Setelah membeli salep untuk di oleskan di dahinya, kini Bara meminta pengawalnya untuk segera menyusul Aileen yang sudah pergi jauh dari mereka. Bara rasa gadis itu menuju kembali ke kantor tempat gadis itu bekerja karena melihat jam pulang kantor masih menunggu beberapa jam lagi.
"Jamal, apa kau memiliki sisir?" tanya Bara.
"Iya, ada, Tuan." Jamal langsung mengeluarkan sisirnya dan memberikan kepada Bara.
"Aku akan meminjam sebentar."
"Baik, Tuan."
Bara pun langsung bercermin dan menyisir rambutnya karena ia ingin mengubah gaya rambutnya supaya bisa menutupi jidadnya yang terdapat beberapa benjolan. Ia malu ketika benjolan itu nanti di lihat oleh Aileen dan membuat gadis itu akan mengejek dirinya.
Sekarang mobil telah berhenti di depan kantor tempat Aileen bekerja, Bara dengan segera keluar. Wajahnya yang dingin membuat orang-orang merasa segan untuk menyapa Bara sedangkan laki-laki itu biasa-biasa saja dan tentunya tidak perduli dengan semuanya.
"Maaf Tuan Bara, apa Anda ingin menemui nona Ailee?" tanya resepsionis yang langsung menghampiri Bara, gadis itu sepertinya sudah hapal akan kedatangan Bara dan terutama semua para karyawan yang bekerja disana di perintahkan oleh pemilik perusahaan itu untuk tidak melarang Bara masuk karena bos perusahaan itu sudah sangat akrab dengan Bara selama ini.
"Hem," jawab Bara dengan singkat.
"Maaf Tuan, nona Aileen barusan ijin pulang," ucap resepsionis itu.
"Pulang? Kenapa?"
"Katanya ada urusan mendadak yang harus segera ia tangani," jelas gadis itu.
Bara langsung pergi setelah mendengar penjelasan resepsionis itu. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering yang ternyata itu dari sekretarisnya, rasanya Bara ingin mengabaikan panggilan tersebut akan tetapi setelah di pikir-pikir ia takut ada hal yang penting ingin di sampaikan oleh sekretarisnya itu. Bara yang ingin mengangkat panggilan itu, tiba-tiba panggilan tersebut dimatikan hingga membuat Bara menjadi bingung. Bara mencoba untuk menelpon sekretaris nya tapi nomor ponsel gadis itu sudah tidak aktif lagi, akhirnya Bara memutuskan untuk pergi kekantor saja terlebih dahulu sebelum pergi ke apartemen Aileen.
"Ada apa lagi ini?!" gumam Bara kesal. Ia pun dengan terpaksa pergi kekantor dengan exspresi wajah yang tidak enak di pandang sama sekali. Jamal dan Jamil kebingungan melihat tuan mereka yang tidak kembali masuk kedalam mobil, justru malah berjalan menuju ke kantor nya, sehingga mereka pun mengikuti Bara secara perlahan-lahan dan tidak ingin berani untuk bertanya karena mereka tahu, dari exspresi wajah tuan mereka saja sedang terlihat dalam keadaan tidak baik saat ini.
"Dimana, Jeslin?" tanya Bara kepada salah satu karyawannya.
"Berada di kantin, Pak," jawab gadis itu dan Bara langsung pergi menuju ke arah kantin, ia melihat Jeslin sedang menikmati makan siangnya berada di meja makan.
"Pak Bara," sambut Jeslin, ia langsung berdiri memberikan rasa hormatnya kepada bos nya itu.
"Ada apa kau memanggil saya?" tanya Bara.
"Maaf Pak, orang itu datang lagi," ucap Jeslin sambil menunjuk ke arah pojokkkan kantin dan kedua mata Bara langsung memandang ke arah sana, ia melihat ada kerumunan yang sedikit menghebohkan.
"Dasar tukang ganggu!" ucap Bara kesal.
"Apa yang kalian lakukan?!" tanya Bara dengan dingin, semua karyawan yang berkerumunan tadi pun seketika terbuka lebar dan menampakkan seorang gadis cantik yang begitu seksi menatap nya.
"Pantas saja!" gumam Bara kesal.
"Bara Sayang, akhirnya kamu datang juga," ucap gadis itu dengan begitu centil dan Bara rasanya ingin muntah mendengar panggilan tersebut.
"Kenapa kau membuat keributan di kantor ku?" tanya Bara dengan sinis.
"Siapa yang membuat keributan? Aku hanya ingin memperkenalkan diriku dengan karyawan-karyawan kamu saja, kok," jelas gadis itu yang sudah terlihat sudah berusia 34 tahun.
"Sudahlah, sebaiknya kamu pulang dan jangan kemari!" usir Bara.
"Hei! Bara Sayang, kau kenapa tidak sopan sekali dengan Tante kesayangan mu ini, hem?!" Semua orang pun menatap ke arah Bara dengan tatapan yang begitu aneh.
"Ehem!" Bara pun berdehem untuk mencairkan suasana yang begitu canggung.
Semua karyawan pun langsung pergi ke tempat meja makan mereka masing-masing untuk kembali melanjutkan makan siang mereka yang sempat tertunda barusan. Sedangkan Bara langsung menarik lengan tantenya dan membawanya masuk ke ruangan pribadinya.
"Bara, sikap mu memang tidak mau berubah dari dulu rupayanya," ucap Raya yang tidak lain tante Bara sendiri, perempuan yang berstatus janda tanpa anak itu, baru saja pulang dari luar negeri karena ia sangat merindukan keponakan kesayangannya itu. Setiap kali dirinya mengajak panggilan video dengan Bara, laki-laki itu selalu menolaknya. Rasanya Raya ingin memaki keponakannya yang tidak pernah dewasa dari dulu.
"Tante, kenapa suka sekali membuat keributan disini setiap kali datang?"
"Bara, sudah Tante bilang, bukan? Tante tidak pernah membuat keributan sama sekali disini! Kamu saja yang merasa terganggu, bahkan tidak ingin menganggap Tante di depan banyak orang!" sindir Raya karena selama ini Bara memang tidak pernah memanggil dirinya dengan sebutan 'tante' jika di depan banyak orang, entah kenapa Bara begitu sulit mengatakan kalimat itu, apa lagi ketika melihat sikap tante nya yang begitu centil layaknya anak muda yang baru saja berusia 17 tahun, semakin membuat Bara kehilangan harga dirinya.
"Kenapa Tante kemari? Apa Tante memiliki keperluan?" tanya Bara dan tiba-tiba Raya membuka lebar kedua tangannya, lalu Bara pun langsung mendekat hingga kedua orang itu berpelukan sebentar. Jika tante nya seperti itu, Bara tentu saja tahu maksud dari semuanya sehingga dengan rasa malas ia melakukan hal itu semua.
Sekarang Bara dan Raya berbincang sebentar namun, sebenarnya tidak ada hal yang penting di bahas karena Bara berulang kali menyuruh Raya untuk segera pulang ke rumahnya saja saat ini.
"Tante, sebaiknya Tante pulang saja ke rumah dan duduk manis menikmati suasana rumah bersama mami saja!" ucap Bara mencoba untuk merayu tantenya.
"Aku masih merindukan keponakan kesayangan ku ini, nanti saja, ok?!"
Bara yang mendengarnya hanya bisa menghela nafasnya dengan sangat kasar karena tidak bisa berbuat apa-apa lagi ketika tante nya yang tidak mau mendengarkan ucapannya.
"Ya, Tuhan. Bagaimana lagi caranya aku membujuk tanteku ini?!' gumam Bara yang kebingungan.
Selama setengah jam berpikir akhirnya Bara menemukan sebuah ide, supaya bisa lepas dari tante nya itu. Ia pun mengambil ponselnya dan diam-diam mengirim pesan kepada salah satu pengawalnya.
"Apa Tante Raya sudah makan?" tanya Bara dengan berpura-pura penuh perhatian.
"Belum sama sekali, Bara kau tahu Tante sangat kelaparan sekarang!" oceh Raya dengan manja.
"Ya, Bara tentu saja tahu, Tante. Bara akan membelikan makanan untuk Tante, sebaiknya Tante tunggu saja," ucap Bara.
"Sepertinya rencana ini berhasil," gumam Bara dalam hati nya tersenyum dengan devil.
Sudah 10 menit lamanya menunggu, kini terdengar suara ketukan pintu dari luar dan ternyata itu adalah Jamil sedang membawa sesuatu yang tidak lain makanan yang di pesan oleh Bara barusan. Jamil langsung segera menghidangkan makanan itu di atas meja, sedangkan Bara berpura-pura beralasan ingin pergi sebentar untuk membayar makanan tersebut karena kurirnya tidak bisa masuk ke ruangannya, sehingga Raya pun percaya dan membiarkan Bara pergi begitu saja. Bara meminta Jamil menemani Raya di ruang kerjanya sementara ini, awalnya Jamil merasa sangat keberatan namun ketika mendapatkan ancaman gajihnya di potong akhirnya Jamil memilih untuk setuju saja.