Bab 19. Kesempatan terakhir

1035 Kata
"Buahahahaha!" Ekspresi wajah bocah ingusan di hadapannya membuat Aron mengakak. Bagimana tidak, kata 'kamu harus harus menikah dengan saya sebagai bayarannya' sukses membuat Sasya terkejut bak tersambar petir. "Haha, tenanglah. Saya tidak doyan p******a kecil milikmu, bocah ingusan," ledek Aron membuat Sasya menatapnya kesal, tapi juga tenang karena ternyata pria bule itu hanya mengerjainya. "Lalu p******a gimana yang bapak inginkan?" Sasya menantang. "Tentu saja yang besar, kenyal dan juga putih. Tidak seperti itu, sudah kecil keras pula." "Sembarangan! Bapak kira batu." Sasya mulai kepancing emosi. Bule sialan! Dia tidak tahu, ya. p******a orang sunda sudah pasti asli, daripada yang lain kan, kawak. haha! "Mikirin apa kamu?" Melihat bocah ingusan itu tertawa Aron sedikit penasaran. Mungkinkaah gadis itu terpancing sampai menghayalkan hal-hal aneh? Entahlah. "Sasya mikir, tapi kasian juga ya bapak?" Aron yang tidak suka di kasihani langsung berdiri. "APA MAKSUDMU?!" "Bapak tadi bilang suka yang besar, kenyal dan juga putih. Tapi sayang, kesukaan bapak itu sudah menjadi milik orang lain, ops!" Sasya menutup mulutnya sendiri. Apa dia tidak terlalu jauh meledek bapak bule tua ini? Dia sampai melotot mendengar sasya bicara. Namun tak lama pria itu tertawa keras, membuat bulu kuduk Sasya merinding. "Bocah ingusan, kau pikir saya menyerah begitu saja?" "Maksud bapak?" "Saya akan kembali menemui kakakmu dan membawanya," tutur Aron kemudian meraih ponsel miliknua dan mengirim pesan pada Kyara. Sasya hanya diam menatap pria itu, melanjutkan makan dan menganggap jika Aron hanya asal bicara. Keesokan harinya, Aron yang menghubungi Kyara benar-benar melakukan apa yang diucapkannya. Kembali ke rumah sakit dan mengajak gadis itu untuk pergi bersamanya. Tak hanya itu, Aron bahkan mendukung Kyara jika dia ingin membalaskan dendamnya. "Aron, kau di sini?" Kyara yang sedang menunggu Samudra keluar dari kamar mandi terkejut mendapati Aron ada di hadapannya, sedang tersenyum padanya. "Tentu saja, Hany. Bukankah aku sudah mengabarimu?" Kyara menggelemg kuat. Sepertinya Aron sudah mulai terobsesi padanya. Berharap Samudra tidak cepat-cepat keluar, Kyara menghalangi pintu kamar mandi itu dengan tubuhnya. Aron yang melihat itu tersenyum smirk, tanpa dijelaskan pun ia tahu jika Samudra sudah pasti ada di dalam sana. "Ayo, Kya. Saya memberi kesempatan terakhir padamu." Kyara kembali menggeleng, ia tetap pada keputusannya. "Aron, mengertilah. Aku sudah menikah dan memiliki suami." "Tapi dia tidak menganggapmu, Kyara!" sentak Aron yang kesal karena ia kembali di tolak. Padahal ajakannya itu baik, mengajak Kyara bebas kemudian menikahinya. Kyara terlonjak mendengar sentakan Aron, begitu juga dengan Samudra. Pria itu memutar Kran ketika mendengar suara seseorang di luar. "b******k!" umpat Samudra saat ia mengenali suara itu. Kemudian buru-buru keluar dengan langkah tertatih. "Tuan?" Kyara yang ketakutan semakin takut melihat samudra keluar. "Oh! Kau, rupanya kau sudah bisa jalan, sahabatku?" Samudra berdecih mendengar kata sahabat yang keluar dari mulut Aron. "Istrimu akan ikut bersamaku dan menikah denganku," ujar Aron membuat samudra langsung menatapnya. Lewat tatapan matanya, Kyara mencoba memberi pemahaman kalau dia tidak menginginkan hal itu. Namun, Samudra malah memberikan jawaban yang membuat hati Kyara sakit. "Ambillah!" katanya enteng. Samudra ingin tahu, apa Kyara akan tetap bersamanya meski ia menolaknya. Dan ya, lagipula Samudra tidak ingin berbuat kejam lagi. Dia ingin Kyara memilih kehidupannya sendiri. Sementara Aron tersenyum sinis. "Tidak ada alasan lagi kau menolakku, Kyara!" Langsung bergerak menarik tangan Kyara dan membawanya. Sontak Kyara ketakutan, ia mencoba meminta tolong. "Tuan, tolong aku." Tapi yang di pinta hanya diam, duduk di brangkar dengan gerakan pelan. "Hey, Kya! Aku akan menyelamatkanmu dan menikahimu, bukan menyiksamu dan menjadikanmu babu sepertinya! Jadi diamlah!" sentak Aron membuat Kyara langsung terdiam. Pria itu benar. Tapi entah kenapa Kyara lebih suka berada di samping Samudra meski Pria itu masih saja menyiksanya. Ataukah Kyara sudah gila? Entahlah. "Oh, atau kau ingin membalaskan dendammu lebih dulu?" Aron mengeluarkan sebuah pisau dan menyerahkannya pada kyara. "Aron, apa yang kamu lakukan?" pekik Kyara ketakutan. "Bukankah kau ingin membalaskan dendammu lebih dulu sebelum kita menikah? Aku berjanji akan menjagamu dan mendukungmu, kau boleh membunuhnya sekali," tutur Aron memaksa. Sedang Kyara menggeleng. Gila! Pria ini sudah gila. Kyara berharap ada seseorang yang menghentikannya. Tapi sayang, pria yang Kyara hanya menolongnya itu hanya menatapnya. "Tuan, benarkah kau merelakanku?" batin Kyara sendu. Sementara Samudra membuang wajah saat Kyara menatapnya, terlihat sangat bodoh dan menyedihkan. Sebenarnya, ia juga sangat ingin menghajar pria bernama Aron itu. Tapi semua itu ia tahan demi mendapat jawaban. Dan tak lama, apa yang Samudra tunggu akhirnya kelaur. Kyara mendorong Aron dan melempar pisaunya, kemudian berlari ke arah samudra dan bersembunyi di belakangnya. Samudra tersenyum tipis, di tambah dengan ekspresi wajah Kyara yang ketakutan membuatnya lucu. Sementara Aron meradang, pria itu menatap Kyara tajam. "Dasar wanita tidak tahu di untung! Sekalian saja saya bunuh kalian berdua," katanya membuat Kyara sontak memeluk lengan samudra. "Tuan, tolong aku," bisik Kyara. Segera Aron meraih pisaunya kembali dan menyeranh Samudra. Dan tanpa di duga, Samudra yang sejak tadi diam dan bersikap lemah pun langsung berdiri gagah dan melawan. Pria itu menghadang Aron dan melindungi Kyara. "Tidak akan kubiarkan kau menyentuh Kyaraku!" turur Samudra seraya menahan tangan Aron yang ingin menusuknya. Aron yang mendengar itu tersenyum smirk, "Boleh saja jika kau menang. Tapi kau harus merelakannya kalau aku yang menang." "Banyak bacot!" Samudra langsung mendorong Aron dan menghajarnya. Tak lupa juga ia ambil alih pisau itu dan melemparnya jauh. Samudra yang sudah terpancing emosi menarik kerah baju Aron dan menghajarnya hingga membabi buta. Tak lupa juga bogem perut dan punggung pria itu. "Tuan, jangan!" Kyara tidak ingin Samudra menjadi pembunuh. Ia mencoba menghentikan pria itu dengan memeluknya. "Tuan, kumohon hentikan. Aku tidak ingin kau menjadi pembunuh, aku tidak ingin kau masuk penjara dan meninggalkanku," oceh Kyara yang tanpa sadar membuat Samudra tersenyum mendengarnya. "Gadis bodoh!" Tak lama para dokter, suster dan satpan masuk menghentikan. Menatap Samudra dan Aron meminta penjelasan. Samudra yang tidak ingin menjelaskan apapun hanya diam, mengelus lembut tangan Kyara agar melepaskannya lebih dulu, kemudian mendekati Aron yang di ikat. "Itulah balasannya jika kau berani mendekati Kyaraku!" tutur Samudra dengan nada berat. Aron kembali murka. Kyaraku? Tidak! Jangan bilang samudra juga telah menyukai gadis itu. "Kau benar, aku menyukai gadis yang telah kau sukai. Terima kasih telah menyadarkanku, sahabatku!" Seperti tahu apa yanga da di dalam pikiran Aron, Samudra menjawab demikian. Kemudian kembali mundur dan mendekati Kyara. "Bawa pria itu, dia telah mengganggu waktu istrihatku dan istriku," tutur Samudra membuat Kyara menatapnya. istriku? Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN