Aileen kembali merebahkan tubuhnya di kasur, sambil wajahnya menatap ke arah lain karena ia merasa sangat malu saat ini meminta pertolongan dari Bara untuk membayar biaya rumah sakit tersebut.
"Berbaringlah," ucap Bara sambil menahan senyumnya, ia berhasil membuat gadis itu tinggal sementara malam ini bersamanya karena ia ingin lebih mengenal baik-baik gadis yang sudah menolongnya dari maut yang hampir membuat nyawanya melayang.
"Apa kau lapar?" tanya Bara dan seketika Aileen melihat ke arah Bara yang sedang menatapnya dengan serius saat ini. Ia merasa dirinya tidak sepantasnya untuk cuek kepada laki-laki yang mau membawanya ke rumah sakit hari ini, apa lagi laki-laki dihadapannya itu tidak berniat untuk menjahatinya atau apapun. Sehingga Aileen pun menghembuskan nafasnya dengan pelan, lalu mengangukkan kepalanya karena kebetulan dirinya juga sangat lapar sekarang.
"Aku akan memesan makanan untuk mu."
"Kau juga." Bara menatap sebentar Aileen.
"Hem, baiklah." Bara mengambil ponselnya dan menelpon kedua pengawalnya untuk segera membelikan makanan 2 porsi dan diantarkan ke rumah sakit yang ia katakan.
Bara mematikan panggilannya, lalu kembali duduk dekat di samping Aileen. Entah kenapa ia merasa sangat menyukai menatap wajah gadis dihadapannya saat ini.
"Nama?" ucap Bara dengan tiba-tiba.
"Hah?" Aileen kebingungan dengan ucapan Bara yang tiba-tiba berkata seperti itu.
"Nama kamu siapa, supaya aku lebih mudah memanggil mu," jelas Bara.
"Oh. Panggil saja, Aileen."
"Aileen?"
"Iya."
"Kamu tinggal dimana?"
"Haruskah aku mengatakannya untuk mu?" tanya Aileen.
"Kalau keberatan juga tidak apa-apa," jawab Bara karena tanpa Aileen mengatakannya, ia juga bisa mencari alamat rumah gadis itu sendiri.
"Maaf, aku tidak bisa memberikan informasi pribadiku dengan orang asing."
"Baiklah, aku akan memakluminya."
"Terima kasih."
"Untuk?"
"Untuk semuanya, termasuk sudah mau mengantarkan aku ke rumah sakit ini."
"Seharusnya aku yang berterima kasih kepada mu karena kamu sudah menjadi penyelamat untuk ku. Jika tidak ada kamu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasibku," jelas Bara.
Aileen pun diam saja dan tidak ingin lagi berbicara karena dirinya tiba-tiba saja mengantuk ingin tidur.
"Jangan tidur sebelum makan!" ucap Bara menyadarkan Aileen, sehingga gadis itu pun tidak jadi memejamkan matanya mendengar ucapan Bara.
"Hem, baiklah!" ucap Aileen ia hanya bisa menguap dan menahan rasa kantuknya.
"Setengah jam lagi mereka akan tiba," ucap Bara.
"Tapi aku sudah sangat mengantuk," ucap Aileen.
"Sebentar." Bara mengambil air berada di dalam botol, lalu meyiramkan ke handuk kecil sedangkan Aileen bingung melihat apa yang sedang laki-laki itu lakukan saat ini.
"Sini, mendekatlah!" ucap Bara sambil mendekatkan handuk tersebut ke wajah Aileen dan gadis pun menuruti apa yang Bara katakan. Bara mengelap handuk yang dalam keadaan basah ke wajah Aileen.
"Apa lebih baik sekarang?" tanya Bara dan Aileen hanya mengangukkan kepalanya pelan. Bara dan Aileen saling bertatapan mata, wajah mereka berdua begitu sangat dekat saat ini.
Saat Bara ingin menyentuh bibir gadis itu, tiba-tiba saja ada suara ketukan pintu dari luar sehingga kedua orang itu sangat terkejut. Bara langsung keluar membuka pintu dan melihat siapa yang mengentuk pintu tersebut.
"Ada apa?" tanya Bara yang bingung melihat ada orang asing berdiri di depan pintu saat ini.
"Maaf, Mas. Sepertinya saya salah kamar," ucap perempuan tersebu.
"Oh, baiklah." Orang tersebut pun langsung saja pergi karena merasa tidak enak hati dan sekaligus merasa malu dengan Bara, sedangkan Bara hanya bisa mengelengkan kepalanya saya. Ia pun kembali mendekati Aileen yang terlihat seperti sedang kepanasan, padahal ia tidak tahu bahaw gadis itu sedang salah tingkah karena kejadian barudan.
"Kamu kenapa?" tanya Bara
"Tidak apa-apa, hanya merasa sangat gerah saja, kok," ucap Aileen berbohong.
"Oh, baiklah. Aku akan menyalakan AC nya," ucap Bara yang masih tidak menyadari kenapa Aileen seperti itu sekarang.
Aileen begitu sangat gelisah karena dari tadi Bara terus menatap dirinya, padahal ia benar-benar merasa tidak nyaman sama sekali jika laki-laki itu seperti itu kepadanya. Aileen mencoba untuk memalingkan wajahnya namun, Bara akan berpindah dan ia akan kembali melihat wajah itu. Sehingga gadis itu merasa sangat jengah sekarang.
"Bi—" ucap Aileen terpotong ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar dan terlihat kedua orang laki-laki berjalan menuju ke arahnya sambil memegang paper bag yang tentu saja isinya adalah makanan pesanan Bara tadi.
"Ini, Tuan," ucap Jamil memberikannya kepada Bara dan dengan segera Bara mengambilnya.
"Baiklah, silahkan kalian berdua pulang sekarang!" Jamil dan Jamap saling bertatap muka, padahal mereka baru saja tiba namun sekarang malah diusir oleh Bara. Mereka berdua sangat berharap bisa menginap juga namun melihat tatapan tajam yang di berika Bara untuk mereka berdua, seketika membuat nyali menciut. Sehingga kedua laki-laki itu langsung saja pamit pulang.
"Kau sudah lapar, kan?" tanya Bara sambil mengeluarkan kotak makanan yang berada di paper bag tersebut, lalu menyerahkannya kepada Aileen.
"Terima kasih," ucap Aileen, perlahan-lahan ia membuka kotak makanan itu yang isinya berbagai macam sayur, serta lauk makan seperti ayam masak kecap.
Sebelum melahap makanan itu, Aileen berdoa dalam hati sedangkan Bara langsung saja menyuap makanan tersebut karena selama ini ia memang tidak pernah berdoa saat makan.
"Makanlah yang banyak." Bara memberikan sebagian lauk makannya untuk Aileen dan gadis itu sedikit heran melihat Bara memperlakukan dirinya seperti itu, padahal mereka berdua baru saja kenal itu pun tidak seakrab yang Aileen pikirkan.
"Terima kasih." Aileen kembali melanjutkan makannya hingga beberapa suap sendok makan, lalu minum air putih beberapa kali teguk. Ia merasa sangat lega perutnya sudah terisi dengan makanan yang begitu mengugah seleranya.
Bara memperhatikan Aileen sedang makan. Ia pikir gadis dihadapannya itu akan malu makan bersamanya namun, ternyata tidak sama sekali. Gadis itu terlihat biasa-biasa saja saat makan, biasanya Bara akan melihat orang lain akan makan sedikit jika berada di hadapan orang asing.
"Aku harus mendapatkan mu!" gumam Bara dalam hatinya yang sedikit termenung dengan pikirannya.
"Kamu kenapa menatap ku seperti itu?" tanya Aileen yang langsung saja menghentikan makannya. Lagi-lagi laki-laki di hadapannya itu terus menatap dirinya berulang kali, merasa ditatap seperti itu rasanya Aileen ingin segera pergi menjauh, seandainya ia memiliki dompet serta ponsel mungkin sudah dari tadi ia akan pergi, rasanya Aileen sudah tidak betah lagi bersama Bara saat ini.
"Tidak apa-apa," jawab Bara, lalu melanjutkan makannya, seolah-olah dirinya tidak memiliki salah apapun kepada Aileen. Sedangkan Aileen sudah tidak berselera lagi untuk melahap makanannya, ia ingin membuangnya namun sangat mubazir sehingga ia pun dengan terpaksa memakannya lagi.
"Laki-laki ini, sangat konyol! Aku tidak menyukainya sama sekali!" gumam Aileen dalam hatinya. Ia akui Bara memanglah laki-laki yang tampan dan termasuk tipe laki-laki yang ia sukai. Namun, sikap Bara seperti itu membuat dirinya tidak ingin bermimpi memiliki laki-laki seperti Bara.