bagian 9

920 Kata
Key memegang bahunya setelah selesai bekerja. Bahunya nampak pegal dan butuh pijitan tapi siapa? Entahlah. "Mamah." Panggil Nai, Nai mengangkat kedua tangannya tanda minta gendong. Nai duduk di kantin bude dan mengambil anaknya. "Ayo kita pulang sayang." Ajak Key. Key kembali berdiri dan menggendong Nai. "Bude, pamit pulang dulu ya, assalamualaikum" kata Key sambil meninggalkan warung. "Walaikumsallam ndok," jawab bude. "Ya Allah gusti, ringankanlah beban anak itu. Masih cewek tapi sudah kerja keras." Doa bude sambil memperbaiki dagangannya. **** Key menyusuri jalan trotoar. Setiap hari Key berjalan kaki untuk pergi bekerja dan pulang ke rumah karena jaraknya tidak terlalu jauh. Nai memandang wajah ibunya kemudian ia memeluk Key. "Uh, sayang anak mamah." Kata Key sambil mengeratkan pelukannya. Setelah sampai Key masuk ke dalam rumahnya dan seperti biasa. Mereka akan mandi dan makan setelah itu menidurkan Nai dan lanjut untuk menulis. "Nak key..." panggil seorang tetangga. Key keluar "Ya bu." Jawab Key. Ibu yang punya rumah kontrakan Key menagih uang sewa rumah. "Key, adakah uang buat bayar gubuk ini. Berapa aja nak, ibu lagi ada keperluan mendesak." Tagih bu Hafa. Key tersenyum kemudian mengangguk ''Ada bu, tunggu ya..." kata Key. Key merogoh uang celengan milik Nai yang selama ini ia kumpulin. Key membolongi celengan itu lalu mengeluarkan isinya. Ia menghitung uang itu hingga pas enam ratus ribu untuk bayar gubuk. Setelah pas, Kayla beranjak dari dudukannya dan menuju keluar. "Ini bu, saya bayar satu bulan dulu ya." Kata Key. Ibu Hafa mengangguk. "Gakpapa Key, makasih ya Nak. Salam buat Nai." Kata bu Hafa. "Oh iya Key, besok ada festival erau di lapangan sebelah. Acaranya besar, jika kamu ingin jualan nanti di sediakan tempat. Tempatnya gratis gak usah bayar." Tawar bu Hafa. Key berfikir sejenak, jika ia terima nanti ujung- ujungnya bu Hafa minta duit lagi. Key menggeleng "Gak bu, nanti Key berkeliling saja. Yaudah saya masuk dulu bu..." Key menutup pintu dan bersiap mandi. Bu Hafa nampak kesal. "Kenapa tidak jual diri saja sih." Gumam ibu itu sambil melangkah pergi. **** Setelah mandi Key menuju pasar malam terdekat untuk membeli bahan makanan. Key akan berjualan besok, berkeliling di festival irau tengkayu untuk menjejakan dagangannya. Jika di tempat lain seperti Yogyakarta dan Surakarta ada acara upacara sekaten yang didominasi oleh pembagian hasil bumi. Namun di Tarakan juga ada. wisata Pesta Rakyat Iraw Tengkayu. Tempat wisata di Tarakan ini merupakan saksi bisu sejarah dari masyarakat yang membagikan berbagai hasil bumi dari Paguntaka yang sering diperingati setiap dua tahun sekali. Key merasa senang walaupun hidupnya begini, tidak susah seperti pertama kali merantau di kota orang dulu apalagi waktu hamil Nai. *** Nadien menatap delapan lelaki yang diincar. Delapan lelaki itu sudah tidak bernyawa. "Kau memiliki hobby baru hm?" Tanya Pras setelah sampai. Nadien melangkah melewati delapan mayat. "Mereka yang melecehkan anakku. Key. Karena mereka aku tidak bis melihatnya lagi." Jawab Nadien. Nadien berhasil melacak keberadaan Key tapi hasilnya nol. Gelang itu sudah terjual di salah satu toko emas. Para pengawal dan detektif tidak berhasil menemukan Key. Karena Key pandai bersembuyi dan kamuflase. "Di tarakan ada festival, jika kau ingin kesana maka aku akan membelikan tiket." Ujar Pras menawari. Sudah lama dirinya tidak pernah kesana. Nadien menengok ia nampak mempertimbangkan sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah." Jawab Nadien. ***** Key memegamg teflon lalu menggoyangkanya agar adonan merata. Key sedang membuat kulit risoles untuk di jual nanti. Untuk besok Key meliburkan diri dulu dari pekerjaannya. Key nampak tersenyum saat melihat kue buatannya setengah jadi. Seperti pais singkong, lemper dan isi risoles goreng. Key menjual dengan harga dua ribuan, sangat murah untuk jaman sekarang. Walaupun memasak bukan ahlinya tapi berkat belajar ia jadi bisa dan pandai. Key nampak melihat Nai sedang menonton film kartun di sebuah tv tabung kecil berukuran empat belas in. "Mamah harus lebih giat dan rajin mencari uang, agar Nai bisa hidup enak nantinya." Gumam Key ceria. Setelah dua jam kemudian pekerjaan Key selesai, Key nampak membersihkam sisa piring kotor dan mencucinya. Setelah selesai seperti biasa Key bermain hp. Key juga manusia bukan, dia juga masih remaja berusia 17 tahun jadi jika ia memiliki android dan hobby kenapa tidak. Key mengambil hpnya dan menuliskan syair indah. Sunyi malam menghampiri... Bayangan hitam melesat tajam... Sang Cinta berlari... Langkah lelah paksanya berlari... Sang Cinta tertancap dua taring tajam.. Sang Cinta menutup mata menikmati sakit mulai menjalar si raga... Sang jiwa mulai terbakar si mulut beringas... Hitam legam sang mata berubah... Pergi sudah si malam... Berjalan lah sang Mentari... Panas... Sakit menggelora sang raga dan si jiwa... Rintik mutiara tak menuju bumi... Linglung sang Cinta... Apa di rasanya... Paksanya si raga bangkit... Sang kaki berlari.... Kala rumah tua di tujunya... Beringas si mulut... Cengkraman kuat sang tangan... Malam kembali berlari mengejar Mentari... Mentari hilang... Malam berkuasa... Terbuka sang mata... Dan sang Cinta sadar tlah b******a dgn keabadian... Berlari sang Cinta... Hingga melihat sang di Cinta berdiri di pinggir danau...  Sembunyi sang Cinta... Tapi jiwa bergejolak... Dua taring sang Cinta meronta... Malam hening nan sunyi b******a dengan kegelapan jdi sahabat sejati sang Cinta... Jalanlah sang kaki gemetar keringat dingin kala sang di Cinta di tuju... Taring meronta sampailah pada leher sang di Cinta... kegelapan masih menikmati sang bulan... Sang Cinta memecah sunyi sekelebat bayangan hitam melaju dgn sang angin... Malam berlari lagi... Mentari menyelimuti bumi... Panas b******a dgn raga sang di Cinta... Dan perih pedih berlari kala jiwa sang di Cinta d tujunya... Hitam legam sang mata... Besi adalah sang tulang... Jerit tak kuasa... Terbuka si mulut... Tersungkur sang Cinta... Dan lagi... Rintik mutiara tak menuju bumi... "Tidurlah amor!! " bisik sang Cinta... Tertutup lah mata sang di Cinta.... Lenyap gelap sudah semua.... Berjalan santai sang bulan menggandeng kegelapan... Sunyi... Hening... Dingin sang mata terbuka... Bangkit lah raga... Melompong kosong sang jiwa.... Debat dahsyat alam semesta... Berjuta mutiara langit saksinya... Sang Cinta lenyap dengan sang di Cinta -Kayla.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN