Fay tiduran di sofa sambil menggoyang-goyangkan kaki kanannya sedangkan di depannya ada shakka yang berdiri dengan tangan didada. Tak lupa ada keysha yang sedang duduk tenang , berusaha tenang maksudnya karena arif sedang mengiriminya pesan romantis.
"Kamu pacaran sama siapa sih? Abid?" tanya shakka
"Mulai deh... kita semua kan tau aku sukanya sama siapa. Lagian wajar aku kepanasan begini karena anak itu belum pulang-" "-kamu ga mikirin perasaan abang?" tanya shakka meminta sedikit belas kasihan pada pacarnya.
"Abang kenapa sih? Abang kan di depan aku, sehat walafiat"
"Susah pacaran sama kamu"
"Aku juga rasain hal yang sama"
"Aku ga ngerti sama jalan pikiran orang pintar kaya kalian" celetuk key dan mendapat pelototan dari fay dan shakka karena mereka tidak suka dengan pikiran key yang menganggap dirinya bodoh.
Bunyi motor abid mengalihkan perhatian semua orang. Key yang paling cepat sadar dan segera berlari menuju abid. Ia mendapati abid dengan kemeja putih dan celana dasar hitam plus tampang mengerikan. Apa ospek itu sekejam ini? Tanya batin fay
"Kamu ga apa-apa kan?" Tanya fay menangkup wajah pujaan hatinya.
"Lo demam ya?" Tanya abid sambil menghempaskan tangan fay di wajahnya. Ia mengatai fay demam bukan karena khawatir tapi karena cewek itu menggunakan kata 'kamu' padanya. juga cewek itu menyentuhnya tanpa izin.
Jantung fay berdegup kencang karena ia diperlakukan seperti itu, gadis itu menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuhnya dan menarik diri, ia mundur perlahan tanpa berani menatap wajah lelah abid.
"Abid ikut kakak" ucap keysha dan sang adik yang sangat menyayangi kakaknya itu segera menurut. Meninggalkan fay tanpa kata
"Abang pengen kencan.. ikut?" Tanya shakka yang sudah berdiri berdampingah dengan fay
Fay tidak mau shakka melihat ekspresinya dan menggeleng lemah. Didepannya shakka menatap iba pada cewek yang sudah dianggapnya adik namun berstatus sebagai pacarnya saat ini. Abid memang keterlaluan, shakka mengakui itu namun jika dipikir disisi abid, ia melakukan hal yang benar. Abid pasti tidak ingin memberikan harapan palsu pada fay.
"Jangan sedih fay,, karena pacar kamu itu abang"
"Iya bang... pacar fay emang abang, tapi kali ini fay mau dikamar aja. Lain kali aja kencannya" ucapnya dan berlalu meninggalkan shakka.
》》》》》
Abid menatap lekat cewek yang sedang duduk didepannya, saat ini keluarga mereka sedang sarapan bersama minus sang papa karena papa sedang ada urusan di berlin.
Fay memang mengabaikannya, abid paham itu. Semalam saat ia baru selesai mandi dan berniat makan malam, abid menemukan fay sedang membuat s**u coklat di dapur. Abid membiarkan saja dan segera mengambil piring namun piring yang di ambilnya beradu dengan piring lain sehingga menimbulkan bunyi memekakkan telinga yang membuat cewek itu kaget dan berakibat susunya tumpah. Fay langsung berlari ke kamar dan meninggalkan kekacauan yang dibuatnya membuat abid jengkel. Padahal fay bukan sengaja meninggalkan semua itu, ia hanya ingin langsung tidur karena takut melihat keadaan kakinya yang terkena air mendidih dengan suhu tepat pada skala seratus derajat celsius. Fay berbeda dengan kebanyakan orang, saat mereka mencampur air panas dengan air dingin untuk susunya, fay justru menggunakan air mendidih secara keseluruhan untuk menyeduh kopi, s**u ataupun teh yang akan ia minum.
"Kamu kenapa masih pake piyama?" Tanya shakka
"Sekolah libur"
Semua orang berjengit mendengar penuturan fay, jelas hari ini tidak ada tanggal merah dan fay bukan tipe siswi yang akan bolos seenaknya.
"Janji yang semalam? Gimana? Abang bisa bolos kerja hari ini" ucap shakkka coba menggoda fay
"Ga bisa bang... nanti ya,," 'nanti setelah kaki melepuhku ini kering dan ga sakit lagi'
"Oke.. awas kamu kabur"
"Sayang, ayah kamu udah sampe semalam, mau ke rumah? Kebetulan kamu juga libur sekolah"
"..." fay menggeleng, ia tidak mau ayahnya mengamuk melihat keadaan kakinya yang tidak parah. Fay mengakui kalau kakinya memang tidak parah hanya saja jika ia memakai sepatu sekolah fay khawatir keadaan kulit punggung kakinya akan menggenaskan nantinya.
"Kamu aneh hari ini, biasanya semangat banget kalo urusan ayah rafa sama fatih"
"Biasa aja kok kak... aku cuma mau istirahat aja, besok aku bakal ketemu ayah juga"
》》》
Abid tidak berani turun untuk berkumpul dengan keluarganya karena sesuatu membuatnya merasa penasaran.
Abid pulang dan tidak menemukan orang yang seharusnya berada dirumah, fay adalah satu-satunya kemungkinan yang akan ditemui abid dirumahnya. Lalu abid menaiki tangga menuju kamar cewek itu untuk memastikan sesuatu.
"Pon... jangan ditiupin! Dikipas aja kan bisaaa" itu suara rengekan fay dan abid memelankan langkahnya
"Capek lengan gue ngipasin kaki lo fay.. salah siapa yang langsung tidur pas kena musibah gini? Ah bukan-bukan, salah siapa lo cerobohnya tingkat dewa begini???"
"Lo kalo mau marahin gue mending pulang"
"Galak amat lo,. Coba abid yang marahin , lo cuma jadi anak penurut yang sok imut-" "-eh gue emang imut ya, imut dan seksi" popon hanya menunjukkan muka malasnya mendengar pengakuan fay tentang penampilannya.
"Gimana hubungan lo sama abid?"
"Hubungan apaan sih? Lo bisa bikin yang dengar salah paham tau ga.. apa lagi kalo yang denger pacar gue."
"Sok iye lo, pacar siapa yang lo sebut-sebut??"
"Pacar gue lah"
"Lo ga lagi berfantasi kalo abid kadi pacar lo kan fay.. duh temen gue butuh direhabilitasi-" "-eh kambing,. Gue beneran punya pacar, ayo ikut ke kamar gue tunjukin siapa pacar gue"
"Suntoloyo,,, lo ngajak pacar lo masuk kamar?"
"Buru pulang deh pon,, gue siram air panas mau lo????"
Kedua sahabat itu masuk kekamar di samping kamar abid dan entah menceritakan apa. Tapi pembicaraan itu cukup membuat abid tidak tenang. Ia sudah berusaha menjaga fay seperti adiknya sendiri namun cewek itu malah pacaran diam-diam dibelakangnya.
Vony yang baru keluar dari kamar fay langsung tergagap melihat siapa yang sedang berdiri dengan tampang menahan emosi, "Eh bang abid.. ba-baru pulang bang?"
"Pulang sana!!!!" Usir abid dengan tampang juteknya
"Siap bang" ucap vony dan segera membuka kamar fay dan memasukkan kepalanya ke dalam sana
"Fay gue pulang ya,,, bang abid udah pulang jadi lo ga sendirian lagi dirumah"
Menutup pintu kamar fay dengan gugup vony kembali menghadap ke abid."Kenapa kamu pakai seragam?"
"Tadi saya langsung cabut pas fay bilang kakinya sakit bang" 'mampus lo, makanya jangan jahatin temen gue. Lo pikir gue rela temen seksi gue jadian ama lo? Lo harus merasa buruk atas apa yang dialamin fay'
"Sakit apa anak itu?"
"Demam kah?"
"Atau nyeri halangan?"
"Mag nya ga kambuh kan ya?"
Ucap abid menerka-nerka sakit apa yang diderita fay. Emang dasar cowok ga peka, padahal tadi vony udah bilang kalo kaki fay yang sakit.