"Sstt ....!" Imron kembali menutup mulut rombeng Kamal yang selalu saja tertawa jika berbicara dengannya. "Dengerin dulu," ujarnya lagi dengan bahasa isarat bibir. "Apaan? Gak dengar," balas Kamal tak paham sembari menggengelengkan kepala. "Lu, ikutin gue! Oke!" kali ini Imron sembari mengepalkan tangannya di depan wajah Kamal. Suara desahan kembali bersahut-sahutan. Jika Imron mulai dag-dig-dug karena anu. Berbeda dengan Kamal yang hanya bisa tersenyum miris. Tega sekali kakak lelakinya semena-mena memperlakukan wanita yang menjadi istrinya. Ditambah lagi, suara desahan berganti tangisan perempuan. "Ya Allah, kita harus tolongin Bang. Itu bininya pasti disiksa," bisik Kamal yang hendak bangun dari posisi jongkoknya. Untunglah dengan sigap, Imron menahan tangan Kamal agar kembali ber