Lelaki Dari Masa lalu Ratna

1134 Kata
Setelah pertengkaran Alisa dengan Farel pagi itu, Alisa berangkat kerja lebih awal. Pertengkaran itu, membuat suasana hati Alisa tidak baik, ia tidak ingin memulai pekerjaan dengan suasana yang buruk, apalagi profesinya sebagai bidan. Ia meminta, teman seprofesinya untuk menggantikan dirinya pagi itu. Alisa ingin mencari udara segar untuk menenangkan pikiran. Alisa menghentikan taxi, membawanya ke pemakaman Ratna, ia ingin mencurahkan semua kesedihan hati di gundukan tanah yang sudah mulai di tumbuhi rumput itu, tanah tempat sang kakak di makamkan. Taxi membawanya ke pemakaman umum, di daerah Pondok Ranggon Jakarta timur, sebuah pemakaman umum yang sangat luas, setelah membeli bunga dan air mawar, Alisa berjalan menyusuri deretan makam-makam yang berbaris rapih. Melihat banyak tanah kuburan yang ia lewati, mengingatkannya pada diri sendiri ‘ semua manusia akan mati pada akhirnya, dunia yang fana ini, hanya tempat sementara’ ucap Alisa, menatap sebuh makam yang masih menampakkan tanah yang masih merah, dan penghuninya umurnya belum genap berusia 17 tahun, terlihat dari tanggal yang tertulis di batu nisannya. Di samping kuburan Ratna , Alisa mengeluarkan alquran kecil dari dalam tasnya, yang selalu ia bawa ke manapun ia pergi, dan sering sekali saat ia merasa suasana hati yang tidak baik, ia akan membacanya di setiap kesempatan. Setelah menaburkan bunga, dan menuangkan air di makam Ratna, ia mulai membaca beberapa ayat alquran, setelah itu ia mulai curhat. “Mbak, hari ini aku bertengkar dengan Mas Farel, dia sangat egois dan keras kepala, belum lagi ibunya yang sangat cerewet dan kakaknya jahat, mbak, kadang aku berpikir, tidak kuat menahan tekanan dari mereka semua, tapi demi si kembar aku akan berusaha bertahan. Doakan aku iya mbak,” ucap Alisa curhat panjang lebar. Tetapi curhatan itu tiba-tiba terhenti, karena ada seseorang lelaki yang datang bertamu di makam Ratna. Awalnya ia berpikir lelaki bertubuh tinggi itu, akan ziarah ke kuburan di sebelah Ratna, tetapi ia berjalan mengitari kuburan Ratna dan berdiri di depan Alisa. “Mas siapa?” “Mbak siapanya?” Lelaki tampan itu balik bertanya. “Saya adiknya Ratna.” “Oh, adik iya, pantas sedikit mirip, Saya Faisal.” ‘Faisal, Faisal pernah dengar nama itu siapa iya? dan di mana aku pernah melihatnya’ otak Alisa berputar-putar bagai baling-baling kipas. “Mas sendiri siapnya Mbak saya?” “Saya teman.” Mendengar kata teman, Alisa berpikir tentang gosip perselingkuhan Ratna. ‘Apa dia, apakah gosip itu benar?’ “Teman yang seperti apa?” “Teman tidak harus perempuan, kan, lelaki juga bisa,” jawab lelaki berwajah tampan itu dengan santai. “Kalau sudah menikah alangkah baiknya teman lelaki dibatasi, untuk menjauhkan kita dari tuduhan fitnah,” ujar Alisa lagi. “Oh, apa kamu yang bekerja sebagai bidan?” “Sepertinya hubungan Mas dengan mbakku dekat sampai pekerjaanku juga mas tahu.” “Iya, kami sudah berteman sejak dari kuliah, Ratna perawat dan saya dokter.” Alisa terdiam, ia teringat dengan ucapan Farel yang menyingung, teman lama yang jadi selingkuhan Ratna. ‘Apa benar seperti itu, apa orang ini yang jadi selingkuhan Mbak Ratna, apa dia yang ayah si kembar? Aduh jantung’ Alisa memegang d**a’ jantungnya berdetak tak beraturan. “Saya izin pamit pulang duluan, karena hari ini saya ada jabwal bertemu pasien,” ujar Alisa, ingin rasanya ia cepat-cepat menghilang dari hadapan pria tersebut. “Baiklah, silahkan, saya juga harus pergi, hari ini saya juga ada janji. Apa perlu saya antar Mbak Alisa?’ tanya lelaki berwajah tampan itu, lelaki yang bernama Faisal ini sangat berbeda dengan Farel dan Dimas, kulitnya putih terawat. Farel yang bertampang tegas egois, kaku tiang jemuran, Dimas juga tegas tetapi ada sisi lemah lembut dari dirinya. Kedua lelaki itu sama-sama bertampang tegas, karena bekerja sebagai abdi negara. Tetapi lelaki yang saat ini bersama Alisa kulitnya bersih. Apa karena sikap kasar Farel pada mbak Ratna, membuatnya selingkuh dengan dr. Faisal? Astagfirullah’ Alisa menyebut dan mengetuk-ngetuk tangannya di tanah , tanda amit-amit. “Tidak perlu Mas, terimakasih.” Alisa menolak diantar. “Baiklah, kalau kamu tidak mau, tapi bagaimana kabar si kembar?” Mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba mata Alisa menatap tidak suka, pada lelaki berkulit putih tersebut. ‘Bahkan sama si kembar juga ia kenal, sejauh mana hubunganmu sama mbakku. Ah … ini membuatku marah’ “Apa ada masalah?” Tanya Faisal saat melihat Alisa diam. “Tidak, aku hanya penasaran, hubungan apa yang kamu miliki dengan mbakku, sampai-sampai kamu mengetahuinya segalanya tentang mbakku.” Faisal menghela napas panjang, lalu ia menoleh benda yang melingkar di pergelangan tangannya, menoleh ke Alisa dan berkata; “Saya masih punya sedikit waktu, apa kamu mau meluangkan waktu sebentar untuk kita bicara?” Alisa juga melakukan hal yang sama, ia mengusap layar ponselnya, dan melihat jam di layar ponselnya, lalu ia menjawab; “Baiklah, saya akan membatalkan janji saya hari ini, mari kita bicara, karena sesungguhnya banyak hal yang ingin aku ketahui tentang hubunganmu dengan mbak Ratna.” “Ok, baiklah.” Berjalan bersama dari pemakaman menuju mobil, tetapi saat itu teman Farel sedang berada di sana, melihat berjalan bersama Faisal, membuat lelaki itu menghela nafas, mengambil gambar dan mengirim pada Farel. [Apa istrimu yang sekarang bertemu dengan lelaki yang di temui almarhum istrimu?] Melihat pesan yang masuktersebut Farel merasa sangat marah, ini kemarahan yang sama, yang pernah terjadi pada almarhumah Ratna. Pada saat itu, posisinya Farel sedang di kantor menangani kasus besar, tetapi konsentrasi nya sangat terganggu, melihat pesan yang dikirim rekan kerjanya. Ia meninggalkan kantor dan pulang kerumah. Disisi lain, Faisal dan Alisa tidak jadi mengobrol karena, Faisal ada urusan yang sangat mendadak. “Begini saja, mari kita bicara suatu hari nanti, ini kartu namaku, hubungi saya jika kamu punya waktu, kita akan bicara.” “Baiklah.” Alisa pulang naik taxi, dan Faisal pulang mengendarai mobil ke rumah sakit. Dalam taxi, Alisa tiba-tiba merasa tidak enak badan, setelah banyak pikiran-pikiran buruk yang menghantui-nya, ia memutuskan tidak masuk kerja hari itu. “Hari ini, benar-benar hari yang buruk, bertengkar dengan Farel pagi-pagi, dan bertemu dengan lelaki itu lagi, semua membuat kepalaku sakit,” ujar Alisa memijit keningnya. Saat ia menutup mata, sebuah pesan masuk ke ponselnya dari pengasuh si kembar. [Bu, bapak Farel pulang, dia berada di kamar si kembar, aku takut] [Apa yang dia lakukan?] [Bapak menyuruh kami keluar dan dia di dalam kamar] [Apaaa …? Jangan keluar, masuklah kembali dan temani mereka] [Aku takut Bu] “Iya Allah, apa yang ingin dia lakukan, cepat pak, lebih cepat lagi, anak saya dalam bahaya!” teriak Alisa panik. “Baik Bu.” Supir bertubuh gemuk itu langsung tancap gas, dan mengebut, untungnya Jakarta tidak macet saat itu, karena jam kantor sudah masuk. Hanya butuh lima belas menit dalam perjalanan, dan mobil berwarna biru itu akhirnya tiba di rumah bercat putih, berlantai dua. Alisa berlari setelah keluar dari Taxi, ia langsung menuju kamar si kembar. Ia berharap Farel tidak melakukan hal yang nekat karena marah. Apa yang dilakukan Farel dikamar sikembar?” Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN