Fatal

1134 Kata

Kami berdua hanya mampu mengeram sebab mulut tersumpal dengan kaos kaki kotor milik Kak Monica. Mereka secara bergantian terus menerus menyiram kami berdua dengan air. Badanku saat itu terasa menggigil dan kaku sebab sudah merasa kedinginan. Begitu pun dengan Nadira, terlihat pucat pasi wajahnya. "Mon, itu temannya si cupu pucat banget. Kasihan tahu," ujar Kak Senia. "Halah, itu cewek pura-pura doang. Diakan yang selama ini berani ngelawan kita," jawab Kak Monica. Aku menatap ke arah Nadira, yang semakin lama tubuhnya melemah. Dari celah roknya, terlihat darah mengalir. Dalam hatiku berkata, 'Nadira, kamu kenapa? Kamu haid? Kok ada darah?' Aku mencoba meronta namun mereka hanya tertawakan kami. "Eh, Mon. Ni anak lagi menstruasi, deh. Udahan lepasin aja, kasihan ni anak," ujar Kak Rosi

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN