Episode 4 : Aku Hancur ....

1801 Kata
“Aku enggak bisa lanjutin hubungan kita, Dan!” Velery mengulang ucapannya dengan suara lebih tinggi bahkan terdengar kejam. Danian refleks menggeleng, menelan cepat salivanya, dan benar-benar tidak bisa menerima keputusan wanita di hadapannya. Mereka bahkan belum sempat menyentuh makanan di meja, tapi Velery sudah mengajak Danian berbicara empat mata. Awalnya, Danian pikir, Velery akan membahas acara bulan madu mereka karena Danian baru saja membahasnya. Namun apa daya, Velery justru mengabarkan, wanita itu baru saja menandatangani kontrak pekerjaan yang akan membuat Velery go internasional, selaku mimpi terbesar Velery selama ini. “Enggak, Vel! Tiga minggu lagi, kita menikah! Aku mohon, jangan lakukan ini kepadaku!” Danian benar-benar memohon dan sampai menggenggam kedua jemari tangan Velery yang ada di atas meja. Rasa sesak sudah membuatnya merasa tidak nyaman. Velery menggeleng tidak nyaman. Suatu kenyataan yang makin membuat perasaan seorang Danian terombang-ambing. Dirasa Danian, kehancuran sudah ada di pelupuk matanya dan tinggal menunggu penegasan dari Velery. “Please, Vel. Apa pun yang kamu minta, aku kasih!” “Enggak, Dan. Aku enggak bisa! Karena apa yang aku pilih, dan semua yang kujalani, semua itu yang bikin aku happy! Aku bahagia dengan semua pilihan sekaligus keputusanku.” Ketika Danian dan Velery bersitegang membahas rencana pernikahan, di luar, Azura memutuskan untuk mengakhiri masa tunggunya. **** Tepat ketika Azura akan keluar dari ruang kerjanya dan memutuskan untuk pulang, sesaat setelah kembali menunggu Danian yang Azura harapkan segera memberi kabar, tiba-tiba seseorang membuka pintu dari luar. Azura refleks mundur dan tak jadi meraih kenop pintu ruang kerjanya. Velery. Dengan wajah yang terlihat menahan kekesalan mendalam, wanita itu melirik sinis Azura, sedangkan salah satu tangannya masih menahan kenop pintu. “Cepat pergi ke atas dan urus bos-mu!” tegas Velery. Di tengah pandangannya yang makin tidak jelas, Azura yang merasa mengantuk sekaligus pusing, membalas titah Velery dengan anggukkan sekenanya. Pak Danian kenapa? Kenapa Velery memintaku untuk mengurus Pak Danian? Bukankah seharusnya mereka sedang makan malam romantis? pikir Azura sambil melangkah tergesa. Ia segera memasuki lift guna menghemat waktu. Apalagi jika melihat tampang Velery yang tadi langsung pergi, sepertinya sesuatu yang buruk memang telah menimpa Danian. **** Pyar …! Sebuah botol wine melayang dan menghantam dinding di hadapan Azura, tepat ketika Azura baru saja membuka pintu dan akan langsung melangkah masuk. Kenyataan tersebut sukses membuat Azura syok bahkan nyaris jantungan. Azura refleks mundur, tak jadi masuk karena takut. Takut jika Danian sedang mengamuk. Benar saja, ketika Azura mengamati suasana kamar kunjungannya lebih teliti, Azura refleks mengelus daadda. Mata Azura menatap tak percaya meja di hadapannya yang sudah tak beda dengan kapal pecah. Padahal Azura pikir, meja tersebut akan menjadi ajang makan malam romantis yang bahkan sakral, apalagi sebentar lagi, Danian dan Velery akan memperlangsungkan pernikahan. Sungguh di luar dugaan, sebab semua yang awalnya tertata rapi di sana, telah terkapar tak karuan berserak di lantai. Namun, aroma terbakar yang menyengat membuat Azura bergegas jongkok untuk mematikan lilin-lilin yang masih menyala, membakar sebagian taplak meja berikut celemek di sekitarnya. Azura menginjak-injak kobaran api tersebut sesaat setelah menutupnya menggunakan celemek lain. Ini orang kenapa, sih? Kesurupan apa bagaimana? Duh … bisa bahaya kalau apinya sampai telat dipadamkan. Geger-geger gara-gara sirine! rutuk Azura dalam hati. “Pantas tadi si Velery sampai nyepet-nyepetin aku!” Azura sampai menggunakan tote bag-nya untuk menghantam sisa api yang belum tertutup celemek. Tak lupa, setelah api padam, ia segera menutup sekaligus mengunci pintu, sebelum buru-buru membuka tuntas setiap jendela di sekitar. Azura membiarkan tote bag-nya terkapar di lantai begitu saja demi membuang sisa asap yang ia takutkan bisa membuat sirine bunyi. Sementara itu, Danian yang sudah dalam pengaruh alkohol dan tak sengaja mendapati Azura, justru melihat wanita itu sebagai Velery-nya. Kenyataan tersebut pula yang membuat Danian tanpa pikir panjang langsung melangkah tergesa menghampiri Azura. “Eh, Pak …?” Kedatangan Danian yang terbilang tiba-tiba, sukses membuat Azura menjengit kaget. Azura bergegas mundur sekaligus menjaga jarak. Namun, Danian langsung menarik salah satu tangan Azura. Danian melakukannya dengan kasar sekaligus memaksa. Danian membawa Azura memasuki kamarnya lebih dalam. Sedangkan Azura yang kebingungan dan benar-benar sudah sangat pusing seiring pandangannya yang makin tidak jelas, mencoba menyeimbangi langkah tergesa Danian tanpa berani bertanya, terlebih untuk berucap saja, Azura memang sudah tidak sanggup. Terakhir, setelah wajah Azura tidak sengaja menabrak punggung Danian, tubuh Azura mendadak seperti melayang dan itu masih bagian dari ulah Danian. I-ini … Pak Danian, membopong, aku? Iya, … beneran Pak Danian membopong tubuhku! Tapi kenapa? Tumben … tumben Pak Danian baik? batin Azura yang detik itu juga makin sulit mengontrol dirinya. Napas Azura menjadi memburu lantaran stok oksigen dalam tubuhnya seolah habis. Azura merasa semakin kegerahan, hingga jemari-jemarinya refleks membuka setiap kancing kemejanya dengan tidak sabar. Namun, beberapa saat kemudian, Azura merasa jika tubuhnya baru saja terkapar di area yang terbilang sangat empuk seperti kasur. Eh … Pak Danian masih di sini? Gila saja, kenapa aku sampai buka kemejaku! batin Azura lagi. Meski samar, pandangannya kembali dihiasi wajah Danian. Itu juga yang membuat Azura buru-buru mengaitkan kancing kemejanya dan belum lama ia buka. Dalam hati, Azura mengutuk ulahnya yang ceroboh dan sampai asal membuka pakaian. Namun apa daya, Danian mencekal sekaligus menahan kedua tangan Azura ke ke samping, hingga Azura tak lagi bisa menutup bagian daddanya yang otomatis terekspos bahkan sebagiannya menjuntai dari brra yang membungkus. Kacau, jantung Azura langsung berisik karena pemacu kehidupannya itu berdetak kelewat cepat sekaligus keras. Danian menatapnya dengan begitu intens meski kekesalan tampak masih menguasai. Danian tak hanya menatap wajah apalagi mata Azura, melainkan semuanya tanpa terkecuali dadda Azura, hingga Azura malu sendiri. Azura buru-buru memalingkan wajah, sengaja menghindari tatapan Danian. Terpikir oleh Azura, kenapa Danian tidak langsung marah, mengusirnya dari sana bahkan memecatnya karena Azura sudah berani ada di tempat tidur bahkan dengan pakaian yang kurang sempurna? Aku mohon, jangan menatapku seperti itu. Apakah dia sengaja melakukannya sebagai hukuman yang harus aku terima karena aku sampai ada di titik ini? Azura semakin tak karuan. Malu, takut, sedih, semua rasa itu tengah mengacaukan keadaannya. Bisa Azura pastikan, aroma alkohol yang tercium kuat dari mulut seorang Danian. Aroma yang makin lama seolah ada tepat di permukaan wajahnya. Danian, benarkah pria itu akan melakukannya padanya? Bukankah Danian sempat mengatai Azura yang bagi Danian burukk rupa? Tak mau terjadi hal yang lebih fatal, Azura berusaha memberontak. Siaal, Danian tak sampai di situ. Danian terus melakukannya bahkan melebihi apa yang Azura pikirkan. Azura yang sudah terbaring di tempat tidur, susah payah mendorong d**a Danian. Karena Danian terus menciumi bibir Azura dengan kasar sekaligus memaksa, hingga Azura makin sesak napas, Azura sengaja memalingkan wajahnya. Akan tetapi, nyatanya bukan hanya bibir Azura yang Danian incar sebab selain melucuti paksa pakaian Azura dan menyentuh semua yang terjamah, dengan kasar sekaligus tak sabar, Danian juga menghujani setiap lekuk tubuh Azura dengan ciuman panas. Ketegangan Azura makin menjadi-jadi, sedangkan pemberontakan yang Azura lakukan sama sekali tak memadamkan ulah Danian. Danian tetap bisa menguasai tubuh Azura yang juga mulai sulit memberontak karena rasa aneh yang sedari Azura meminum oren jus, justru membuat Azura mulai merespons. Azura mulai menikmati apa yang Danian lakukan. Dan Azura juga mulai membalas setiap apa yang Danian lakukan bahkan sekalipun hati kecilnya melarang. “Azura, berhenti! Apa yang kamu lakukan? Berhenti, Azura! Apa yang kamu lakukan salah! Ingat, dalam waktu dekat, Pak Danian dan Velery akan menikah!” kecam hati kecil Azura. Iya, aku ingin berhenti. Namun aku benar-benar tidak bisa mengontrol diriku. Sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku, kenapa aku jadi liiar begini? Aku ingin lari, aku benar-benar ingin mengakhiri semua ini! Namun, sisi liiarku benar-benar sulit aku kendalikan. Kenapa aku bisa begini, aku mohon berhenti! batin Azura sembari berlinang air mata lantaran wanita itu tidak bisa mengendalikan dirinya apalagi lari, kontras dari apa yang Azura harapkan. Enggak boleh. Ini enggak boleh terjadi. Pak Danian mabuk! Ini salah! Aku mohon berhenti! Kali ini Azura benar-benar memberontak, tapi Danian tidak membiarkannya meski Azura sudah sampai menendang perut Danian. Danian terus memaksaa, meski isak tangis kesakitan terdengar pilu dari bawahnya. Azura bahkan sudah berulang kali meminta Danian untuk berhenti, mengakhiri ulah Danian yang sudah membuat Azura kesakitan akibat luka tak terkira di rahimnya. Tubuh Azura menggeliat, gemetaran tak berdaya mengiringi isak tangisnya. “Malam ini, kamu benar-benar beda,” bisik Danian tepat di salah satu telinga Azura dan seketika langsung menjadi pelampiasan nafffsunya. Terdengar erangan tertahan dari Azura yang hingga detik ini masih Danian yakini sebagai Valery. Danian sungguh menikmati setiap erangan tertahan tersebut hingga dirinya tak bisa berhenti, tak mau melepaskan wanita yang ada di bawahnya. Semuanya benar-benar beda, enggak seperti biasa. Apa efek oren jus? Enggak … aku yakin ini bukan hanya efek oren jus. Malam ini Velery benar-benar beda! batin Danian. Dalam dekapan Danian, Azura tak lagi merasakan gejolak aneh. Azura tak lagi dalam pengaruh obat perangsang, tapi ia sungguh kelelahan, kesakitan dan susah payah Azura tahan. Tubuhnya terasa remuk akibat pergulattan panas yang ia lakukan dengan Danian. Akan tetapi, Azura juga tak kuasa menghentikan air matanya. Tubuh Azura yang polos dan perlahan ditutupi selimut oleh Danian, gemetaran tak ubahnya menggigil kedinginan, akibat tangis yang ditahan, berikut penyesalan tak berkesudahan yang Azura rasakan. Azura merasa hancurr sekaligus kottor, bahkan meski kecupan mesra Danian masih menghujani keningnya. Pria itu memeluknya erat, penuh sayang. Tapi Azura tidak yakin, apa yang membuat Danian melakukan semua itu kepadanya? Atau, Danian sudah terbiasa meniduri setiap wanita bahkan Karyawan dan Azura baru mengetahuinya? “Jangan marah-marah lagi, ya, Vel. Kita fokus ke pernikahan kita. Bulan madu, kita akan menjadi pasangan sekaligus keluarga paling bahagia.” Ucapan Danian barusan sukses membuat Azura tercengang. Vel? Jadi, Danian menganggap Azura sebagai Velery? Semua yang mereka lakukan dan membuat Azura kehilangan keperawanannya tak semata karena Danian mengira Azura merupakan Velery?! Bersama tangis yang makin pecah, Azura makin mengeratkan kedua tangannya untuk membungkam mulutnya. Sakit, kenyataan tersebut membuat Azura merasa makin hancur. “Aku suka kamu yang begini. Makasih banyak buat malam ini. Aku benar-benar suka. Enggak sangka, kamu bisa semanis ini. Tidurlah … kamu pasti lelah. Aku mencintaimu … sangat!” Sadar Danian akan menatapnya bahkan mungkin lebih, Azura buru-buru membenamkan wajahnya pada kasur. Pak Danian enggak boleh tahu, kalau akulah yang bersamanya dan dia katakan berbeda. Jangan sampai … jangan sampai Pak Danian tahu! batin Azura susah payah mengendalikan tangis berikut kehancurannya. Mendapatkan penolakan layaknya sekarang, yang ada Danian justru merasa makin gemas pada wanita di hadapannya. Ia tersenyum lembut, kemudian mencium mesra kepala Azura untuk yang terakhir kalinya. “Ya sudah, kita tidur. Aku benar-benar lelah, padahal aku sudah menyiapkan semuanya di kamar mandi agar kita juga bisa mandi bareng,” lirih Danian makin mengeratkan dekapannya terhadap tubuh Azura. Aku, hancur …. Dalam dekapan Danian, Azura yang masih membenamkan wajahnya di kasur, masih terisak-isak. Namun, meski Azura berniat untuk segera pergi agar Danian tidak mengetahui kebenaran yang terjadi, Azura justru ketiduran. Azura kelelahan, selain Azura yang terus dihantui penyesalan tak berkesudahan. Penyesalan yang juga telah menarik Azura ke dalam jurang kehancuran. Bersambung ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN