Bab 2

1858 Kata
"dokter... dokter...", teriak Ali. dokter pun datang segera dan memeriksa keadaan Erwin. "sudah tiada pak, ikhlaskan lah". katanya. Ali menangis, ternyata hanya sebentar pertemuan mereka. menyesal dia tak segera menemui sahabatnya itu sebulan yang lalu. Julia sudah tersedu sedu dalam tangisnya, saat Ali masih bercerita. Begitu bodoh nya dia tak bisa melihat penderitaan kakaknya.ternyata dia tak cukup peka dengan keadaan kakaknya yang semakin hari semakin kurus. Julia merintih dalam tangisnya, sesak hatinya mendengar keadaan kakaknya sebelum pergi. " ya Allah, kemana saja aku, hingga aku tidak tahu kondisi buruk kakak. hu..hu huu.... maafkan lia kak,, hu..hu..., lia bukan adik yang baik buat kak er... hu..huu..." tangis Julia pilu. Ali tak kuasa melihat julia. dia ikut meneteskan air mata. ingin rasanya dia menenangkan gadis bermata cantik itu. namun dia tak tahu caranya. lalu teman wanitanya yang tadi datang menghampirinya dan memeluknya. " cukup julia,,, ini bukan salah mu. ini memang sudah takdir Allah. jangan terlalu bersedih, kau tidak sendirian. masih ada aku yang menemanimu, dengar". bujuk temannya. namun julia masih menangis. "aku bodoh syah, aku lalai. setidaknya aku harus tahu kondisi kak er sebelum pergi. hu..hu..huu...." wanita yang dipanggilnya syah itu pun memeluknya lagi. dia terus menenangkan sahabatnya tersebut. "sudah, tenangkan hatimu dulu, jangan sampai kamu sakit. bukan kamu yang tidak mau tau kondisi kak er, tapi memang dia sengaja menutupinya dari kita semua. dalam sebulan ini dia jarang pulang kan.dia hanya memberi kabar lewat telpon. wajar kamu tidak tahu". lanjut sahabatnya itu memberi ketenangan. sepertinya mereka cukup dekat, dan saling menyayangi. setelah julia agak tenang dari tangisnya, Ali pun memberikan berkas yang sedari tadi ditangannya kepada julia. " ini berkas usaha Erwin yang ia titipkan pada saya. mungkin kau kau lebih berhak, atau mungkin kau kenalan yang menurutmu sanggup mengelolanya. Dan ini kartu nama saya, kau teliti lah dulu semuanya, jika ada yang ingin kau sampaikan atau kau butuh bantuan saya hubungi saja nomor yang ada di kartu itu". kata Ali menjelaskan. " mungkin untuk sekarang kau butuh ketenangan. jadi saya permisi dulu. Assalamu'alaikum..." Ali mengakhiri kalimatnya. sebenarnya dia ingin berlama lama menatap gadis itu, tapi dia tak ingin adik sahabatnya itu membenci dirinya. "Wa'alaikum salam...", jawab julia dan temannya bersamaan. Ali pun meninggalkan kediaman wanita tersebut. dia tak ingin terlihat b******k dihadapan julia. julia adalah godaan terbesar untuk hatinya, walau gadis itu hanya diam. hati Ali menginginkan julia, ya dia sangat menginginkannya. *** malam hari, Ali gelisah tak bisa tidur, wajah Julia seolah tak bisa pergi dari pandangannya. mata gadis itu seolah merayunya, mengajaknya bermain. bibirnya kecil tapi sangat seksi. Ali bisa membayangkan betapa manis rasa bibir merah alami itu. tanpa disadarinya ada yang terbangun pada bagian tubuhnya. 'oh... sial, apa yang aku bayangkan' makinya dalam hati.dia pun beranjak ke kamar mandi, dia harus menenangkan ha***t nya dulu. "Erwin...., kau tau aku tak bisa tahan dengan godaan, kenapa kau menyerahkan adikmu padaku. oh..., dan betapa adikmu sudah menyiksaku, win". gumamnya lirih sambil menenangkan diri. Dilain tempat, Julia yang ditemani hapsyah, sahabatnya. malam ini sahabatnya itu menginap dirumah julia. sudah larut malam, tapi mereka masih saja terlibat pembicaraan. "apa yang harus aku lakukan syah?, usiaku saja masih 19 tahun, mengapa kak er mengharapkan aku menikah dengan lelaki itu. aku harus bilang apa. berdosa kah aku jika menolaknya?" banyak pertanyaan yang dilontarkannya. " Aku juga bingung lia. tapi kak er tidak mungkinkan menikahkan mu pada orang yg tidak baik. itu berarti lelaki itu adalah sahabat kepercayaan kak er. jawab hapsyah temannya. " lagi pula, lelaki itu sangat tampan, apa kau tidak ingin mengenal kepribadiannya dulu?" lanjut sahabatnya itu "kau ini, rupa tidak menjamin kebahagiaan, syah. apa kau bahagia jika ternyata wajahnya itu dia gunakan untuk menggoda wanita wanita lain. apa lagi dia punya harta yang mendukung setiap tindakannya". ucap julia "tak ada yang menjamin, lia. itu sebabnya kita tidak boleh menggantungkan harapan pada manusia, karna pasti akan kecewa. tapi berharap lah pada Allah semata. Insya Allah, kau bisa melewati semua". kata hapsyah menyadarkan kekhawatiran julia. "ya, kau benar. kita tidak boleh berharap pada manusia, karna manusia adalah tempatnya khilaf". kata julia. "sekarang aku sudah tau apa yang akan aku lakukan. kau mau menemaniku kan?" lanjut julia lagi hapsyah tersenyum. "apa pun itu, aku mendukungmu. semoga Allah melimpahkan kebahagiaan padamu". katanya memberi semangat pada julia. "Aamiin, semoga malaikat mengembalikan do'a itu padamu". senyum julia sambil memeluk sahabatnya itu. begitulah mereka, saling menyayangi dan menyemangati. *** Sudah seminggu, sejak pertemuan Ali dengan julia. tapi sampai sekarang julia bahkan memberi kabar padanya. hatinya sungguh gelisah. bahkan dia tak berhasrat lagi melihat wanita lain. sungguh gadis itu sudah meracuni segala kinerja otaknya. Dian, asistennya sampai bingung melihat bosnya itu. tak biasanya dia lalai dengan urusan kantor. penampilan Ali sungguh berantakan, jas dan dasinya sudah dibuka, kancing bajunya sudah tak sempurna hingga menampilkan dadanya yang bidang. lengan bajunya digulung hingga ke siku tangan. namun tak mengurang daya tariknya. diapun keluar dari kantor dengan keadaan tersebut. tak perduli banyak mata wanita memandangnya penuh minat. yang jadi fikiran pria berusia 30 tahun itu adalah julia. dian mengikutinya dari belakang, tapi tidak demikian dengan harapan Ali. dia meminta kunci mobil pada asistennya tersebut. " biar aku bawa mobil sendiri" katanya pada dian. mau tak mau dian menuruti permintaan bosnya tersebut. Ali melajukan mobilnya perlahan. diliriknya arloji mahal yang melingkar di pergelangan tangannya itu. ternyata masih pukul dua siang. perlahan laju mobil semakin naik. entah apa yang ada dipikirannya, tapi tujuan mobilnya ternyata mengarah ke rumah julia. sesampainya dirumah gadis pujaannya, Ali ragu. apa yang harus dijelaskannya pada wanita tersebut. bagai mana dia mengungkapkan kerinduan yang menyiksa batinnya itu. "ohhh.... sial..,,aku harus apa Tuhan...?" lirihnya tanpa sadar memukul setir mobil dan klakson mobilnya menjerit. dia pun terkejut sendiri. tapi tiba tiba pintu rumah julia terbuka. mungkin julia terganggu dengan berisiknya suara klakson tadi. julia keluar, menatap aneh pada mobil tersebut. mau tak mau, Ali juga terpaksa keluar. Ali berjalan mendekati julia yang ada di pintu rumahnya. "hai, assalamu'alaikum, lia". suara Ali serak seperti tertahan. tapi julia bisa mendengarnya. "Wa'alaikum salam, kak. jawab lia lirih, tapi tak berani menatap pria itu. melihat penampilan Ali, julia berfikiran bahwa Ali sedang dalam masalah. "sebentar, aku ambilkan minum untuk kak Ali". katanya. tapi, saat gadis itu ingin masuk, Ali menahannya. "tidak....tidak.., a..aku tidak butuh minum". katanya agak terputus. julia meneliti keadaan pria tampan itu sesaat. apa sahabat kakaknya ini begitu terpukul ditinggal kakak nya. tapi dia tak berani menduga duga. " ehmmm, duduk lah kak". sahut julia akhirnya. Ali memandang gadis itu sejenak, ada rasa yang terobati didalam hatinya, rasa sesak itu kian menghilang perlahan. 'begitu dahsyat pengaruh mu padaku, lia' batinnya menjerit. "sebelumnya saya minta maaf, jika kedatangan saya mengganggu mu". hening sesaat, tak ada niatan julia ingin memotong kalimat Ali. "saya juga tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya sendiri. demi Tuhan, tak ada rencana dalam hati saya merendahkan mu, julia. tapi bayangmu datang menghantui setiap saat saya, tak peduli siang dan malam, tak peduli saya sibuk atau tidak, bahkan urusan saya terganggu oleh bayangmu. kau menyulut has...rat saya, julia." katanya akhirnya. biarlah dia dimaki oleh wanita tersebut. julia memalingkan wajahnya yang sudah merah padam, ingin rasanya dia sembunyikan wajahnya sejauh mungkin. "maafkan saya, julia. saya tidak bisa mengontrol diri saya sendiri, jauh darimu adalah hukuman terberat bagi saya. saya.. sa ngat tersiksa, ju lia". katanya terbata bata. tapi air matanya turut serta menjelaskan betapa tersiksanya pria tersebut. Lama mereka terdiam, tak ada makian yang keluar dari bibir wanita cantik itu, tidak ada pula wajahnya menampilkan rasa jijik pada pria itu. "aku tidak tahu harus bagai mana. aku minta maaf jika aku begitu berpengaruh pada kakak. ehmmm...,,, jika kehadiranku bisa mengobati segala kegelisahan kak Ali. maka, aku siap jika kakak mau menghalalkan aku jadi istri kak Ali". kata julia lirih tapi sangat jelas maksudnya. jantung Ali bagai suara gendang yang memenuhi telinganya. luar biasa terkejut dia mendengar kalimat gadis itu. dia berfikir akan dimaki maki oleh julia. tapi semua diluar dugaannya, sungguh mulia gadis dihadapannya ini. tanpa sadar, air mata Ali mengalir. Namun, sanggup kah Ali berkomitmen. Dia adalah pria yang suka dengan kebebasan. dia suka berpetualang antara satu wanita ke wanita lain. bagai mana jika dia mempersunting Julia?, pasti dia tidak bisa melakukan kebiasaannya seperti biasa. Ali bingung, dia menghela nafas panjang. tak tau harus berkata apa. diusapnya wajahnya berulang kali. guna menenangkan kegundahan hatinya. namun, tak juga bisa menenangkannya. ditatapnya julia yang masih terdiam. "saya tidak tahu julia, saya begitu membutuhkanmu. tapi disamping itu, saya adalah pria yang suka dengan kebebasan. saya tidak suka terikat pada satu hubungan". akhirnya Ali menyampaikan isi hatinya. julia terkejut mendengar kalimat Ali, dia tidak menduga pria tersebut adalah jenis pria tanpa perasaan. ternyata Ali adalah pria yang suka bermain wanita. " jika begitu, maaf kak Ali. aku tidak bisa menyetujui keinginanmu. aku tidak akan membiarkan hidupku berkubang dosa, padahal dosa yang tanpa sengaja kulakukan sudah terlalu banyak. mungkin sampai disini saja urusan kita, anggap saja kak er tidak pernah mengatakan apapun padamu. Assalamu'alaikum..." pamitnya. lalu dia masuk kedalam rumah. Ali membatu, apa yang dipikirkannya. tentu saja Julia tidak mau berhubungan tanpa ikatan. Ali pun pulang dengan hati hampa. hari sudah mulai gelap, Ali melajukan mobilnya tanpa tau tujuannya kemana. dia butuh menenangkan hatinya, dia butuh pelampiasan. lalu dia mengarahkan mobil menuju sebuah clubs' malam. dia menghubungi salah satu temannya. " hallo rob, datanglah ke tempat biasa. aku butuh teman curhat" "hallo Al,,, hahaha. ada apa gerangan. baiklah tunggu aku disana" terdengar sahutan di seberang sana. tiga puluh menit menunggu, akhirnya temannya datang juga. " hai bro,, wow..wow.., seorang casanova ternyata bisa galau juga ya. aku jadi penasaran. apa yang membuat seorang Ali bisa putus asa". "duduklah,,, ada hal yang ingin aku ceritakan padamu". jawab Ali merasa hatinya semakin gusar mendengar ocehan sahabatnya tersebut. " aku punya sahabat saat kuliah dulu...." lalu mengalir lah cerita Ali kepada robby tanpa ada yang ditutupi. robby yang mendengarkan cerita Ali, manggut manggut seakan dia mengerti kegundahan sahabatnya itu. " berkomitmen itu memang berat, bro. tapi punya pasangan itu pun sungguh enak. setiap saat ada yang mengurus mu, saat kau pulang kerja, ada yang menunggui mu. setiap kau bangun tidur, ada wajah damai yang bisa kau jumpai. dan pastinya kau tak perlu membayar jalang dan memakai pengaman karena takut penyakit". kata robby mencoba menyadarkan Ali. "oh..., ayolah Ali. rasa nikmat yang kau dapatkan akan berkali kali lipat nikmatnya. apa lagi dia adalah wanita yang menjaga dirinya, yang bahkan ujung kukunya pun tak pernah tersentuh orang lain. berpikirlah lagi. sayang saja aku sudah punya ema, kalau tidak, aku juga mau menggantikan posisimu". kata robby lagi seakan memanasi hati Ali. "sialan kau, jangan pernah kau sentuh dia. atau aku akan membunuhmu saat itu juga". "hahahaha....haaa..., bisa juga kau cemburu hemmmm. jika kau takut dia disentuh orang lain, mengapa tidak segera kau nikahi. apa lagi dia tidak menolak." " aku hanya takut menyakiti hatinya, rob". "maka, berusahalah jadi pria sejati, man... pria hebat itu bukan seberapa banyak dia menaklukkan hati wanita, tapi seberapa sanggupnya dia menjaga hati wanitanya." kata robby. "oke lah ali, Ema pasti sudah menungguku. berpikirlah yang baik. oke...!! bye. Ali terdiam mencerna kembali ucapan Robby. berkomitmen dengan satu wanita... "hah, bodoh aku. tentu saja rasanya sama saja kan, yang penting itu adalah ketenangan hati". gumamnya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN