Do You Wanna Be My Girlfriend??

1711 Kata
Esok harinya. Semua berjalan seperti hari biasanya. Yang tidak biasa justru Vivian sendiri. Ia sampai berkali-kali melirik lelaki, yang pembawaannya sangat tenang sekali itu. Di depan anaknya, keliatan sangat berwibawa sekali. Giliran dengannya saja malah begitu menjijikan, kata-kata maupun sikapnya juga. Oh ya ampun! Memikirkan lelaki dewasa ini, malah membuatnya jadi merinding sendiri . Ia harus cepat-cepat pindah dari sini. Tapi sebelum itu, ia harus mengumpulkan uang dulu, untuk menyewa sebuah kamar kost. Kalau tidak, ia pasti akan luntang lantung di jalanan. Karena kehabisan uang untuk makan dan juga biaya kuliah. "Hari ini, Dad antar kalian ya? Dan nanti siang, Dad juga yang jemput," ucap Thomas yang seketika membuat Vivian segera menyunggingkan bibirnya. Ada saja akal bulus lelaki tua ini. Benar-benar. "Tumben, Dad. Memangnya, Dad tidak pergi ke kantor??" tanya Yasmine sambil menunjukkan banyak sekali kerutan di dahinya. "Ke kantor. Dad sedang bosan dengan perkejaan di kantor. Ya... Kita bisa makan siang di luar juga nanti. Hitung-hitung refreshing lah." Kata-kata yang Thomas lontarkan, sampai bisa membuat Vivian menghela napas. Dia, sangat nekat! "Oh begitu... Eh tapi, Yasmine tahu tempat makan yang enak dan baru buka, Dad. Nanti kita coba makan di sana yuk!" seru Yasmine. "Iya boleh. Kita bawa Vivian juga sekalian," ucap Thomas sembari melirik wanita, yang langsung membuka mulutnya dan menganga itu. Benar saja kan?? Tujuan utamanya itu adalah dirinya!! "Em, aku kan kerja, Yas," ucap Vivian, dengan maksud menolak ajakan, yang pastinya akan awkward sekali, bila pergi bersama dengan Yasmine maupun ayahnya itu juga. "Ya kan kita pulang jam satu, Vi. Masih ada waktu. Kamu masuk kerja jam tiga kan?? Ya bisalah, dua jam kita jalan-jalan dulu. Kapan lagi kan?? Kita coba makanan yang baru buka itu! Ayo! Memangnya, kamu nggak penasaran??" tanya Yasmine. Vivian mengusap-usap dahinya. Sementara Thomas kini, tengah memandangi wanita, yang kelihatannya pusing serta kesal sekali ini. "Ayo ikut saja. Tidak apa-apa. Kasihan Yasmine, dia tidak ada teman nanti," ucap Thomas masih dengan penuh wibawa dan bertingkah seperti ayah yang baik, bila berada di depan putrinya. "Yuk!! Ayolah, Vi. Makan gratis lho," rengek Yasmine. Vivian menggigit bibir bawahnya dengan sedikit kencang, karena rasa kesal. Tapi setelah itu, ia pun terlihat menghela napas setelahnya. "Iya. Ya sudah," jawab Vivian, yang pada akhirnya hanya bisa pasrah. "Yes!! Asyik!" seru Yasmine sambil mengepalkan tangan kanan di depan tubuhnya sendiri. Thomas menahan diri, untuk tidak tersenyum. Padahal, ia sudah senang sekali rasanya. Akhirnya, bisa kencan. Ya... Meskipun sambil dengan membawa-bawa anaknya juga. Tapi, bukankah ini namanya, sekali mendayung dua sampai tiga pulau terlampaui juga?? Anak bisa ia senangkan. Ia sendiripun senang juga, bisa pergi bersama dengan Vivian. Sesampainya di kampus. Aldo, sudah berdiri di depan gerbang kampus dan menunggu-nunggu dua orang wanita, yang baru keluar dari mobil Thomas dan berjalan kepadanya. "Pagi, Al!" sapa Yasmine duluan. "Pagi, Yas. Pagi, Vivian," ucap Aldo yang segera mengalihkan pandangannya kepada wanita yang berada di sebelah Yasmine sekarang. Sedangkan, yang mengantarkan kedua wanita tadi, saat ini hanya diam saja di dalam mobilnya, sambil memperhatikan gerak gerik tiga anak muda di depan sana dan terutama, satu lelaki diantara mereka bertiga. Dari tatapan pemuda itu, sepertinya, ia merasa posisinya akan terancam. Dia terlihat bukan seperti seorang teman pada umumnya. Dia melihat Vivian, seperti dirinya yang kerap kali melihat Vivian juga. Ketiga orang di depan gerbang pun masuk ke dalam gerbangnya dan yang berada di dalam mobil saat ini, hanya bisa menghela napas saja, sambil mengemudi dan pergi dari depan kampus putrinya tersebut. Siang harinya. Thomas yang sudah pergi dari saat jam makan siang itupun, akhirnya tiba di kampus. Ia sudah menunggu dua wanita, yang kini mengisi hari-harinya dengan penuh warna. Senang?? Sudah pastilah! Apa lagi, bila melihat dua wanita itu datang kepadanya. Meskipun, hanya satu yang langsung memeluk dan yang satunya diam saja sambil membuang muka. "Dad!! Ayo kita jalan sekarang!" seru Yasmine kegirangan. "Iya. Ayo kita jalan sekarang," ucap Thomas sembari melirik wanita, yang masih juga tidak mau menatap kepadanya. Thomas melaju dengan mobil yang ia kendarai sendiri dan menuju ke sebuah mall, yang berada di sekitaran sini. Yasmine menggandeng tangan Thomas sementara Vivian mengekor di belakang saja. "Dad, disitu tempatnya!" tunjuk Yasmine pada sebuah tempat makan, yang dipadati pengunjung. "Kita kebagian tempat duduk nggak ya??" ucap Yasmine sembari melihat ke tempat yang ramai tadi. "Pasti dapat. Ayo," ucap Thomas yang segera maju di depan dan bicara pada pramusaji di sana. Sementara Yasmine dan Vivian menunggu di depan restoran. Setelah beberapa saat, Thomas melambaikan tangannya dan memanggil kedua wanita itu. "Ayo, kemari lah!" seru Thomas. "Ayo, Vi," ajak Yasmine yang kini menggandeng tangannya dan membawa Vivian bersama dengannya. Salah satu pegawai nampak menggiring ketiganya sampai ke balkon restoran. Mereka dibawa ke salah satu tempat duduk yang kosong dan dilayani secara langsung oleh pegawai, yang memberikan daftar menu. Satu daftar menu dipegang oleh Thomas dan satunya lagi, dipegang oleh Yasmine dan dilihat bersama Vivian. "Kok mahal ya?" bisik Yasmine bersama Vivian. Rasa-rasanya harga disaat promo lain dari yang ada di daftar menunya. Memang murah. Tapi itu menu yang biasa-biasa saja. "Sudah memilih?? Ingin yang mana??" tanya Thomas sembari menurunkan daftar menunya dan menatap dua orang wanita, yang duduk sejajar di depannya saat ini. "Eum, yang mana ya, Dad. Yasmine maunya yang ini sih , Dad. Tapi...," "Ya sudah pesan. Kamu mau yang mana Vivian??" tanya Thomas kepada wanita, yang duduk di samping putrinya. "Eum, yang paling murah saja," ucap Vivian dengan lesu. Thomas memberikan daftar menu kepada si Pramusaji sembari dengan berkata, "Tolong berikan yang paling mahal dan terbaik di sini," ujar Thomas dan kedua wanita di depannya itupun langsung menganga. "Lalu minumnya, Pak?" tanya si Pramusaji. "Sama. Berikan yang terbaik, yang kalian punya di sini." "Baik, Pak. Akan segera kami siapkan," ucap si Pramusaji sembari mencatat dan segera menyiapkan pesanan Thomas tadi. "Dad?? Serius??" tanya Yasmine yang masih tidak menyangka. Ayahnya ini memang tidaklah pelit. Hanya saja, tidak terlalu royal juga. Kalau sekiranya yang tidak terlalu penting, ya tidak akan dibeli dan ini, malah langsung membeli makanan dengan harga yang mahal-mahal. "Iya. Sesekali tidak apa-apa kan? Lagi pula, Dad mencari uang untuk apa dan untuk siapa lagi, kalau bukan untuk kamu." "Asyik! Sering-sering ya, Dad! Nanti, kalau ada tempat makan yang baru lagi, kita datangi lagi!" seru Yasmine. "Iya terserah kamu. Atur saja," ujar Thomas sambil tersenyum dan tidak lupa juga, untuk sambil curi-curi pandang, dengan wanita yang duduk di sisi putrinya ini. Akan tetapi, yang tengah dipandanginya, malah membuang muka dan berperilaku seolah-olah tidak tahu, bila sedang diperhatikan olehnya. Seusai makan siang, yang cukup menyenangkan dan juga mengenyangkan. Thomas berencana untuk mengajak berjalan-jalan lagi dan membelikan pakaian. Hanya saja, wanita yang mau ia senangkan juga, malah nampak terburu-buru untuk pergi lagi. "Yas, aku udah waktunya berangkat ke cafe nih. Aku duluan ya??" "Kenapa tidak diantar saja??" sambar Thomas, padahal Vivian bicaranya hanya kepada Yasmine saja. "Iya, Vi. Ayo, biar kita antar kamu." "Ya sudah," jawab Vivian tanpa penolakan dan bukan juga tanpa sebab. Sudah menghemat uang, ia juga pergi bertiga. Jadi amanlah. Om-om ini tidak akan melakukan hal-hal konyol lagi, bila putrinya ikut bersama dengan mereka. "Ya sudah. Kalian tunggu di depan. Saya akan ambil mobil dulu di parkiran," ujar Thomas. "Iya, Dad. Kita tunggu di depan deh." "Iya. Ya sudah," ucap Thomas yang berbalik arah dan pergi ke arah tempat ia memarkirkan mobilnya, ketika mereka datang tadi. Sementara Vivian dan juga Yasmine menunggu di lobby depan. Mobil yang Thomas bawa itu, berhenti di depan Yasmine dan Vivian. Lalu kemudian, kedua wanita tersebut itupun naik dan mobil kembali melaju lagi, meninggalkan mall dan beralih ke sebuah cafe. "Sudah sampai," ucap Thomas dengan lesu, ketika mobil yang dikendarai olehnya, terpaksa berhenti di depan cafe dan ia juga, terpaksa membiarkan Vivian turun di sana. "Terima kasih, Om. Terima kasih, Yas. Aku kerja dulu," ucap Vivian sebelum ia yang akhirnya turun dari mobil. "Semangat kerjanya, Vi. Aku pulang duluan ya?" ucap Yasmine dari kaca mobil yang terbuka dan ia sambil dengan melambaikan tangannya juga kepada Vivian. "Iya, Yas," balas Vivian yang ikut melambaikan tangannya juga. Sementara Thomas menatap sejenak, sebelum akhirnya ia melaju pergi dengan membawa putri semata wayangnya ini. Malamnya. Ketika pekerjaan Vivian selesai dan ia sudah berjalan keluar untuk pulang ke rumah. "Vi, kamu pulang sama siapa??" tanya Aldo, yang sudah lebih dulu menjegal langkah kaki Vivian. "Belum tahu nih." "Nggak dijemput??" tanya Aldo lagi. "Belum tahu juga." "Pulang denganku saja ya?? Aku mau ambil motor dulu. Kamu tunggu di depan ya??" pesan Aldo. "Eum, boleh deh." "Ya udah. Aku ambil motor dulu," ucap Aldo, yang kini bergegas keluar dan mengambil motornya untuk mengantarkan Vivian. Aldo mendorong motornya hingga kedepan dan setelah sampai di samping Vivian, ia terlihat membuka jok motornya yang lumayan besar dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. "Ini, untuk kamu," ucap Aldo sembari memberikan setangkai bunga mawar merah kepada Vivian. "Apa nih? Kok tumben??" tanya Vivian yang tidak segera mengambil setangkai bunga dari tangan Aldo dan malahan menatap bunga itu, penuh penuh rasa heran. "Eum, aku pikir ini memang terlalu cepat. Tapi sebelum ada yang mendahului aku nanti. Jadi, aku katakan sekarang saja ya?" ucap Aldo sembari melontarkan senyuman, bagi wanita yang rasa herannya belum hilang sama sekali dan malah semakin menjadi-jadi. "Kamu mau mengatakan apa memangnya??" tanya Vivian. "Eum, Vivian, do you wanna be my girlfriend??" tanya Aldo sembari tersenyum dengan ramah dan manis. Sementara wanita yang ia berikan pertanyaan tadi, kini nampak membuka mulutnya dan menganga, karena masih tidak menyangka, dengan pertanyaan yang Aldo berikan kepadanya saat ini. "Serius???" tanya Vivian dengan dahi yang dipenuhi dengan kerutan. "Iya. Aku serius. Kenapa memangnya?" tanya Aldo yang masih belum menghentikan bibirnya, untuk membentuk sebuah lengkung senyuman. "Tapi, Al... Kita kan...," "Baru kenal??" potong Aldo. Aldo menghela napas dan kini kembali berucap lagi. "Ya memang. Kita belum lama ini kenal. Tapi, aku sudah suka kamu, dari awal perkenalan kita dan aku juga, sudah sempat tanya Yasmine. Katanya, kamu belum punya pacar. Jadi, sebelum aku didahului orang nantinya dan aku menyesal. Lebih baik, aku katakan sekarang kan?? So, apa kamu mau jadi...?" TIN!! Suara klakson yang kencang, membuat Vivian melonjak kaget. Kepalanya pun memutar seiring dengan mobil yang juga melaju memutar dan berhenti di sisi Vivian persis. "Ayo cepat naik. Ini sudah malam," ucap seseorang yang berada di dalam mobil dan duduk di kursi kemudi, sembari memperhatikan setangkai bunga yang ada di tangan Aldo dan segera membuat yang dingin menjadi panas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN