"Eh Yusuf lo tau nggak sih. Si Auris hari ini nggak sekolah." Yusuf yang mendengarkan berita itu tidak kaget sekalipun. Kalau cewek itu pindah sekali pun Yusuf tidak perduli.
"Bolos kali." Ucap Yusuf meski belum pernah melihat cewek itu bolos dari pagi. Deffin yang mendengar jawaban dari sahabatnya hanya menngangguk.
"Yoklah kita istirahat sekarang." Yusuf mengajak ke dua temannya untuk ke kantin.
"Nggak ah malaes gue." Deffin dan Yusuf melihat aneh ke arah Dika. Tidak biasanya Dika menolak ajakan mereka ke kantin. Pasti ada sesuatu nie, pikir mereka.
"Kenapa lo?" Tanya Rendy pada Dika.
"Gue putus sama Adel." Deffin, Yusuf dan Rendy tidak dapat menyembunyikan raut terkejut mereka. Tidak menyangka Dika akan putus setelah mereka menyaksikan betapa bucinnya Dika ketika awal jadian.
"Siapa yang minta putus?" Tanya Rendy.
"Gue." Dika menunduk sambil mengusap rambut kepalanya dengan kesal. Baru saja putus, Adel tidak mau membalas pesannya lagi padahal Dika sudah bilang bahwa Dika dan Adel bisa menjadi sahabat.
"Kenapa?" Deffin, Yusuf dan Dika bertanya kompak.
"Karena gue udah bosan." Sungguh mereka tidak menyangka Dika sebusuk itu. Pantesan banyak yang bilang 'semua cowok sama aja'.
"Nggak nyangka gue, mampus lo nggak mau lagi si Adel ketemu sama lo." Kata Yusuf yang tidak dapat menahan rasa geramnya terhadap temannya yang satu ini.
"Udah ah makan, lapar gue. Biar aja si Dika galau, palingan dia bakalan pacaran sama orang lain terus bosan, gitu aja terus sampai kucing membelah diri." Yusuf dan Rendy mengangguk setuju mendengar ucapan dari Deffin dan beranjak ke kantin meninggalkan Dika.
***
"Maksud papa apa? Suruh Ghali tunggu di depan buat pergi jalan-jalan sama dia?" Auris yang sudah siap-siap ke sekolah jadi gagal ketika cowok paling ia benci berdiri di depan pagar rumahnya dan bilang bahwa ia di suruh papanya untuk jalan-jalan bersamanya. Auris juga binggung kenapa ada orang tua yang biarin anaknya bisa dibilang pacaran dari pada sekolah.
"Biar kalian itu lebih dekat." Ucap Mawan dengan santai tanpa merasa beban sama sekali.
"Tapi Auris mau sekolah Pa. Lagian tumben Di rumah mau ngapain?" Auris bertanya dengan pandangan mengintimidasi. Tidak biasanya Papanya ini berada di rumah, biasanya selalu sibuk dan pulang pada tenggah malam dan terkadang tidak pulang, begitupun dengan Mamanya.
"Kamu ke sekolah pun cuman main-main doang."
"Lebih baik aku nggak sekolah sama nggak pergi sama dia." Auris menghentakkan kakinya kesal lalu melangkahkan kakinya untuk ke lantai atas, tapi langkahnya berhenti ketika Papanya mengatakan sesuatu hal yang bikin ia sangat marah.
"Kamu tanyakan kenapa papa di sini? Papa ke sini mau bilang kalau kamu sebulan lagi akan segera menikah dengan Ghali." Kata Mawan dengan santai tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
"Nggak, nggak mau. Auris masih SMA, mau sekolah dulu baru nikah." Auris tidak pernah mengerti sebenarnya apa sih yang ada dipikiran Papanya ini.
"Tidak ada bantahan. Kamu pikir Mama kamu umur berapa nikah? Dia menikah bahkan ketika masih SMP. Ini juga demi kebaikan dirimu."
"Itu jaman dulu, inikan udah jaman modern. Lagi pula Kebaikan apa yang bakal Aurin dapat? Yang ada aku sama Ghali bakalan saling selingkuh kayak Papa dan Mama."
"Jaga mulutmu, mau Papa pukul kamu?" Bentak Mawan. Auris yang merasa Papanya sudah sangat marah langsung berlari ke atas dan menguci pintu kamarnya dari pada wajah cantiknya memar.
Auris harus memikirkan cara agar ia tidak jadi menikah dengan Ghali. Sungguh Aurin tidak ingin menikahi dengan laki-laki yang tidak memiliki akhlak seperti itu. Dulu ketika Auris dan Ghali satu SMP. Cowok itu dengan ngampangnya membuli Auris yang saat itu masih terlalu lugu untuk membalas. Bahkan Ghali memfitnahnnya yang membuat semua orang menjahui dirinya, ketika Auris bertanya apa alasan Ghali sangat membencinya, rupanya Ghali tidak suka dengannya karena tau bahwa dirinya dan Ghali akan dijodohkan dan tidak ingin bersamanya yang saat itu sangat dekil.
Aurin sudah mengetahui perjodohan itu sejak lama tapi tidak menyangka akan secepat ini, bahkan ketika ia belum lulus SMA.
Setelah penampilan Auris berubah pada saat itupun Ghali meminta maaf dan mengejar-ngejarnya. Cowok itu emang tidak ada malu. Auris sadar Ghali hanya mau dengannya ketika ia cantik tapi coba kalau ia sudah menikah dan tubuhnya tidak sebagus sekarang pasti Ghali akan mencari perempuan lain.
Auris hanya ingin menikah dengan Yusuf. Hanya Yusuf yang bisa membuat Auris terpana. Hanya dengan Yusuf, Auris merasa di lindungi. Pokoknya Auris hanya mau menikah dengan Yusuf, bagaimana pun caranya.
Auris memilih untuk tidur sambil memeluk bantal guling yang bermotif wajah tersenyum Yusuf.
Tok tok tok.
Ketukan pintu terus berbunyi membuat Auris terjaga dari tidurnya. Dengan mengucek mata sambil merengangkan badan, Auris melihat jam disamping tempat berangkarnya yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Auris tidak menyangka ia akan tidur selama ini.
"Siapa?" Tanya Auris.
"Bibi. Ini Bibi cuman mau bilang kalau Papa Non suruh Non buat ke bawah." Jawab Bibi Ira yang berada dibalik pintu kamarnya.
"Iya." Sahut Auris. Walaupun ia menjawab iya, Auris tidak akan ke luar sekarang. Auris malas untuk bertemu dengan Papanya sekarang.
Lama Auris duduk di atas tempat tidur sambil berpikir apa yang harus ia lakukan untuk mengagalkan rencana orang tuanya untuk menikahkannya dengan Ghali. Kalau di pikir-pikir pasti Papanya hendak menikahinya dengan Ghali karena harta.
Huuffftt, setelah apa yang dimiliki Papanya Kenapa masih belum puas juga? Sungguh, Papanya serakah sekali.
Hingga sebuah ide muncul di kepalanya. Apa ia jebak Yusuf saja agar bisa menikah dengannya. Tapi untuk melakukan rencana ini Auris memerlukan bantuan dari teman-temannya.
Cabe Cabean (5)
Adel Si cupu.
[Auris lo dimana? Kok nggak sekolah?]
Anara bego
[Iya kemana tu anak!]
Bella Jomlo lumutan
[@Anara b**o 2]
Mia Dodol
[@Bella jumlo lumutan 3]
[Papa gue cari gara-gara.
Gue mau cerita ke rumah gue ya
lo pada]
Setelah menjawab pertanyaan dari Sahabatnya, Auris langsung mematikan ponselnya.
***
"Jadi kenapa lo undang kami ke sini? Nggak ada makanan lagi." Tanya Mia sekaligus mengerutu. Setelah mereka pulang dari sekolah mereka berempat langsung ke rumah Auris tanpa membuka pakaian sekolah.
"Tumben lo bilang gitu biasanya juga langsung ngambil di lemari makanan gue." Ucap Auris kepada sahabatnya yang tidak tau malu itu. Walaupun begitu Auris tidak mempermasalahkan hal ini.
"Malu gue ada Papa lo." Auris menghela nafasnya. Dari pada temannya ini banyak bacot Auris langsung turun kebawah mengambil minuman dan makanan.
"Udah makan tu." Auris menghamburkan snack dan minuman dingin yang tadi ia ambil dari lemari pendingin.
Auris binggung ingin memulai pembicaraan ini dari mana. Auris hanya menatap teman-temannya yang sejak tadi asik dengan makanan.
"Eh jadi gini." Baru saja Auris berkata seperti itu hanya Adel yang menatapnya dengan penasaran. Sedangkan yang lain asik dengan kegiatan mereka masing-masing.
"Gue mau dinikahin." Anara, Bella, dan Mia yang sedang asik sendiri tadi langsung mengalihkan perhatiannya kehadapan dirinya. Apalagi Adel yang sudah melotot terkejut.
"Bohong lo. Prank ya? Mana kameranya? Mau jadi Youtubers lo? Kalau dapat Andsense bilang gue ya harus bagi-bagi kan ada wajah gue di video lo." Anara yang tidak percaya terhadap temannya ini langsung mencerocoskan apa yang ia pikirkan saat ini.
"Ouh." Kata Bella. Auris menatap sinis pada Bella yang cueknya kebangetan.
"Gue nggak bisa berkata-kata. Lo pasti lagi bohong sama kita kan?" Ini lagi si Mia sama aja kayak Anara.
"Nikah, emang kenapa kalau lo nikah?" Ini lagi si Adel. Heran gue kok rangking satu tapi pertanyaannya sungguh tidak berbobot.
"Serius gue mana mungkin gue bohong masalah begini. Gue bakalan nikah sama si Ghali dijodohin. Tapi gue kurang tau tujuannya apa. Jadi gue ngumpulin kalian semua di sini mau minta bantuan tapi ini rahasia kita, jangan bilang-bilang sama siapa-siapa." Auris menjawab semua pertanyaan temannya kecuali pertanyaan dari Adel dan sedikit menjelaskan tentang perjodohan kulot yang di dilakukan oleh kedua orang tuanya.
"Bantuin gimana?" Tanya Adel.
"Ngejebak Yusuf. Supaya gue di nikahin sama tu cowok. Gue suka sama dia, jadi gue cuman mau nikah sama dia. Nggak mau sama yang lain. Apalagi si Ghali." Ucap Auris yang santai. Anara, Adel, Bella dan Mia tidak dapat menyembunyikan raut terkejut di wajah mereka.
***
Kira kira apa yang akan terjadi? Wkwkwkw psti mudah di tebak.
Jangan lupa coment dan vote.