01 - Sebuah Ide Gila

723 Kata
“Orang kayak kita itu cuma sampah di mata mereka.” Naira diam, merenungkan ucapan sahabatnya yang sedang menceritakan tentang kisah cintanya yang baru saja kandas terhalang restu. “Terus uangnya gimana? Kamu tolak?” tanya Naira beberapa menit kemudian. Melihat diamnya Maya, Naira berdecak sebal. “Kalau akhirnya sama-sama pisah, seenggaknya kamu ambil kek uangnya! Kan nggak rugi-rugi amat. Seratus juta bukan uang yang kecil, May …” Maya menatap malas rekan satu divisinya itu. Ia tahu, Naira memang tidak terlalu tertarik dengan dunia percintaan. Namun, apa gadis itu juga tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya saat dipaksa jauh dari orang yang ia cintai dengan iming-iming uang? Dengan tidak langsung, harga dirinya baru saja direndahkan. “Kamu bisa ngomong kayak gitu karena kamu nggak tahu rasanya jadi aku, Nai. Coba sekali aja kamu kenal cinta, lalu pas kamu lagi cinta-cintanya, kamu dapat penghinaan dari keluarganya kayak yang aku rasain!” kesal Maya. Naira tidak berpikir sejauh itu. Hanya saja, tadi Maya sempat mengatakan jika ia diiming-imingi uang seratus juta untuk putus dari kekasihnya. Dan Naira sangat menyayangkan saat mengetahui Maya tidak mengambil uang itu, meski akhirnya ia tetap harus berpisah dari pria yang ia cintai. “Ya nggak tahu, sih. Tapi kalau dapat kesempatan buat dapetin uang ratusan juta kayak gitu sih, aku pasti bakal ambil uangnya,” gumam Naira. Maya memutar bola matanya malas. Ia tahu, akan percuma membagikan kisah cintanya yang tragis pada Naira yang tak pernah mengenal cinta. Sejak awal pertemuan mereka dua tahun lalu pun, Naira memang jelas-jelas menunjukkan sifatnya yang hanya peduli pada bagaimana caranya agar ia bisa menghasilkan banyak uang tanpa melakukan dosa. Di tengah suasana senyap itu, tiba-tiba saja Naira kepikiran sesuatu. “Kalau aku dekat sama anak konglomerat, bisa jadi aku bakalan senasib sama kamu ya, May?” Maya melebarkan pupil matanya. Perasaannya seketika menjadi tidak enak. “Apapun yang ada di kepala kamu, singkirin itu! Jangan main-main, Nay! Apalagi urusan sama hati!” Bukannya melakukan apa yang Maya katakan, Naira justru merasa semakin tertantang. Ia sedang membayangkan, jika suatu hari ia juga akan ditawari uang ratusan juta hanya untuk menjauhi seorang pria. Bukankah itu kesempatan yang bagus bagi Naira untuk mengubah nasibnya? “Selamat pagi, Pak.” “Pagi, Pak.” “Selamat pagi, Pak.” Naira dan Maya ikut berdiri, dan menyapa seorang atasan mereka yang baru saja melewati meja kerja mereka. “May, Pak Cakra masih single kan, ya?” bisik Naira. Maya melirik ke arah sahabat dekatnya itu. Perasaannya semakin tidak enak. Ia was-was memikirkan apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh sahabatnya itu. Yang jelas, seorang Naira Bintang Syabila biasanya tidak memikirkan hal-hal yang normal. Selalu ada hal out of the box yang keluar dari kepalanya. Dan apapun itu, jika sudah berhubungan dengan seorang Cakrawala Aresta, Maya yakin nasib Naira kali ini tidak akan bernasib baik. *** Saat ini, Naira dan Maya sedang menghadiri pesta pernikahan salah satu rekan kerja mereka. Mereka asyik mengobrol dengan beberapa rekan kerja yang lain sejak beberapa menit yang lalu. Posisinya, Naira menghadap ke arah pintu masuk, sedangkan Maya berlawanan dengannya. Tiba-tiba, pupil mata Naira membesar. Matanya berbinar menatap ke arah satu titik. Saat Maya hendak bertanya, sahabatnya itu sudah lebih dulu menyela. “May, jackpot! Kayaknya memang aku ditakdirkan buat nyicipin uang seratus juta, deh!” seru Naira penuh semangat. Maya akhirnya menoleh, dan ia mendapati sosok anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja yang baru saja datang bersama beberapa orang yang lain. “Kamu nggak lagi ngerencanain sesuatu yang berhubungan sama Pak Cakra kan, Nay? Ingat, woy, dia anak bos kita. Kamu bisa tamat kalau berani bikin masalah sama dia,” Maya mengingatkan. Naira tersenyum penuh arti. “Menurut kamu, mungkin nggak, aku bisa berjodoh sama Pak Cakra?” “Ya enggak mungkin lah,” jawab Maya dengan keyakinan penuh. Bukannya sedih, Naira justru tampak bahagia mendengar jawaban sahabatnya. “Bagus.” “Nai …” “Waktu itu kamu minta aku bayangin ada di posisi kamu, saat aku ditawari dengan uang ratusan juta untuk meninggalkan seorang laki-laki, kan?” “Naira!” “It’s the time to show us, gimana reaksiku saat hal itu terjadi,” ujar Naira. Gadis itu berjalan ke arah gerombolan Cakra. Sebuah rencana sudah tertata rapi di kepalanya. Dan tepat saat dua orang gadis melewati Cakra, Naira melebarkan langkahnya dan berpura-pura tertabrak kedua gadis itu hingga tubuhnya ambruk ke arah Cakra.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN