Pesawat Qantas airlines membumbung tinggi ke udara meninggalkan Kota Sydney untuk terbang ke Jakarta -Indonesia. Duduk di kursi kelas bisnis 6 A di samping jendela , seorang wanita berambut hitam legam berwajah tirus dengan mata yang ditutupi kacamata Chanel persegi. Sesekali wanita itu meremas tangannya atau mengangkat sedikit kacamatanya untuk menghapus bulir-bulir airmata di sudut matanya. Wanita itu keliatan sangat nervous. Apakah ini kali pertama dia naik pesawat? Sepertinya tidak. Melihat penampilannya yang berkelas, memakai office blazer dari Paul Smith dipadukan celana panjang dari merek yang sama. Menentang tas kerja hitam merek Tumi dan juga sepatu pantofel berhak 3 cm bermerek Bally. Tidak mungkin wanita dengan penampilan seperti ini, pertama kali naik pesawat. Sangat Impossible!
Han Min yang duduk di kursi 6 C melihat wanita itu dengan terheran-heran, tapi dia hanya bisa diam saja tanpa berani bertanya meskipun instingnya sebagai seorang polisi mengatakan ada sesuatu yang salah tentang wanita ini. Saat melihat wanita ini di bussines louge sebelum boarding tadi, wanita ini kelihatan baik-baik saja dan sangat percaya diri, dia berbicara cepat dengan bahasa inggris dengan koleganya dan memerintahkan mereka untuk mengirim email kepadanya. Dari pembicaraan via telepon itu. Han Min tahu, kalau wanita itu adalah seorang pengacara. Saat proses boarding yang selalu mendahulukan kelas bisnis, Wanita itu juga tampak baik-baik saja. Melangkah dengan anggun dan mantap memasuki pesawat sambil mendorong koper berwarna silver merk Rimowanya. Dan semuanya itu berubah ketika dia akan duduk di kursinya dan mengetahui yang duduk di sampingnya adalah Budi Santoso, ajudan Han Min yang memakai seragam dinas lengkap kepolisian Indonesia. Han Min dan Budi akan kembali pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan pertemuan internal dengan interpol di Australia.
Wanita itu berusaha minta ganti tempat duduk kepada pramugari tetapi pramugari mengatakan dengan sangat menyesal bahwa semua tempat duduk kelas bisnis dalam penerbangan ini telah penuh, sehingga tidak mungkin bagi dia untuk mengganti tempat duduknya. Wanita itu terduduk lemas dan dia mulai nervous. Meremas tangannya , meremas ujung blazernya dan mulai menghapus air matanya. Han Min menatapnya dengan tatapan iba. Karena rasa ibanya kepada wanita nervous itu meskipun dia tidak tahu apa yang menyebabkannya begitu nervous. Han Min tergerak untuk memberikan tempat duduknya ke wanita ini
“ Excuse me Miss. Do you want to sit here? I can sit at your place if you not comfortable to sit there. He is with me, so never mind if you want to change your seat”. Kataku menawarkan kepada wanita itu untuk bertukar tempat duduk denganku . Wanita itu memandangku dan terdiam seperti berpikir lalu dia menghela nafasnya yang terasa begitu berat dan berkata dengan suara pelan.
“Would you please, sit here with me and your friend move there?” Tanyanya.
Loh? Berarti dia bukan tidak nyaman dengan tempat duduknya sendiri. Ternyata dia itu , tidak nyaman dengan Budi. Budi memandangku kebinggungan. Aku memberinya kode untuk pindah duduk ke tempatku dan aku pindah ke kursi Budi di 6 B. Perempuan itu terlihat sangat lega ketika aku duduk di sampingnya. Dia mengangguk dan mengucapkan terima kasih sambil menyunggingkan senyum tipis. Han Min yang sekarang jadi binggung. Apakah wanita ini ada maksud mendekatinya? Apakah ini semacam trik baru dari wanita-wanita dewasa modern bila ingin mendekati laki-laki yang membuatnya tertarik?
Budi mengedipkan mata pada Han Min dan Han Min langsung memelototinya. Ajudannya ini memang suka menggoda Han Min yang betah hidup menduda selama puluhan tahun. Kalau datang ke rumah Han Min , Budi dan Mamanya sangat suka menjodohkan dia dengan janda-janda atau bahkan gadis-gadis yang mereka kenal sampai kadang Han Min kesal kepada mereka berdua.
Seperti saat ini, Budi masih tetap menggodanya dan Han Min berpaling melihat ke arah jendela tempat wanita itu yang sekarang duduk tenang, tidak lagi meremas tangannya atau blazernya. Sepertinya dia sekarang tertidur atau kalau tidak tidur pasti dia sedang memejamkan mata, karena dia tampak tenang sekali. Han Min juga diam saja dan mencoba untuk tidak tertarik lagi dengan wanita ini. Tapi hatinya tetap bertanya-tanya, itu mungkin karena rasa penasarannya mengapa wanita ini bisa begitu nervous duduk dengan Budi yang berseragam lengkap, sedangkan duduk dengan Han Min yang memakai jas hitam, dia tampak sangat tenang dan kembali dengan sifatnya yang percaya diri. Sepertinya dia bukan tertarik pada Han Min dan minta Han Min untuk duduk bersamanya karena sampai pesawat sudah take off, tidak sedikitpun wanita ini mengajaknya ngobrol. Sepertinya wanita ini ada phobia dengan pria-pria berseragam lengkap. Begitu kesimpulan yang paling logika yang bisa di buat Han Min untuk wanita ini.
Ketika pramugari menawari wine untuk kami, wanita itu mengangguk sedangkan aku menggeleng. Karena ini masih jam tugasku dan aku tidak boleh minum wine saat bertugas. Wanita itu memandangku keheranan karena jarang orang yang menolak wine di kelas bisnis. Saya yang melihat keheranannya menjawabnya dengan bahasa inggris
“ Ini masih jam tugas saya, meskipun saya sedang terbang tetap saja saya tidak boleh minum”. Kataku sambil tersenyum
Dia hanya mengangguk . Saat meneguk winenya, dia membuka kacamata Chanel nya dan diletakkan di samping gelas winenya. Bentuk mata wanita ini sangat indah. Sedikit sipit dengan ujung melengkung indah khas wanita china. Han Min terpaku melihatnya. Wanita itu memalingkan wajahnya tanpa senyum. Sepertinya dia kembali tidak nyaman. Han Min jadi merasa bersalah karena kekagumannya membuat wanita itu tidak nyaman. Han Min tidak berani lagi memandang ke arah wanita itu, Han Min takut sinar mata kekagumannya akan membuat wanita itu menjadi tidak nyaman kembali.
Saat pramugari menawari makanan. Wanita itu memilih spaghetti tuna cheese dan Han Min memilih salad. Han Min terkejut ketika wanita itu bertanya.
“ Anda tentunya sangat menjaga kesehatan sehingga hanya memilih salad untuk makanan anda” Katanya.
Aku memandangnya dan melihat dia sibuk mengaduk-aduk spaghettinya tanpa memandangku.
“ Aku masih kenyang, karena sudah makan sushi di bussiness lounge ” Jawabku sambil menyendok sayuran ke mulutku.
“ Terimakasih sudah bersedia menukar tempat duduk di sampingku. Mohon maaf aku tidak mengucapkannya secara benar tadi “ Katanya.
“ Tidak apa-apa saya mengerti” Kataku. Aku lalu memberanikan diri untuk menatapnya dan bertepatan dia juga sedang menatapku.Mata kami bertemu. Aku lalu menjulurkan tanganku
“ Namaku Lim Han Min. Senang berkenalan dengan anda” Kataku dalam bahasa inggris kepadanya.
“ Namaku Linda Wijaya Smith. Terimakasih atas bantuan anda”. Katanya sambil menerima jabatanku sekilas. Seperti sentuhan yang bagai angin lalu, bukan merupakan jabatan tangan erat. Dia juga tidak mengucapkan senang berkenalan dengan anda . Dia hanya berkata terimakasih atas bantuan anda. Berarti dia tidak menganggap perkenalan kami ini membuatnya senang.
Namanya Linda Wijaya, tipikal nama cewek chinese Indonesia. Tapi ada Smith dibelakang namanya, pasti itu nama suaminya. Dia pasti kawin dengan bule yang mempunyai nama keluarga Smith sehingga dia memakai nama suaminya di belakang namanya. Kataku beramsumsi dan melanjutkan menyuap saladku.
“ Apakah kamu orang Indonesia. Namamu sangat Indonesia” Kataku. Dia hanya menggelengkan kepalanya.
“ Are you Indonesian?” Balasnya bertanya
“ Yes. I’m proud to be Indonesian” Kataku bangga. Wanita itu melengos dan memutar kepalanya ke arah jendela menatap langit nan biru dari balik jendela pesawat. Dia diam lagi dan memakai kembali kacamata Chanel nya untuk menutupi mata indahnya. Aku kembali diam dan bertanya dalam hatiku. Kenapa wanita ini tidak mau mengakui kalau dia dulunya orang Indonesia yang sekarang karena sudah menikah mungkin telah berpindah kewarganegaraan. Dari namanya saja sudah ketahuan banget kalau dia itu pasti orang Indonesia. Linda Wijaya . Wijaya, Salim atau Tanudjaya , itu adalah nama-nama marga china yang di Indonesiakan. Wijaya untuk yang bermarga Oei. Salim untuk yang bermarga Lim dan Tanudjaya, Tanoto dll nya yang ada bunyi Tan nya untuk yang bermarga Tan. Kenapa dia melupakan akarnya? Kenapa dia hanya menggeleng ketika aku tanya apakah dia orang Indonesia? Wanita ini sungguh penuh misteri. Dia seperti kasus-kasus kejahatan penipuan International yang selalu aku hadapi sebagai kepala divisi hubungan International di Kepolisian Republik Indonesia. Rasa penasaranku semakin timbul terhadapnya. Aku memalingkan muka ke arahnya dan kali ini tampaknya dia sudah benar tertidur karena kursi flatnya sudah rata sehingga dari tempat dudukku , aku hanya bisa lihat kakinya yang menekuk.
Aku memalingkan kepalaku ke arah kiri dan melihat Budi yang menatapku dengan kebingungan tingkat tinggi. Aku mendelikkan mataku dan dia mengatupkan jari jempol dan telunjuknya membentuk isyarat love seperti di film-film korea. Aku semakin mendelikkan mataku. Dan kali ini dia meletakkan kedua tangannya di atas kepala untuk membentuk love yang lebih besar. Aku mengacungkan tinjuku padanya dan Budi balas dengan meleletkan lidahnya. Dia memang ajudan paling kurang ajar terhadap bossnya. Tapi aku tahu, Budi itu juga ajudan yang sangat kompeten. Dia anak yang sangat pintar. Lulusan terbaik di angkatannya. Menguasai bahasa Inggris dan Bahasa Arab dengan fasih. Kerjanya juga selalu bertanggung jawab. Dia mulai menjadi ajudanku sejak 4 tahun lalu saat aku dilantik menjadi Kadiv Hubungan International dan aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri begitu juga dengan dia yang sudah mengangapku abangnya. Jadi hubungan kami kalau di luar kantor tidak seperti hubungan Ajudan dengan kepalanya tapi lebih kepada hubungan persaudaraan.
Kalau di kantor , Budi tidak pernah kurang ajar seperti ini. Dia akan tampil cool dan berkharisma. Mukanya yang sangat Indonesia , ganteng dengan kumis tipis membuat banyak polwan-polwan tergila-gila padanya.
Aku sangat bersyukur memiliki ajudan seperti Budi yang selalu siap sedia mendukungku dengan semangat mudanya.