Bab 13. Jebakan

1023 Kata
Tidak ada kejahatan paling jahat selain dari orang yang kita cintai. Juga tidak ada obat paling mujarab selain dari pada penyakit itu sendiri. Kyara menangis tersedu-sedu, semakin ia berharap semakin dalam ia tersiksa. Tidak lama kemudian seseorang datang. "Kyara, kau kenapa?" Dengan wajah panik Aron masuk menghampiri Kyara, Awalnya ia hanya berniat mengambil air, tapi telinganya mendengar sesuatu. Sebuah ringisan yang terdengar sangat pilu. Cukup lama Aron mengamatinya suara itu, hingga akhirnya suara ringisan itu berubah tangisan. Barulah akhirnya Aron memberanikan diri untuk masuk ke salah satu kamar yang ternyata kamar Kyara. Ia sangat terkejut mendapati Kyara sedang menangis dengan tubuh penuh luka. "Kyara, ada apa? Kenapa bisa seperti ini?" Kyara hanya menggeleng seraya menutupi luka-lukanya. "Jangan bilang ini semua perbuatan, Sam!" ujar Aron menduga. Ya, memangnya manusia mana yang lebih berani di rumah ini kecuali pria kejam itu? Dia bahkan paling berani dan ditakuti di dunia bisnis. Tapi tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Aron mengepalkan tangannya. "Aron, jangan...." terdengar lirih dan menyedihkan. Aron menghembuskan nafas kasar kemudian jongkok dan merangkum wajah Kyara. "Tapi ini sudah melewati batas, Kya," ujar Aron lembut. Ia sangat kasihan dengan Kyara. Entah sudah berapa lama Sam mengurung dan menyiksa gadis ini. Kyara kembali menggeleng. Memohon agar Aron tidak bertindak apapun. Memang benar perbuatan Samudra sangat di luar batas, tapi ia juga tidak ingin Samudra di laporkan atau bahkan sampai ada permasalahan di rumah ini hanya karena dirinya. "Baiklah, kumaafkan dia untuk kali ini." Merangkum pundak Kyara lembut, "Tapi ingat, Kya. Sedikit saja dia menyakitimu lagi tidak akan kubiarkan dia menyentuhmu," ujar Aron dengan mata tajam. Mendengar itu Kyara menangis. Benarkah ini waktunya? Sudah lama sekali Kyara menunggu seseorang yang bisa menyelamatkan dia dan keluarganya. Tapi bagaimana? Bukankah Samudra juga tidak bersalah? Ia hanya mengikuti perasaannya. Membenciku karena diriku sendiri yang telah merenggut kebahagiaannya. Entahlah, Kyara hanya berharap ada kebahagiaan setelah kesedihan ini. Aron yang menatapnya iba kemudian memeluk Kyara. "Tenanglah, kau tidak sendiri sekarang," ujarnya lembut. Sedang dari balik pintu seorang pria mengepalkan tangan. Rahangnya berdiri kokoh dengan mata tajam. Pembunuh itu telah menghianatinya. Dia juga telah melakukan kesalahan besar dengan membiarkan tubuhnya disentuh oleh pria lain. "Sialan, kau akan rasakan hukuman terberatku, gadis bodoh," ucap samudra dengan suara berat. Awalnya Samudra menyadari kesalahannya dan ingin meminta maaf atas semua perbuatannya, tapi melihat itu amarah Samudra kembali mencuat. Menutup pintu dengan sangat keras kemudian pergi dari sana. "Tuan?" Kyara yang baru sadar langsung mendorong tubuh Aron. Dia khilaf. Perlakuan dan ucapan Aron terlalu lembut baginya. Buru-buru berbalik dan mengejar Samudra. "Tuan? Tuan, tunggu!" "Kyara kembali!" Aron mencoba menghentikan, tapi gadis itu tetap lari meski dengan langkah tertatih. Sedang Samudra tidak memperdulikan, dengan cepat masuk ke dalam ruang kerja dan mengunci pintu. "Tuan! Tuan kumohon buka pintunya!" Setelah di depan ruang kerja Samudra, Kyara mengetuk pintu. Ia ingin menemui Samudra dan menjelaskannya. Kyara tidak ingin Samudra marah akibat kesalah pahaman ini. "Tuan kumohon, buka pintunya, aku ingin menjelaskan sesuatu." Kembali mengetuk beraharap Samudra berbaik hati dan membuka pintunya. Sedang Aron yang ternyata mengikuti Kyara merangkul pundak gadis itu, sontak membuat Kyara langsung menjauh dan menatapnya tajam. "Kya, sudahlah. Dia tidak mungkin membukanya." Ya! Aron sangat tahu bagaimana sikap Samudra yang keras kepala itu. Tidak akan membiarkan opini orang lain masuk dan menganggu pemikirannya. "Tidak, Aron. Tuan Samudra salah faham, aku harus menjelaskannya padanya," ujar Kyara kukuh. Tak lama suara ponsel membuyarkan fokus mereka, Aron menghindar untuk mengangkat telpon kemudian pergi dari sana. Sedang Kyara tidak putus asa, terus mengetuk pintu, berharap Samudra berubah pikiran dan mau membukanya. Hingga pukul 2 dini hari Kyara masih berdiri di depan pintu itu, terus memohon dengan sisa tenaganya. "Tuan kumohon buka! Anda salah faham. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan pria it—" Belum selesai Kyara bicara, pintu itu tiba-tiba terbuka. Kyara sedikit terkejut. Tapi kemudian buru-buru masuk mencari Samudra di dalam ruang gelap itu. Sangat pekat dan menakutkan, Kyara mencoba melawan rasa takutnya. Hingga akhirnya sebuah tangan membelit leher Kyara. "Tu-an, apa yang anda lakukan?" Dengan suara tertahan Kyara mencoba melepaskan. "Gadis bodoh, kau masih bertanya apa yang sedang ku lakukan?" "Aku mau membunuhmu! Aku mau kau juga mati seperti Indahku. Dibungkus kafan kemudian dikubur." Tawa Samudra menggelegar mengisi seluruh ruangan. Kyara tidak bisa bernafas, tapi sebisa mungkin ia tahan. "Tuan, kau salah faham. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Tuan Ar—" "Ssuuuttttt!" Mendengar nama Aron, rahang Samudra kembali berdiri kokoh. Tapi entah kenapa ia benci kebersamaan Kyara dengan bocah tengik itu. Padahal awalnya, ia berniat membagi Kyara dengan teman-temannya, kan? Bahkan berniat menjual gadis bodoh hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. "Tuan, apa yang kau lak—" Kyara kembali menangis saat Samudra kembali bertindak semena-mena padanya. Tangan pria itu merayap ke bagian d**a, juga turun ke intinya. "Ssssst!" Kyara meringis kesakitan. Bekas kemarin saja sakit di tambah dengan sekarang. Ia ingin melawan, tapi tangan pria itu menguncinya. "Bukankah ini yang kau mau hm?" Memutar-mutar bagian kecil itu sampai membuat Kyara hilang kesadaran. Dia seperti menjadi gila, Kyara juga merasa haus akan hal itu. Kyara menginginkan sesuatu. Kemudian dengan cepat melawan dan mendorong Samudra. Entah kekuatan dari mana Kyara bisa melakukannya, tapi yang pasti Samudra juga tiba-tiba lemah dan membiarkan Kyara memainkan juniornya. "Sssttt!" Samudra kenikmatan. Dengan bibir smirk ia nyalakan lampu ruangan. Juga camera cctv yang sudah ia siapkan sebelumnya. Sedang Kyara yang memang sudah hilang kesadaran terus melakukan sesuatu, sesuatu apapun asal membuat dirinya puas. "Ternyata kau liar juga, Gadis cupu!" hina Samudra seraya lebih melebarkan kakinya. Keesokan paginya. Kyara terkejut setengah mati mendapati dirinya sedang berada di dalam ruang kerja Samudra, dengan kondisi tidak pakai apapun pula. Kyara tidur telentang di atas meja kerja pria itu. Kyara lihat sekeliling, sangat sepi dan berantakan. "Ya, Tuhan. Apa yang telah kulakan?" Seperti orang yang kepalingan Kyara kelabakan. Ia tidak bisa bayangkan jika Samudra lihat kondisinya dan ruang kerjanya. "Arghhh gila! Ini semua gila!" Tidak ada waktu untuk berfikir, Kyara buru-buru memunguti baju dan memakainya. Namun, belum sempat Kyara memakai bajunya, seseorang yang sangat ia takuti itu benar-benar datang. Samudra datang dengan gayanya yang khas, dingin dan cool. Penampilan pria itu juga sangatlah rapi dan tampan, berbanding terbalik dengan Kyara yang sudah seperti kapal pecah. "Tuan?" Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN