Suara azan subuh yang terdengar membuat Yusuf terjaga. Saat membuka mata rasanya seperti ada yang berbeda. Kenapa kasurnya ini sangat keras. Lama berpikir akhirnya Yusuf sadar bahwa apa yang terjadi pada dirinya dan yang ia tempati ini bukan kasur tapi karpet. Yusuf melihat ke samping dan matanya langsung melotot melihat Auris yang tertidur di sampingnya tapi bukan itu masalahnya tapi d**a perempuan itu terpampang dengan jelas di matanya karena selimut yang melorot. Walaupun tadi malam udah dilihat keseluruhan tapi tetap saja hal ini jarang terjadi padanya.
Yusuf bangun untuk menyandarkan tubuhnya di dinding. Menatap sekeliling rumah ini yang diterangi dengan lampu yang tidak terlalu terang. Menatap jendela kaca yang tidak di tutupin gorden, melihat itu Yusuf langsung menarik selimut untuk menutupi bagian d**a Auris. Semoga tidak ada yang melihat.
Melihat ke wajah Auris. Sekarang Yusuf sadar bahwa gadis atau wanita ini membohonginya. Tidak ada tindakan p*********n yang dirinya lakukan.
Tadi malam setelah aktifitas berkeringat itu. Yusuf merasakan dan melihat sendiri jika Auris masih perawan. Sekarang perempuan itu sudah tidak perawan lagi dalam usia yang masih muda, dan Yusuf tidak merasa bersalah sama sekali, ini adalah hukuman yang pantas untuk Auris.
Rasanya Yusuf ingin mencekik perempuan itu sekarang hingga bisa di kubur, berani sekali Auris menipunya.
"Oi bodoh bangun lo. Udah subuh. Mandi wajib sana." Teriak Yusuf tepat pada telinga Auris yang membuat Auris mundur karena efek terkejut, sambil mengusap-usap telingannya.
"Akhh." Ringis Auris. Auris merasakan badannya seperti baru aja di campuk. Sakit seperti semua tulangnya sudah patah.
"Lo cambuk gue kan." Tuduh Auris sambil menunjuk-nunjuk wajah Yusuf dengan wajah yang sudah memerah.
"Gila lo. Ngapain gue cambuk lo. Gue bukan mau cambuk lo tapi mau tembak lo. Berani ya lo jebak-jebak gue. Sekali lagi lo jebak gue, bakalan gue kubur lo hidup-hidup." Bentak Yusuf yang maju dan meletakkan tangannnya dileher Auris seolah-olah mencekik padahal Yusuf tidak menekan sama sekali leher itu. Auris yang merasa tidak terima juga memajukan tangannya ke leher Yusuf.
Merasa sudah cukup. Yusuf menarik tangannya dan menghempaskan tangan perempuan itu di lehernya. Yusuf mengusap rambutnya ke belakang, menghembuskan nafasnya gusar.
"Gue cinta sama lo Suf. Makanya gue lakuin ini, gue nggak mau di jodohin sama cowok lain. Gue tu maunya sama lo."
"Tapi gue nggak mau sama lo, palingan lo tu cuman obsesi sama gue. Jangan banyak bacot deh lo sekarang pergi mandi wajib sana, habis tu lo shalat. Gue nggak mau ya nanggung dosa lo karena lo nggak shalat."
Mendengar ucapan Yusuf, Auris menatap ke tubuhnya yang merah-merah. Oh ini pasti badannya sakit karena di timpa oleh Yusuf tadi malam. Dan ia juga harus mandi wajib karena tadi malam kan? Auris jadi senyum-senyum sendiri mengingat itu. Akhirnya Yusuf jadi miliknya. Di tatapnya Yusuf, Auris tidak menyangka Yusuf bisa berbuat seperti ini padanya.
"Ngapain lo senyum-semyum?!"
"Niatnya gimana?" Tanya Auris tanpa menjawab pertanyaan Yusuf.
"Yaudah mandi berdua aja gimana? Biar bebeb yang ajarin nanti." Sambung Auris dengan senyum genitnya.
Yusuf syok mendengarnya. Perempuan ini emang tidak ada malu. Walaupun sebenarnya Yusuf suka sih, tapi mereka harus sekolah. Jika mandi bersama pasti Yusuf tidak bisa menahan melakukan yang iya-iya dengan Auris. Akhirnya Yusuf mencoba mengajari Auris dengan bahasa indonesia.
"Apaan lo panggil gua gitu. Gue bukan bebek lo." Ucap Yusuf. Saat sudah berpikir lama akhirnya Yusuf bisa memilih untuk menjawab itu saja. Auris memajukan mulutnya cemberut tanda tidak suka dengan penuturan Yusuf.
"Udah bisa kan lo? Sana pergi ke kamar mandi. Lo duluan sana!" Ujar Yusuf dengan nada memerintah. Auris mencoba bangun menuju keluar kamar, untuk ke kamar mandi.
"Aduh. Badan sakit ni, tolongin dong Suf." Keluh Auris yang merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya hingga membuatnya susah untuk berdiri.
Yusuf yang sebelumnya sudah memakai pakaiannya pun langsung menatap Auris sinis.
"Lo tu ganggu banget." Ketus Yusuf. Dengan menghela nafas kasarnya Yusuf jalan menuju Auris. Mengangkat Auris, berhubung Auris kurus. Yusuf tidak merasa berat sama sekali. Selama di gendong, Auris melihat ruang tamu tempat ia menjebak Yusuf. Auris emang membuat rencana itu di ruang tamu, agar lebih enak ketika kawannya menunjuk mereka yang di kira berbuat m***m kepada warga.
Rumah kos ini tidak luas, tergolong mini. Ada satu kamar, satu kamar mandi, ruang tamu dan meja makan yang tergabung dengan dapur. Tapi perabotan di rumah ini belum lengkap kecuali lemari kecil yang di kamar dan sebuah meja kayu yang terletak di dapur.
"Udah lepasin tangan lo." Ujar Yusuf yang jenggah melihat Auris yang tidak kunjung melepaskan tangannya dari badan Yusuf.
"Tapi, kok gitu kamar mandinya." Auris tidak dapat menyembunyikan raut jijiknya, melihat kamar mandi itu yang kelihatan jorok.
"Ya salah lo lah. Mau nikah sama gue. Udah ah malas gue urusin lo." Yusuf melepas paksa tangan Auris dari badannya dan mendorong pelan agar Auris segera memasuki kamar mandi. Auris yang di perlakukan seperti itu syok, hampir aja selimut tipis ini lepas dari tubuhnya.
"Jangan lama. Waktu terus berjalan. Dan ingat lo harus shalat. Karena dari wajah lo ini nampak jarang shalat." Sambung Yusuf.
"Siapa lo? Sampek suruh gue shalat segala." Balas Auris sewot. Ia tidak suka ada orang yang mengatur-atur hidupnya.
"Kalau lo nggak mau. Jangan harap dapat makan hari ini." Auria memghentakkan kakinya kesal lalu masuk ke dalam kamar mandi. Auris sudah menebak jika Papanya pasti sudah memblokir ATMnya.
Yusuf kembali menuju kamar, duduk lesehan sambil memainlan handphonennya.
"AAHHKKK YUSUF ADA KECOWAK TERBANG. TOLONGIN GUE. GUE MAU KELUAR TAPI KAINNNYA BASAH, BARUSAN JATUH. GIMANA NI?!!!!" Teriak Auris sambil mengedor-gedor pintu kamar mandi.
Yusuf ketawa terbahak-bahak senang melihat penderitaan Auris.
"MAMPUS LO, BENTAR LAGI KECOWAK ITU BAKALAN MAKAN LO."
"YUUSSUUUUUFFF."
Yusuf tidak memperdulikan teriakkan Auris lagi dan kembali pada menekuni aktifitasnya. Tapi Yusuf baru sadar jika tidak ada baju di rumah mereka. Lama berpikir, Yusuf berniat untuk keluar menuju rumahnya untuk mengambil pakaian. Tapi baru saja di depan pintu rumah, Yusuf terkejut ketika melihat sudah ada sekitar dua buah tas kain yang besar dan ada tiga koper besar yang ada di depan rumahnya. Yusuf melihat kanan-kiri apa ini punya tetangganya, dari pada pusing Yusuf menarik tas dan koper itu ke dalam rumah.
Langsung saja Yusuf melihat apa isi dari tas dan koper itu. Rupanya tas itu berisi pakaiannya dan koper itu berisi baju Auris. Siapa yang membawa baju ini? Tidak mau banyak pikiran Yusuf menaruh barang itu di ujung kamar.
"Yusuf. Aku udah siap, bajunya mana?"
"Nggak ada baju. Keluar aja nggak usah pakek baju." Yusuf terkekeh pelan. Tidak sabar melihat perempuan itu akan merengek.
Benar yang di tebak oleh Yusuf sekarang Auris udah merengek tidak terkendali. Karena waktu yang sudah terpepet Yusuf langsung membuka pintu kamar mandi yang emang tidak terkunci dan melempar baju, celana dan pakaian dalam Auris.
***
Setelah Auris dan Yusuf selesai shalat, mereka duduk di kamar berhubung mereka tidak jadi sekolah hari ini dikarenakan sudah telat.
Yusuf menatap kesal pada Auris yang sejak tadi merengek ingin makan.
"Yaudah lo diam. Gue mau beli dulu." Yusuf langsung beranjak dari duduknya.
Tepat di tenggah-tenggah jalan, Yusuf mengambil ATM di dompetnya yang sudah lama tidak di gunakan, Ini ATM pemberian dari abang iparnya, Abang iparnya itu tau bahwa ia tidak memiliki kartu ini makanya Devan membuatkannya dengan alasan agar lebih mudah. Isi dari ATM ini bukan uang yang diberikan Devan tapi uang hasil investasinya bersama Devan. Setahun yang lalu Abang Devan mengajaknya bekerja sama untuk melakukan investasi.
Setelah beberapa menit Yusuf sampai di tempat penarikan uang. Sebelum menarik uangnya Yusuf memeriksa saldo terlebih dahulu, isi saldonya membuat Yusuf hampir jantungan, isi saldonya dua ratus juta. Setahun yang lalu Yusuf melakukan investasi ini dan hasilnya sungguh sulit untuk dipercaya. Emang Yusuf jarang mengambil uang di ATM karena ia berniat ingin menabung, mungkin baru dua kali itu pun pada awal-awal investasi itu.
Bahkan Yusuf jarang membantu dalam perkembangnya restoran itu, Abang iparnya lebih banyak mengurus dari pada dirinya. Terkadang Yusuf hanya datang untuk memantau dan terkadang datang untuk makan gratis.
Setelah mengambil uang, Yusuf memberhentikan sebuah angkot, menuju rumah makan yang berjarak agak jauh dari sini.
Tiba di rumah makan, Yusuf melihat-lihat makanan apa yang ingin di beli Yusuf. Lama berpikir Yusuf memilih untuk makan di tempat dengan lauk ayam, kalau di rumah pasti Auris akan meminta ayamnya. Setelah selesai makan, Yusuf meminta untuk dibungkuskan satu porsi nasi dengan lauk ikan asin. Yusuf tersenyum miring melihat makanan yang di bungkus itu.
***
"Nih makan." Auris yang sejak tadi memainkan handphonenya langsung menerima makanan itu.
"Kok cuman ikan asin si Suf. Kan bisa beli telor, lagi pula telorkan nggak mahal." Ujar Auris yang kesal.
"Yaudah nggak usah makan." Auris menabok bahu Yusuf dengan kesal dan memakan makanan itu tanpa ikan asin, Auris hanya memakan nasi dengan sayur.
"Oh ya itu baju-baju siapa antar?" Tanya Auris dengan wajah masam.
"Nggak tau gue. Pas buka pintu udah ada. Lo nggak usah banyak tanya makan aja sana." Ujar Yusuf sambil berlalu menuju kamar mandi.
"Eh lo udah makan?" Tanya Auris dengan sedikit membesarkan nada suaranya.
"Udah." Jawab Yusuf dari dalam kamar mandi.
***
"Yusuf. Di depan ada orang prabot dibilang tu barang mau dimasukin ke dalam." Teriak Auris gusar. Mereka tidak punya uang jadi Auris hanya khawatir jika barang itu salah alamat dan mereka dipaksa untuk membayar.
"Ouh. Itu gue yang beli." Ujar Yusuf dengan santai tanpa merasa beban sama sekali.
"Tapi lo kan pengangguran, dari mana dapat uang?"
"Kredit." Dusta Yusuf.
"Lo bisa masuk penjara kalau nggak bayar, lagi pula itu banyak banget."
"Udah deh. Nggak usah bawel, lo suruh aja mereka masuk."
Auris hanya mengalah dan menyuruh Bapak-Bapak itu yang membawa kasur, kursi makan, lemari, sofa kecil, despenser, termos dan banyak lagi untuk masuk ke dalam rumah. Barang-barangnya pun terlihat bagus, Auris binggung setenggah mati, bagaimana bisa kesayangannya itu bisa membayar semua itu. Makan aja lauknya ikan asin.
***
Plisss Vote & Comment