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya Sela keluar dari mess dan menemui Lola. Sela tampak berkeringat dan sepertinya baru saja berolahraga. “Maaf ya La aku baru baca pesan kamu. Soalnya tadi aku gak bawa hape,” ucap Sela. “Gak apa-apa kak. Aku kesini cuma mau ngasih titipan dari kak Evan,” ucap Lola kemudian memberikan kado itu kepada Sela. “Kenapa gak dititipin ke security aja? Kalau kayak gitu kan kamu gak perlu nunggu aku apalagi kamu mau kuliah kan,” ucap Sela. “Aku juga pengennya kayak gitu kak tapi kak Evan minta aku yang nganter sendiri biar langsung ke tangan kak Sela,” ucap Lola. “Makasih ya. Titip salam buat Evan sama bilangin makasih sama dia,” ucap Sela menerima kado tersebut. “Iya siap. Tapi sebelum aku pergi ke kampus,  kita foto dulu ya kak. Soalnya kak Evan gak percaya kalau gak ada bukti aku beneran ngasih kadonya ke kakak langsung,” ucap Lola. “Ya udah yuk foto,” ucap Sela. Setelah Sela menerima kado tersebut dan berfoto dengan Lola, Vava dan Lola segera pergi ke kampus. ****** Sementara itu, Sela membuka kado dari Evan. Rupanya isinya adalah dress dan jam tangan mahal yang sengaja Evan berikan pada Sela. Selain itu, Evan juga menaruh surat di dalamnya. Surat tersebut berisi ajakan makan malam di salah satu restoran yang terkenal mahal dan mewah. “Nanti malam aku tunggu disini,” isi surat tersebut beserta alamatnya. “Ya ampun Evan. Kamu so sweet banget sih,” ucap Sela melihat kado dari Evan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN