Berita yang Menyebar

1917 Kata
Jack menghela napasnya dalam. “Sarapan ayok.” Kemudian membalikan tubuh dengan tangan mengepal. Perempuan itu benar-benar caabul! Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu disana? Kepala Jack jadi sakit, dia memijat sambil duduk ketika sampai di mansion. “Tuan, apa anda baik-baik saja?” “Bawakan garam.” “Hah? Untuk apa?” tanya pelayan, sedetik kemudian mereka segera membawakannya. Satu toples garam yang sekarang ada di tangan Jack. Dia bahkan tidak sanggup menatap Mikha yang sudah kembali ke mansion. “Saya ganti baju dulu ya, Om,” ucapnya dengan santai melangkah ke lantai dua. Mikha menjerit begitu sampai di kamar. Bisa-bisanya dia melakukan itu sambil ditonton oleh Jack. “Aaaaaaa! Kesel banget gueee! Maluuu!” teriaknya mengubur wajah di bantal. Meskipun Jack sudah melihat tubuhnya bahkan merasakan, tapi kejadian itu terasa sangat memalukan dan tidak bermoral. Bagaimana bisa Mikha memperlihatkan adegan itu pada Jack. “Tapi tubuh gue oke ‘kan? selama pertunjukan tadi kayaknya si Om gak liat ada cacat deh,” gumamnya sebellum turun ke lantai satu. “Nona Mikha, silahkan sarapan.” “Om gak ikut sarapan?” “Saya akan panggilkan beliau.” “Saya aja,” ucap Mikha melangkah ke ruang tamu. Melihat kedatangan Mikha, Jack sampai menyenggol buku di meja samping. Mikha segera mengambilkannya. “Ini.” Jack diam, di kepalanya masih terbayang bagaimana Mikha menyentuh tubuhnya sendiri. “Saya udah cuci tangan kok.” Berfikir Jack mengkhawatirkan tangannya yang kotor. “Ih! Ih! Om ngapain?! Kenapa saya dilempar garam?!” “Keluar, iblis caabul. Keluar,” ucapnya berdiri dan terus melemparkan serbuk garam sampai Mikha memejamkan mata. “Om!” Mikha membuka mata hingga serbuk itu masuk dan membuat matanya perih. “Aaaa! Mata saya jadi perih!” Jack panik dan meraih pinggang Mikha, didudukan di pangkuannya sambil berusaha menghentikan rasa perih itu. “Cepet ambilin tetes mata,” perintahnya pada pelayan. Jack sendiri yang kelimpungan meredakan mata Mikha. “Lagian kenapa lempar garam sih?” “Kamu gak seharusnya lakuin hal itu di tempat asing dan terbuka. Otak kamu gak normal, makannya dilempar garam.” “Gak normal gimana? Kan wajar orang saya juga pernah main kuda-kudaaan sama Om,” ucapnya menatap Jack dengan tangan melingkar di leher pria itu. Jack batu tersadar dengan posisi mereka. “Turun, kamu harus sarapan.” “Mata aku agak burem, bisa tolong gendong ke ruang makan?” Malah mendapatkan musibah, Jack mengangkat tubuh Mikha dan mendudukannya di ruang makan. Hembusan napas perempuan itu membuat Jack mengepalkan tangannya. Dia tidak boleh bermain-main dengan teman dari Bintang. Masa tuanya harus tenang juga. “Om gak makan?” “Enggak, saya ada urusan.” “Kemana?” tanya Mikha mengembungkan pipi sedikit kesal. “Pekerjaan. Kalau kamu mau pulang, minta antar sama supir saya.” “Saya mau mastiin dulu kalau Pak Prakoso dan Papah saya gak akan lukain saya lagi.” “Mereka gak akan berani. Pulang saja, saya gak akan nyuruh kamu pulang kalau keadaannya udah aman.” “Tapi saya masih mau nginep disini. Dan saya mau melakukan sesuatu buat Om sebagai ucapan terima kasih.” Melakukan sesuatu kata Mikha itu membuat fikiran Jack melayang dan hal-hal kotor langsung hinggap di kepalanya. “Gak usah, saya mungkin gak akan pulang sampai besok,” ucapnya langsung melangkah keluar. Jack mengendarai mobilnya sendirian. Sialll! Siall! Sialll! Jack akan tetap menahan dirinya untuk tidak menyettubuhi Mikha lagi. Namun dengan berada disekitar perempuan itu, membuat Jack selalu bernafsu saja. “Jangan rusak dia, udah focus sama hari tua sama ketenangan.” Karena yang ada dalam pikiran Jack bahkan lebih mengerikan, dia ingin mengikat tangan dan kaki Mikha hingga terus terbuka supaya dia tetap menikmati setiap inci dari tubuh itu seperti saat Mikha berada dibawah sinar matahari. *** “Apa majikan kalian sering kerja di hari libur?” Pelayan itu tahu kalau Jack pergi ke apartemennya. “Mungkin, Nona. Tuan tidak terlalu terbuka pada pelayannya.” “Humm… yaudah deh, pusing juga mikirin pikiran si Om.” Mikha mengembungkan pipinya. Semalam lagi dia menginap di mansion milik Jack. Dokter Edin bahkan datang lagi untuk memastikan kondisinya membaik. Seluruh ruangan tercium seperti aroma Jack, itu membuat Mikha tidur tengkurap di atas guling dan menggesekan bagian bawahnya. Jack selalu membuatnya bernafssu seperti ini. Sayangnya, kesenangan ini harus berakhir ketika pagi hari. Mikha memiliki acara di salah satu mall terbesar. Kemarin acaranya sudah diundurkan. Mikha diantarkan oleh supir di kediaman Jack, sebelumnya dia sudah sarapan. Mikha terpaksa pergi pagi buta untuk menebus hari kemarin yang terlewatkan. Namun, pesan dari Faris membuat Mikha tegang. Sang Papa memintanya pulang ke rumah dulu. meskipun alasan event sudah dikatakan, Faris tetap memaksa. “Pak, ke rumah saya dulu gak papa? tapi jangan tinggalkan saya disana, tunggu aja diluar gerbang.” “Boleh, Nona.” “Kalau saya gak keluar dalam waktu 10 menit, tolong hubungi kantor polisi ya.” Mikha mencoba mempercayai Jack kalau Prakoso dan Papanya tidak akan menyakitinya. Sesampainya dirumah, sang Papa sedang sarapan sendirian. Pasti Sonya dan anaknya sedang pergi liburan. “Kenapa, Pah?” “Duduk,” perintahnya. “Tadi malam Pak Prakoso datang kesini, dia memutuskan pertunangannya sama kamu. Dia bilang jatuh cinta sama perempuan lain dan akan menikah dengannya.” Wah, serius? “Pak Prakoso udah terlanjur bayar hutang Papa yang 30 millyar lebih. Dia bilang uangnya gak usah dikembalikan, anggap saja sebagai sumbangan. Tapi Papa bukan orang yang seperti itu.” Mikha langsung menangkap kalau Jack menggertak Prakoso disini, sementara Papanya tidak mengetahui kejadian di Bandara. “Lalu? Apa yang Papa mau?” “Papa harap kamu bisa membujuk Pak Prakoso buat kembali sama kamu. Jadi Papa sedikit tenang karena beliau tidak mengeluarkan uang dengan sia-sia.” “Maksudnya Papa mau jual Mikha gitu? Yaudah sih kalau dia mau nikah sama yang lain, dia sendiri yang bilang uangnya gak usah dikembalikan. Jadi apa yang rugi? Udah ya, Mikha mau pemotretan dulu.” “Tunggu, Mikha!” Perempuan itu berlari sambil tersenyum. Jack melakukan hal ini untuknya. Entah uang siapa yang dibayarkan hutang, tapi Prakoso benar-benar tidak berani menyentuhnya. “Ayok, Pak. Langsung ke apartemen saya ya.” “Baik, Nona.” Senyumannya luntur begitu membuka pintu apartemen. Disana ada Vita yang menyilangkan tangan di daada. “Lu tau gak betapa repotnya gue kemarin beresin kekacauan karena lu gak bisa datang ke event?! Mana lu jadi topic perbincangan dari para seleb yang jadi tamu juga. Nama lu gak bersih, Mikha.” “Gak papa!” teriaknya berlari memeluk Vita. “Yang penting gue sekarang udah bebas! Bukan lagi calon istri si Prakoso dan hutang keluarga gue aman. Yuhuuuu! Gue bisa bebas dan focus sama karir gue.” “Hah? Gimana ceritanya?” *** Pengunduran jadwal ini membuat dua selebgram lainnya kesal, mereka bahkan tidak menjawab sapaan Mikha saat datang ke ruang make-up. “Gue bawa kue sussu yang lagi viral sebagai permintaan maaf. Meskipun itu nggak bikin kalian nyaman. Maaf udah ngundurin waktu acara,” ucap Mikha dengan tulus. Namun Gira dan Nistan itu mengabaikan dan focus pada make-up mereka. Malah bicara berdua seolah Mikha tidak ada disana. Membuat Mikha terkekeh hambar. “Okey…” dia mengangguk dan focus pada make-up nya sendiri. Acara ini dilaksanakan di loby mall hingga banyak pengunjung berdesak-desakan. Orang yang tidak mendapatkan tiket menonton lewat lantai atas hanya untuk meneriaki nama Mikha ketika dirinya yang mendapatkan giliran sesi tanya jawab. Mikha menyampaikan permintaan maafnya pada para penggemar, crew dan rekan bisnis karena memundurkan acara. “Kemarin aku kecelakaan kecil. Kaki aku sakit, sekarang masih bengkak tapi semuanya baik-baik aja kok. Maaf ya, teman-temannya Mikha.” Sambil membuat pose hati yang menempel di pipi. Karena pemberitahuan Mikha, para penggemar berbondong-bondong memberikan hadiah untuknya ketika mendatangani majalah. Mikha, Gira dan Nistan memang menjadi brand ambassador resmi dan melakukan photoshoot untuk sebuah majalah fashion. “Mikha cantik semoga cepet sembuh.” “Boneka ini buat nemenin Mikha ya.” “Jangan lupa jaga kesehatan.” “Love you, Mikha.” Kebanyakan penggemar yang datang memberikan hadiah pada Mikha hingga Vita yang ada dibelakangnya kewalahan. Berbeda dengan dua temannya yang masih bisa dipegang oleh tangan. Mikha sebagai mantan sekretaris BEM juga menjadi nilai tambah bagi penggemarnya, Mikha pintar dan sempat mendapatkan beasiswa. Penggemarnya kebanyakan dari kalangan mahasiswa. “Mikha, abis ini mereka minta pemotretan group sama Gira dan Nistan.” “Hah? Kok gak ada pemberitahuan, Mbak?” “Gue lupa, harusnya sih minggu depan. Tapi biar lu gak ketemu mereka lagi, mending sekarang aja habis dari sini gimana? Toh team jugaa siap-siap aja, karena kebetulan mereka lagi pemotretan buat majalah cowok.” “Boleh deh.” Mikha tidak mau bertemu dengan dua rivalnya lagi. Mereka berdua selalu mengasingkannya jika berada disebuah pesta juga. Perang dingin hanya karena iri pada Mikha yang lebih popular pendatang baru. Tempatnya di studio, mereka berpindah dari mall ke tempat pemotretan saat sore hari. Mikha langsung didandani dan memakai gaun yang disediakan. Pemotretan berjalan lancar untuk Mikha, tapi tidak untuk dua lainnya yang selalu mendapatkan teguran dari photographer. “Contoh Mikha, dia bagus dan professional. Bukannya kalian yang lebih dulu masuk dunia entertainment ya?” Gira dan Nistan sampai kesal. Ketika pemotretan berakhir, mereka membicarakan Mikha. “Gak heran sih, katannya dia rayu Bayu biar dapet banyak job.” “Hahahah! Mana mau si Bayu sama modelan begitu. Yakin lu? Gue sih lebih percaya kalau si Mikha itu pacaran sama selebgram tonggos ituloh.” Gira ikut tertawa. “Emang sih, mana mau dia sama modelan si Mikha.” “Gue denger juga si Mikha pernah dideketin sama Mas Alief, tapi mana mungkin sih. Orang miskin kayak dia disukainya sama orang miskin juga. Lagian Mas Alief sekarang udah punya pacar.” “Si Mikha mah lintah, gak ada yang mau sama dia. Buktinya aja dia gak pernah pacaran sama selebriti.” Mikha yang hendak ke toilet itu mendengar percakapan mereka yang menghinanya karena tidak kunjung punya pacar dari kalangan selebriti. Dimata keduanya, Mikha tidak laku karena miskin dan jelek juga tidak setara. Itu membuat Mikha marah. “Heh! Maksud lu berdua apaan nyebut gue kayak gitu?” “Well, lu denger? Gak masalah juga lagian itu fakta, lu emang gak laku. Lu jelek sama miskin makannya gak ada yang pengen sama lu.” “Gue tolak mereka semua karena gue udah punya pasangan,” ucap Mikha menaikan nada bicaranya kesal. “Lu tau tempat gue magang sekarang? Millers INC? CEO nya itu calon tunangan gue, namanya Jack Millers.” Gira terkekeh. “Masa iya lu sama sekelas CEO.” “Lu gak akan percaya karena tempat main lu bukan sama petinggi kayak dia. Intinya gue nolak semua seleb karena gue emang udah mau tunangan sama Jack Millers. Paham? Bye!” Mikha ke kamar mandi dulu sebelum pergi dari sana. Akhirnya dia sampai di apartemen saat malam hari dan langsung membersihkan diri sebelum tidur. Ini hari yang melelahkan, tapi juga melegakan mengingat fakta tentang Prakoso. Mikha harap dia terbangun di pagi hari dalam keadaan segar, tapi nyaatanya Vita menelponnya di tengah malam. “Mbak, kenapa?” tanya Mikha kesal. “Mikhaaa! Rekaman lu sama Gira kesebar. Lu beneran calon tunangannya Jack Millers?” “Shiiitt!” Mikha langsung membuka instagramnya. Postingan pertama dari akun Lambe jebleh dengan berita, “VIRAL! Selebgram cantik ini ternyata calon tunangan CEO Millers Inc. Pantas saja dia tidak berkencan dengan selebriti lainnya.” Lalu scroll lagi ke bawah dan menemukan judul, “Ini dia profil Jack Millers, pengusaha kaya raya yang menjadi calon tunangan selebgram seksi Mikhaila Angelica. Netizen: Ganteng dan banyak duit meskipun tua. Apa yang harus Mikha lakukan sekarang saat satu Indonesia mengetahui hal ini?!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN