1. Keputusan Zach

1139 Kata
Marife sedang berada sendirian di apartemennya. Ia duduk melamun di pinggir jendela yang terbuka. Mata coklatnya melihat mobil mewah terpakir di depan apartemennya. Dari mobil itu keluar seorang wanita cantik yang sangat anggun. Penampilannya dari atas sampai ke bawah di balut oleh barang-barang bermerk yang sangat mahal, bahkan ia bisa melihat sinar kemilau dari kalung berlian yang dipakainya. Marife mengenali siapa wanita itu. Wanita itu adalah Marcelina Sukwariabhipraya, putri tunggal seorang pengusaha kaya dari keluarga Sukwariabhipraya. Marife terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Bel apartemennya berbunyi dan Marife membukakan pintu, lalu ia mempersilahkan wanita itu masuk. "Ada keperluan apa Nona Marcelina datang kemari?" "Aku hanya ingin memperingatkanmu supaya menjauh dari Zachary, calon suamiku. Jangan dekat-dekat lagi dengannya atau berbicara dengannya. Apa kamu mengerti?" "Tapi aku...." Marcelina memandang benci pada Marife. "Jika kamu tidak menuruti kataku, kamu akan menyesal. Aku akan membuat orang yang kamu sayangi terluka." Marife terkejut dengan ancaman Marcelina. Wanita itu pergi meninggalkan Marife setelah melontarkan ancaman padanya. Sengatan panas di matanya membuat pandangannya menjadi kabur oleh air mata yang sudah menumpuk yang kemudian menganak sungai di pipinya. Marife tidak bisa menuruti perkataan wanita itu, karena ia mencintai Zachary dan tidak bisa berada jauh darinya. *** Zachary berada di kantornya sedang rapat dan selama rapat ia terus melamun, hati dan pikirannya berada di tempat lain. Lucia, sekretarisnya berkali-kali menyadarkan Zach dari lamunannya. Lucia memperhatikan bosnya yang akhir-akhir ini sering melamun dan tidak berkonsentrasi pada pekerjaan. Akhirnya rapat selesai dan Zach kembali ke kantornya dan kembali melamun. Lucia hanya menggeleng-gelangkan kepalanya melihat tingkah bosnya yang aneh hari ini. "Ada apa dengannya?"gumam Lucia yang sudah berada di meja kerjanya yang berada di luar ruangan. Zach menerima pesan dari Marcelina untuk makan siang bersama, tapi pria itu menolaknya dan ia memutuskan akan menelepon seseorang setelah ia mempertimbangkannya berkali-kali. Ia mengambil ponselnya dan mencari nama Marife. Senyuman mengembang di wajahnya, lalu ia menekan panggilan dan suara Marife terdengar dari seberang telepon. "Apa kamu ada waktu hari ini? Jika ada, maukah kamu makan siang bersamaku?" Sebenarnya itu hanya alasan Zach saja. Sebenarnya dia sangat merindukan gadis itu. "Baiklah." Zach tersenyum. "Aku akan menjemputmu setengah jam lagi." Zach menutup teleponnya dan keluar dari ruangan. "Lucia, aku pergi makan siang dulu." Lucia nemperhatikan bosnya yang sedang senyum-senyum sendiri tanpa alasan dan seperti orang gila. Ia berusaha untuk tidak mempedulikannya dan kembali pada pekerjaannya. Setengah jam kemudian, Zach sudah berada di depan apartemen Marife. Gadis itu sangat senang dengan kedatangannya, lalu mereka menuju ke mobil dan pergi kesebuah restoran. Marife sangat senang Zach mengajaknya makan siang dan untuk sementara ia melupakan ancaman Marcelina. Marcelina yang kebetulan makan siang di restoran yang sama dengan mereka sangat terkejut melihat Marife dan Zach sedang makan siang bersama. Padahal beberapa menit yang lalu, Zach menolak makan siang bersamanya, karena masih ada banyak pekerjaan. Marcelina memandang mereka dengan penuh kemarahan dan juga kebencian. Setelah selesai makan siang, Zach mengantarkan kembali Marife ke apartemennya. "Terima kasih makan siangnya." "Sekarang masuklah ke dalam." Zach meninggalkan Marife di halaman depan apartemennya dan langsung kembali ke kantornya. Ketika sampai di kantor Zach sangat terkejut, karena Marcelina sudah berada di sana. "Aku tadi melihatmu pergi makan siang dengan gadis itu. Sepertinya kamu masih belum dapat melupakan dia. Zach, sebentar lagi kita akan menikah. Jadi lupakan saja dia." "Itu tidak mungkin. Kamu sudah tahu kalau hatiku sudah menjadi milik wanita lain dan kamu bersedia menikah denganku, meskipun aku tidak mencintaimu. Sekarang pergilah, aku mau meneruskan pekerjaanku yang tertunda." Marcelina pergi meninggalkan Zach dengan marah dan kesal. Ia kemudian menelepon seseorang. Sore hari, Marife sudah selesai memasak untuk makan malam bersama sahabatnya, Susan yang tinggal bersama dengannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Marife menerima telepon itu dan seseorang mengatakan kalau Susan mendapat sebuah kecelakaan. Ia sangat panik dan segera pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Marife melihat tangan kanan Susan di perban dan kepalanya terluka. "Susan, apa yang terjadi?" Marife menangis dan menatap Susan dengan sedih. "Kamu jangan menangis. Aku sekarang baik-baik saja." "Tapi katakan apa yang telah terjadi?" "Sebenarnya aku juga tidak begitu mengingatnya dengan jelas. Tiba-tiba saja ada orang yang memukulku dari belakang dan dalam keadaan setengah sadar ada orang yang menyiramku dengan air panas, setelah itu saya pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi." Marife menangis lagi dan Susan berusaha menenangkan Marife. *** Zach berada di balkon kamarnya sambil memandangi langit yang penuh bintang dan dia tersenyum. "Marife, aku merindukanmu." Wajah Zach kembali terlihat muram dan pandangannya menerawang ke langit dengan pandangan sedih. Hatinya diselimuti oleh kebimbangan. Akhirnya dalam sekejap Zach mengambil suatu keputusan untuk menentukan hidupnya. Keesokan harinya, Zach berada di dalam mobilnya sedang duduk melamun sambil bertopang dagu dan melihat ke arah jendela mobil. Ia sedang mengingat pembicaraannya dengan Marcelina beberapa menit yang lalu dan membuatnya merasa gelisah. "APA KATAMU?! Kamu ingin membatalkan pernikahan kita?’’kata Marcelina. "Iya." "Aku tidak bisa menerima keputusanmu ini dan tidak setuju kamu membatalkan pernikahan ini." "Maaf. Tapi kamu harus menerimanya. Aku tidak perduli kamu setuju atau tidak, aku tidak akan menikahimu, karena setelah aku pikir-pikir, aku tidak bisa hidup bahagia di samping wanita lain." "Apa karena kamu mencintai gadis itu?" "Iya. Aku mencintai Marife dan aku ingin bersamanya." Marcelina memandang Zach dengan penuh kemarahan dan mengepalkan kedua tangannya. "Aku tidak akan pernah menyerahkanmu kepada gadis itu dan aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia. TIDAK AKAN PERNAH." "Marcelina, aku mohon mengertilah. Kita tidak akan dapat hidup bahagia. Aku tidak dapat memberikan kebahagiaan padamu." Wajah Marcelina sudah di penuhi oleh air mata dan ia memegang lengan Zach. "Tidak...tidak...kamu tidak boleh meninggalkanku. Saya mohon jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintaimu." Zach melepaskan tangan Marcelina. "Maaf. Ini sudah keputusanku." Zach pergi meninggalkan Marcelina dan kemudian mengejarnya sampai pintu depan rumah. "ZACHARY ADHIPRAMANA, AKU AKAN MEMBUAT KALIAN HIDUP MENDERITA DAN JUGA AKAN MENGHANCURKAN MARIFE." Zach menatap Marcelina dengan pandangan dingin dan kemudian masuk ke dalam mobilnya. Marcelina kembali ke kamarnya dan mengambil telepon. "Marife, ini aku. Aku ingin memberitahumu jangan coba-coba mendekati Zach lagi. Kalau tidak aku akan membuat temanmu itu mendapatkan luka yang lebih parah lagi. APA KAMU MENGERTI?" "Jadi, Anda yang sudah menyuruh orang untuk mencelakakan Susan. Kenapa harus dia? Susan sama sekali tidak ada hubungan dengan masalah ini sama sekali." "Aku sudah bilang padamu, kalau kamu tidak menjauh dari Zach, orang yang kamu sayangi akan terluka. Bukannya Susan adalah salah satu orang yang kamu sayangi?" "Aku mohon jangan sakiti temanku lagi,’’kata Marife sambil menangis. "Aku tidak akan menyakiti temanmu lagi asal kamu jangan dekat-dekat lagi dengan Zach." "Baiklah. Aku mengerti." Marcelina tersenyum licik penuh kemenangan. "Apa pun akan kulakukan supaya Zach menjadi milikku." *** "APAAAA. KAMU MEMBATALKAN PERNIKAHANMU DENGAN Marcelina." "Iya. Maafkan aku, Ayah. Bagaimana pun aku tidak bisa menikah dengannya." "Apa karena kamu mencintai wanita lain?" "Iya." "Aku tidak perduli. Kamu mencintai wanita lain. Kamu harus tetap menikah dengan Marcelina."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN